Selasa, 22 November 2011

[inti-net] Cory Aquino dan Arroyo

 

http://internasional.kompas.com/read/2011/11/23/0857211/Cory.Aquino.dan.Arroyo
Cory Aquino dan Arroyo
| Egidius Patnistik | Rabu, 23 November 2011 | 08:57 WIB
AFP Mantan Presiden Filipina, Gloria Arroyo, saat hendak meninggalkan Filipina pada Selasa (15/11/2011) untuk berobat keluarga negeri. Namun ia dicekal pihak imigrasi negara itu terkait dugaan korupsi.

TRIAS KUNCAHYONO
E-mail: ias@kompas.co.id
Filipina sudah memiliki dua perempuan presiden: Corazon "Cory" Aquino (1986-1992) dan Gloria Macapagal-Arroyo (2001-2010). Aquino dikenal sebagai "Ibu Demokrasi" Filipina, pahlawan Revolusi People's Power—revolusi rakyat yang berhasil menyingkirkan Presiden Ferdinand Marcos (1986). Di tangan Aquino-lah, demokrasi Filipina dipulihkan. Ia pula yang lewat konstitusi baru membatasi jabatan presiden, yakni satu periode: enam tahun.

Yang perlu dicatat, selama pemerintahannya, terjadi paling kurang tujuh kudeta militer. Usaha kudeta paling hebat dilancarkan pada 28 Agustus 1987, atau 18 bulan setelah Aquino berkuasa. Kudeta militer yang dikenal dengan sebutan "Bloody Friday" (Jumat Berdarah) itu dipimpin Kolonel "Gringo" Honasan. Usaha kudeta itu gagal, tetapi menewaskan setidaknya 50 tentara dan mencederai 100 orang lainnya.

Salah satu kudeta melibatkan Menteri Pertahanan Juan Ponce Enrile. Enrile sebelumnya adalah pendukung kuat Aquino. Kudeta militer yang terjadi pada Desember 1987 itu menewaskan 119 orang dan mencederai 500 orang lainnya.

Perempuan presiden kedua Filipina adalah Gloria Macapagal-Arroyo. Presiden ke-14 Filipina ini berbeda lagi ceritanya dengan Corazon Aquino. Aquino, presiden ke-11 Filipina, sampai akhir hayatnya, 1 Agustus 2009, tetap dikenang sebagai presiden yang sangat dicintai rakyatnya walau kadang dikatakan kurang tegas. "Saya hanya melakukan apa yang saya yakini harus saya lakukan, tak peduli itu membawa risiko dalam hidup saya," katanya suatu ketika.

Corazon adalah seorang ibu rumah tangga, yang "tiba-tiba" dipaksa oleh situasi untuk terjun ke politik, dan menjadi presiden. Tidak demikian dengan Arroyo, putri Presiden Diasdado Macapagal (tahun 1960-an).

Karier Arroyo di bidang pemerintahan dimulai ketika ia diangkat menjadi Wakil Menteri Perdagangan dan Industri pada zaman pemerintahan Presiden Corazon Aquino. Sejak itu, ia mantap menjalani karier di dunia politik. Tahun 1992, ia terpilih sebagai anggota Senat. Tahun 1995 terpilih kembali menjadi anggota Senat. Tiga tahun kemudian (1998), ia memenangi pemilihan umum sebagai wakil presiden dengan Joseph "Erap" Estrada sebagai presidennya. Impiannya untuk mengikuti jejak ayahnya menjadi kenyataan setelah Januari 2001 menggantikan posisi Estrada sebagai Presiden Filipina. Estrada dipaksa mundur karena dianggap korup dan menyalahgunakan kekuasaan untuk kepentingan sendiri.

Tetapi, Arroyo tidak bisa menikmati masa pensiunnya sebagai mantan presiden dengan penuh kedamaian dan ketenangan bersama keluarganya, seperti Aquino. Ia harus berurusan dengan penegak hukum, bahkan di kala kondisi fisiknya melemah karena sakit. Hari Jumat pekan lalu, Arroyo ditahan ketika sedang dirawat di Rumah Sakit St Lukas, Manila. Ia dituduh korupsi.

Sebelumnya, ia dicegah meninggalkan Filipina untuk berobat ke Singapura. Presiden Benigno Aquino III dan pemerintahannya sudah lama menuduh Arroyo korupsi selama masa berkuasa. Arroyo seperti mengulang apa yang dialami Estrada. Ia menyingkirkan Estrada dengan tuduhan korupsi.

Arroyo juga dituduh berbuat curang dalam pemilu presiden 2004. Ia juga dituduh berbuat curang dalam pemilu sela tahun 2007. Kecurangan itu dilakukan di wilayah Provinsi Maguindanao. Di provinsi ini, semua kandidat anggota senat—yang berjumlah 12 orang—pendukung Arroyo memenangi pemilu.

Cerita Arroyo memang berbeda dengan cerita Corazon. Padahal, ketika menjabat sebagai presiden, Arroyo dikenal sebagai presiden yang sangat peduli kepada rakyat kecil. Suatu ketika ia terbang ke Bongao, Filipina Selatan, untuk menerima kedatangan lebih dari 1.000 warganya yang dideportasi dari Malaysia.

Barangkali benar adanya bunyi pepatah lama honores mutant mores—saat manusia mulai berkuasa, berubah pula tingkah lakunya. Kekuasaan memang membutakan mata hati. Padahal, Arroyo pernah mengatakan, "Saya mengikuti filosofi ayah saya. Lakukan apa yang baik, lakukan apa yang benar, dan Tuhan akan mengatasi lainnya."

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
Untuk bergabung di milis INTI-net, kirim email ke : inti-net-subscribe@yahoogroups.com

Kunjungi situs INTI-net   
http://groups.yahoo.com/group/inti-net

Kunjungi Blog INTI-net
http://tionghoanet.blogspot.com/
Subscribe our Feeds :
http://feeds.feedburner.com/Tionghoanet

*Mohon tidak menyinggung perasaan, bebas tapi sopan, tidak memposting iklan*
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar