Ketika orang-orang pandai pinter mengkritik sambil terus berkeluh kesah,
warga Jakarta ternyata sudah makin cerdas menyikapi kelicikan para elit politisi korup.
"Buang segala ilusi, yang kami perlukan Tranparansi dan Bukti, bukan segala janji yang sudah basi" tegasnya.
Von: "AWIND" <
j.gedearka@upcmail.nl>
An: <
nasional-list@yahoogroups.com>
Betreff: [temu_eropa] JK: Tidak Ada Lagi Pemimpin yang Memberikan Teladan
Datum: Sat, 11 Aug 2012 00:07:08 +0200
http://www.shnews.co/detile-6159-jk-tidak-ada-lagi-pemimpin-yang-memberikan-teladan.htmlJK: Tidak Ada Lagi Pemimpin yang Memberikan Teladan
Ruhut Ambarita | Jumat, 10 Agustus 2012 - 15:15:48 WIB
(dok/ist)Pemilu 2014 harus bisa melahirkan pemimpin yang bisa menyelesaikan persoalan akut di Indonesia.
JAKARTA - Tren politik di Indonesia telah berkembang menjadi pragmatis. Para elite politik saat ini hanya berpikir cara mendapatkan kekuasaan dan mempertahankan ketika sudah mendapatkannya. Pemilu 2014 dituntut dapat melahirkan pemimpin yang memahami dan menyelesaikan persoalan bangsa.
Ketidakadilan dan kemiskinan menyebabkan pecahnya sebuah negara. Oleh karena itu Indonesia membutuhkan pemimpin yang tidak hanya pintar tapi juga mengetetahui dan bisa menyelesaikan persoalan. Pemimpin itu harus menjadi teladan bagi orang lain.
"Bangsa kita liar seperti sekarang ini karena pemimpinnya tidak memberikan contoh," demikian diungkapkan mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla (JK) dalam diskusi bedah buku karya Johan O Silalahi bertajuk Mengurai Masalah Bangsa dan Negara di Jakarta, Kamis (9/8).
Menurutnya, pemimpin mendatang harus menata hukum dan menyelesaikan kegelisahan sosial.
Semenetara itu, Guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Sri Edi Swasono mengatakan, pemimpin tidak berguna jika tidak bisa memberikan rakyat kepercayaan diri dan merasa berdaulat sebagai satu bangsa.
"Siapa pun berhak menjadi pemimpin bangsa selama bisa membuat rakyat bahagia," tegasnya.
Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate, Sukardi Rinakit mengatakan, setidaknya tiga tren politik berkembang di Indonesia saat ini. "Ideologi yang telah bergeser menjadi kapital, partai yang telah berubah menjadi figur, dan propaganda yang telah berubah menjadi marketing politik," kata Sukardi.
Politik Uang
Pendapat senada ditambahkan Aviliani, pengamat ekonomi dari The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF). Aviliani memperkirakan, politik uang akan menghantui pemilihan umum di Indonesia setidaknya hingga 10 tahun mendatang.
Perkiraan itu disampaikan Aviliani berdasarkan tingkat pendidikan dan pendapatan sebagian besar pemilih di Indonesia yang masih rendah.
"Dua periode ke depan politik uang masih dominan karena karakteristik masyarakat," ujarnya. Oleh karena itu, kata Aviliani, tuntutan Indonesia mendatang tidak hanya mengubah perilaku dan karakteristik elite politik, namun juga mengubah karakteristik pemilih.
Selain itu, Aviliani mengatakan, kepentingan kelompok atau vested interest juga menjadi persoalan yang terus merongrong Indonesia. Itulah mengapa, kata dia, dibutuhkan etika untuk menyatukan pelbagai kepentingan, kesepakatan bersama di antara elite politik dan rakyat, serta kebijakan yang berkesinambungan.
Selama ini, kata peneliti senior LIPI Indria Samego, para pemimpin hanya berpikir bagaimana mendapat dan mempertahankan kekuasaan.
Indria mengatakan, pemimpin yang baik dan kuat tidak berarti harus dari kalangan militer. Namun, pemimpin yang taat asas adalah yang terbaik dan kuat. Oleh karena itu, kata dia, Pemilu 2014 harus bisa melahirkan pemimpin yang bisa menyelesaikan persoalan akut di Indonesia, di antaranya kemiskinan.
(Sinar Harapan)
[Non-text portions of this message have been removed]
------------------------------------
Yahoo! Groups Links
Tidak ada komentar:
Posting Komentar