Minggu, 25 Desember 2011

[PERS-Indonesia] Kedamaian kian Hilang

 

 
 
Kedamaian kian Hilang
Sabtu, 24 Desember 2011 00:00 WIB
Komentar: 13
LEMBARAN almanak 2011 segera berakhir dan bersalin dengan 2012. Banyak yang sudah dicapai dalam rentang 365 hari silam, tetapi tidak sedikit yang membuat kita menghela napas panjang, pesimistis bahkan waswas.

Salah satu yang merisaukan kita selama tahun ini ialah kekerasan yang seakan menaburi segenap penjuru Tanah Air. Seolah tidak ada lagi tempat damai di negeri ini.

Ada penembakan misterius di Papua serta pembantaian keji di Mesuji, Lampung dan Sumatra Selatan. Ada pembakaran kantor dinas dan rumah pribadi gubernur serta perusakan rumah-rumah ibadah.

Di Gedung DPR tempat para wakil rakyat terhormat, kekerasan juga terjadi. Kesantunan berpolitik kian pupus. Yang muncul ialah perang kata-kata vulgar, menjurus ke caci maki yang menjijikkan.

Kekerasan juga dipertontonkan secara arogan oleh pejabat pemerintah. Mereka yang seharusnya menjadi contoh menjunjung hukum secara angkuh mengangkangi putusan pengadilan. Lihat saja Wali Kota Bogor Diani Boediarto yang tidak melaksanakan putusan Mahkamah Agung, tetapi tetap melarang jemaat GKI Yasmin beribadah di gereja mereka.

Rakyat yang terimpit secara ekonomi menyaksikan kekerasan demi kekerasan berlomba muncul tanpa negara berdaya meredam itu. Para elite pemerintahan hanya sibuk membangun citra dan rajin mematut diri.

Kekerasan yang muncul di mana-mana ditiru secara sempurna oleh pelajar dan mahasiswa. Tengoklah di jalan-jalan utama di kota-kota besar, para pelajar begitu mudah tawur. Mereka tidak lagi hanya mengantongi batu, tetapi membawa golok dan samurai dalam tas sekolah. Mereka tidak lagi sekadar berniat mencederai lawan, tetapi bernafsu membunuh.

Juga di kampus-kampus, mahasiswa secara brutal merusak ruang-ruang kuliah, menghancurkan perabotan laboratorium, dan mengobrak-abrik ruang praktikum hanya karena persoalan sepele.

Negara dan pemerintah yang bertugas menciptakan kedamaian hanya berdiam diri. Akibatnya rakyat menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri, termasuk menggunakan kekerasan.

Kita prihatin karena pemerintah hanya menjadi penonton ketika kedamaian dicabik-cabik. Kita juga prihatin ketika rakyat lari tunggang langgang menghindari kekerasan untuk mencari kedamaian, pemerintah tidak berdaya memberi perlindungan.

Rakyat butuh negeri yang damai dengan pemimpin yang mengayomi. Bukan pemimpin yang hanya menonton ketika rakyat ditebas dan dibantai.

Negeri yang damai semestinya bukanlah sebuah impian. Para pemimpin diberi amanah mewujudkannya

__._,_.___
Recent Activity:
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Milis Pers Indonesia
Powered by : http://www.GagasMedia.com
GagasMedia.Com Komunitas Penulis Indonesia
Publish Tulisan Anda Disini !

Khusus Iklan Jual-Beli HP/PDA
Ratusan Game/Software HP Gratis
http://www.mallponsel.com

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar