Sabtu, 24 Desember 2011

[inti-net] Christmas is not your Birthday

 

http://www.analisadaily.com/news/read/2011/12/24/27601/christmas_is_not_your_birthday/#.TvZly9WDqRI

ari ini Pkl. 01:18 WIB

Christmas is not your Birthday
Oleh : Tahir Wijaya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa perayaan Natal telah menjadi satu budaya yang universal hampir di seluruh dunia, bahkan di negara-negara yang notabene bukan mayoritas penduduknya bukan beragama Kristen atau Katolik, suasana Natal juga terasa and disambut dengan berbagai cara.

Memang tidak dapat dihindari bahwa sesuatu yang sacral juga memerlukan wadah dan symbol untuk menampung and mengekspresikannya, termasuk dalam hal ini, merayakan Natal yang pada awalnya diberikan makna utama merayakan kelahiran daripada Yesus Kristus, yang bagi kaum Nasrani, diimani sebagai Juru selamat dunia ini. Tetapi tanpa dapat dihindari, makna yang sakral and bersifat imani ini kemudian dibungkus dalam ritual yang bersifat keagamaan maupun bersifat budaya dan sub budaya. Maka tidak heran, makin lama perayaan Natal makin memperkenalkan dan mengedepankan simbol-simbol yang sering tidak ada hubungan lagi dengan Natal yang pertama. Tidak heran banyak orang lebih mengenal Sinterklas daripada Yesus; Salju daripada padang rumput; Piet Hitam daripada para gembala; Kotak-kotak hadiah and cahaya lampu gemerlapan daripada gambaran sebuah kandang ternak yang jorok, kusam, dan remang-remang.

Kita tentu tidak dapat meng hindar dari memakai simbol dan budaya untuk ekspresi iman kita, tetapi simbol tidak boleh menggeser and menghilangkan makna yang sesungguhnya dari Natal. "Christmas is not your Birthday" dicetuskan oleh Mike Slaughter, seorang rohaniawan yang bergerak dalam bidang advokasi terhadap anak-anak dan kaum wanita yang lemah dan tertindas di Darfur, Sudan, menjadi satu tema yang mengingatkan kita bahwa Natal itu pusatnya bukan kita, bukan kita yang sedang berulang tahun. Itu 'gawe'nya Tuhan dan karena itu harus dilakukan sesuai keinginan hati Tuhan dan maksud dari Tuhan sendiri.

Meresponi tema ini membuat kita harus mengubah paradigma dan sikap kita dalam menyambut dan merayakan Natal.

Yesus Kristus Pusat dari Natal

Orang Kristen percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan Allah yang diutus untuk menyelamatkan manusia yang telah jatuh dalam dosa, rencana ini bukanlah rencana yang tiba-tiba, tetapi sudah ada dari kekekalan, karena Tuhan Allah itu kekal adanya. Pengharapan akan kedatangan Mesias telah menjadi bagian daripada pengharapan orang Israel seperti yang dinubuatkan oleh para nabi tetapi digenapi dengan kelahiran sang bayi Yesus pada zaman Kaisar Agustus berkuasa. Malaikat Tuhan dengan jelas menyatakan bahwa yang lahir itu "Juruselamat dunia, Kristus Tuhan". Natal adalah kelahiran Yesus Kristus, Sang Mesias, Juruselamat bagi manusia. Merayakan Natal berarti merayakan "ulang tahun" nya Yesus bukan kita dan makna dari Natal dan merayakan Natal hanya mungkin kita dapatkan jika kita menempatkan pusat and subtansi dari ritual ibadah Natal kita, simbol-simbol Natal kita, aksi-aksi Natal kita pada Dia.

Suasana Natal Pertama adalah Kesederhanaan

Tuhan Yesus datang dengan penuh kesederhanaan bahkan "terlalu" sederhana menurut ukuran manusia. Natal pertama dihiasi dengan cahaya bintang-bintang di langit di lapangan penggembalaan bukan gemerlapan pentas dan pernak-pernik, natal pertama mengambil setting tempat di sebuah kandang ternak, sebuah palungan, rumput dan jerami. Natal pertama dilakoni oleh Yusuf dan Maria, dua orang muda yang sederhana tetapi beriman dan tulus hatinya. Keagungan daripada Natal pertama bukan dari manusia dan dunia tetapi dari bala tentara sorgawi yang sepertinya "tidak tahan" dan tidak mengerti mengapa Sang Kudus, Sang Mahakuasa, Sang Mahamulia, sekarang mengambil rupa seorang bayi yang lemah, terbungkus dalam lampin sederhana, dan hanya menempati palungan tempat makanan ternak. Itulah sebabnya para malaikat lah yang menyanyikan koor sorgawi memuji-muji dan mengagungkan Sang bayi kudus.

Kalau Tuhan sendiri mengambil jalan kesederhanaan, mengapa sekarang Natal dibungkus dengan segala pernak-pernik kemegahan dan kemeriahan dunia yang pada akhirnya mengaburkan dan meng hilangkan makna sesungguhnya dari inkarnasi Kristus? Dapatkah Natal dirayakan dengan semangat kesederhanaan tapi penuh makna?

Semangat Natal Pertama adalar Solidaritas dan Perjuangan Pembebasan

Kedua, semangat Natal adalah semangat memberi, berkorban dan memikirkan orang lain. Itulah maksud kedatangan Tuhan Yesus ke dalam dunia bukan? Kitab Filipi 2:1-11 mengungkapkan pikiran dan hatinya Kristus, yang bersedia merendahkan diri, mengambil rupa manusia, menjadi hamba, mati dan berkorban bagi umat manusia yang berdosa. Natal adalah antithesis terhadap pementingan diri sendiri, Natal adalah satu sikap hidup memberi dan berkorban, Natal adalah satu semangat dan tindakan untuk tidak mengarahkan diri "ke dalam" diri kita sendiri, tetapi mengarahkan diri kita untuk melihat "keluar" sekeliling kita yang membutuhkan.

Natal berarti Tuhan bukan hanya menjadi Juruselamat tetapi juga menjadi "immanuel'-Allah yang beserta dengan manusia. Ini berarti kita juga dipanggil menjadi sesama, hadir, merasakan apa yang dialami oleh orang-orang yang terbelenggu dalam dosa dan kuasa jahat, orang yang berada dalam ketakutan maut dan kematian, sakit penyakit dan tekanan-tekanan psikologis, para janda dan anak yatim yang untuk makan tiga kali sehari pun sulit, orang-orang yang dirampas hak-haknya oleh kekuasaan dan orang-orang yang berkuasa karena uang dan massa. Natal yang sejati memanggil kita juga untuk menjadi pelayan-pelayan pembebasan seperti Yesus, pertama dalam penginjilan membebaskan jiwa-jiwa yang terbelenggu dan dikuasai oleh dosa, karena Injil Yesus Kristus adalah kuasa pembebasan dari dosa. Tetapi juga kita harus berjuang di tengah-tengah masyarakat dan masalah-masalah kehidupan sehari-hari, agar hidup ini lebih adil, damai dan sejahtera.

Natal adalah "ulang tahun" nya Tuhan karena itu merayakan Natal berarti merayakannya dengan berpusat pada Kristus, Kristus ditinggikan dan dimuliakan; merayakan Natal dengan suasana kesederhanaan tapi bermakna; merayakan Natal yang mendorong semangat keluar dari diri sendiri dan menujukkan pelayanan dan hidup kita keluar. Christmas is not your birthday but lord's birthday. ***

Penulis adalah Pendeta Gereja Methodist Indonesia Studi S - 2 Theology di TTC Singapore

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
Untuk bergabung di milis INTI-net, kirim email ke : inti-net-subscribe@yahoogroups.com

Kunjungi situs INTI-net   
http://groups.yahoo.com/group/inti-net

Kunjungi Blog INTI-net
http://tionghoanet.blogspot.com/
Subscribe our Feeds :
http://feeds.feedburner.com/Tionghoanet

*Mohon tidak menyinggung perasaan, bebas tapi sopan, tidak memposting iklan*
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar