Minggu, 25 Desember 2011

Re: [inti-net] Re: Umat Islam Jangan Sampai Diracuni Dengan Budaya Natal

 

Bagi Tionghoa yang beragama Kong Fuchu dan Kristen tidak ada larangan untuk berdagang, hanya yang beragama Islam banyak larangan, antara lain dalam Al Quran 5:51 dikatakan : "dilarang bersahabat dengan orang Yahudi dan Nasrani dan mengangkat mereka menjadi pemimpin". Jadi karena tidak boleh bersahabat maka timbul macam-macam.

From: firdausjuven
Sent: Saturday, December 24, 2011 5:18 PM
To: inti-net@yahoogroups.com
Subject: [inti-net] Re: Umat Islam Jangan Sampai Diracuni Dengan Budaya Natal

Hendaknya festive ini tidak dijadikan polemik.
Karena kalau sudah main pengelompokan, maka yang
rugi adalah mereka yg ikut pengelompokkan tsb.

Andai pengelompokan dimulai dari berdagang dgn budaya natal, maka
si pedagang yang non Kristen dihimbau berhenti berdagang pd saat menjelang Natal, lalu pada saat menjelang Lebaran (hari raya umat
Muslim), dihimbau lagi pedagang Kristen supaya berhenti berdagang
- ini sama aja pikiran katak dalam tempurung.

Lalu apakah pada saat mau Tahun Baru Imlek, pedagang yg non Tionghoa dihimbau juga berhenti berdagang ? Kan aya aya wae aja. Ini cuma usulan ngaco dengan mengatasnamakan kepentingan sempit.

--- In mailto:inti-net%40yahoogroups.com, "Sunny" <ambon@...> wrote:
>
> Refl Barangkali supaya tidak diracuni, maka seharusnya yang berdagang, mempunyai toko, restauran atau transport, etc berhenti berbisnis selama 3 bulam bulan mulai 1 November s/d 31 Januari. Bagi yang mempunyai pendapat atau usulan lebih jitu, silahkan dikemukakan.
>
> http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2011/12/24/17174/umat-islam-jangan-sampai-diracuni-dengan-budaya-natal/
>
> Sabtu, 24 Dec 2011
>
>
>
> Umat Islam Jangan Sampai Diracuni Dengan Budaya Natal
> JAKARTA (voa-islam.com) - Hari raya natal yang diperingati umat Kristiani sudah menjadi budaya di negeri-negeri mayoritas Kristen. Natal yang tidak pernah ada contohnya dan diperintahkan dalam bible ini oleh Herbert W. Amstrong dalam bukunya The Plain Truth about Christmas terang-terangan dikritik lantaran budaya natal ini berasal dari budaya pagan.
>
> Masih dalam buku tersebut, atribut-atribut natal seperti pohon cemara juga merupakan budaya pagan kuno, pohon itu disebut "Mistletoe" yang dipakai pada saat perayaan musim panas, karena mereka harus memberikan persembahan suci kepada matahari, yang telah memberikan mukjizat penyembuhan.
>
> Sementara kisah Sinterklas atau Santa Claus asalnya adalah Santo Nicolas seorang pendeta yang diagung-agungkan oleh bangsa Yunani dan Latin.
>
> Dari sinilah kemudian budaya natal mendunia di tengah-tengah kaum kristiani dengan atribut-atribut pohon natal dan Sinterklas. Budaya ini pun lama kelamaan menjalar ke berbagai negeri muslim seperti di Indonesia. Ironisnya yang ikut meramaikan syiar agama Kristen ini adalah umat Islam sendiri baik secara sukarela maupun terpaksa. Fakta ini bisa kita lihat di berbagai perusahaan ataupun ritail-ritail di mal di mana mereka yang mengenakan atribut natal seperti Sinterklas adalah karyawan-karyawan muslim.
>
> Melihat fenomena tersebut Ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia) pusat KH. Ahmad Cholil Ridwan, Lc. mengungkapkan bahwa bagaimana pun perayaan natal merupakan bagian dari perang budaya yang dilancarkan oleh barat terhadap Islam. Lebih lanjut ia mengibaratkan budaya seperti bunga dalam satu pohon sedangkan rantingnya adalah syari’at dan akarnya adalah ‘aqidah.
>
> “Natalan itu saya kira budaya, di mana sekarang itu sedang perang budaya Islam dengan budaya barat. Budaya itu ibarat bunga bagi pohon, batangnya dengan rantingnya itu kan syari’at ibadah, ‘aqidahnya itu akar. Seperti pakaian menutup aurat itu syari’at tapi bentuk warna, bahan, corak pakaian yang menutup aurat itu budaya. Seperti di timur tengah, orang laki-laki Indonesia pecinya hitam, syari’atnya adalah menutup kepala, cara menutup kepala apakah pakai peci atau blangkon itu budaya,” jelasnya kepada voa-islam.com Senin (19/12).
>
> Budaya menurut ulama yang juga pimpinan SKPPMI (Syabakah Konsumen Pengusaha Produsen Muslim Indonesia) ini bukanya tidak berbahaya, justru menurutnya jika budaya ini telah terkontaminasi maka laksana pestisida yang ditaburkan, meski awalnya hanya mengenai daun nantinya ranting hingga akarnya pun juga akan kering bahkan mati.
>
> “Budaya ini bukan tidak berbahaya justru sangat berbahaya. Apabila pohon itu daunnya disemprot dengan racun, maka nanti seminggu daunnya rontok sampai nanti kemudian anting dan cabangnya ikut kering, tiga minggu hingga sebulan nanti akarnya ikut kering lalu matilah pohon itu secara total, seperti petani kalau menghilangkan hama kan begitu,” paparnya.
>
> Akhirnya pengasuh Ponpes Al Husnayain ini mengimbau agar umat Islam menolak budaya yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam seperti budaya mengucapkan selamat natal atau mengenakan atribut-atribut natal.
>
> “Nah, budaya barat itu racun, kalau pohon Islam itu sudah diracuni dengan budaya barat dengan Sinterklas, ucapan selamat natal dan lain sebagainya, akarnya itu akan ikut rusak. Jadi umat Islam harus menyerukan bahwa budaya yang bertentangan dengan syari’at Islam itu harus ditolak karena budaya itu harus sesuai dan sejalan dengan syari’at Islam,” tutupnya. (Ahmed Widad
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
Untuk bergabung di milis INTI-net, kirim email ke : inti-net-subscribe@yahoogroups.com

Kunjungi situs INTI-net   
http://groups.yahoo.com/group/inti-net

Kunjungi Blog INTI-net
http://tionghoanet.blogspot.com/
Subscribe our Feeds :
http://feeds.feedburner.com/Tionghoanet

*Mohon tidak menyinggung perasaan, bebas tapi sopan, tidak memposting iklan*
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar