Selasa, 31 Juli 2012

[M_S] Re: Peradaban Tanpa Kalender Unifikatif: Inikah Pilihan Kita?

 

kalau suatu hadits shohih apalagi mutawatir, tidak akan bertentangan dgn Al-Quran.

hanya saja, kita perlu metode dlm memahaminya.
karena ada yg bisa digabungkan (thoriqotul jam'i), terutama Hadits sebagai penafsir/penjelas Al-Quran.
lalu ada juga yg nasikh-mansukh.

kalau pun belum sanggup memahaminya...yg diajarkan adalah bukan kritis menanyakan kok terlihat tdk selaras....tapi tawaqquf.
kitanya yg blm sanggup/bisa memahaminya, bukan Al-Quran dan Hadits yg bertentangan.

dan kalau bertaqwa, akan mendapat ilmu laduni (bukan seperti bayangan orang terkait kebaktian dan keramat)....yaitu hikmah dan pemahaman. termasuk pd hal-hal yg belum dipahaminya.


prinsip kontradiksi yg Bapak sampaikan benar.
tapi cara Bapak itu, terlalu men-generalisir, terlalu sempit, terlalu sembrono.
mau ngecek kontradiksi Al-Quran Hadits?
belajar tafsir, ilmu hadits, ushul fiqih, ilmu alat (Bahasa dkk), qiro-at.
apa kita semua sudah belajar itu, dgn baik dan benar serta konsisten?

belajarnya itu..... 
bukan sesuatu yg dgn mudah didapatkan cuma dari milis atau browsing sana sini.
gegabah sekali kalau dgn syeikh googling dan aktif diskusi atau debat di milis, bisa merasa mendapatkan pemahaman yg komprehensif, apalagi dlm waktu yg relatif singkat, dan kurang intensif.
apalagi faktor barokah yg minim (saya pakai kalimat ini, sebagai penghalus) , kecil...kalau hanya mengandalkan googling dan milis.

pemahaman yg matang didapat  dgn belajar intensif, terutama dgn talaqqi, hadir di majelis, berinteraksi dgn ulama.
lalu mengulang-ulang mengkaji kitab rujukan dasar walau kitab tsb yg itu-itu juga (inilah muroja'ah, sekaligus menjawab pertanyaan kok Ulama/Ustadz bisa baca ratusan hal per hari pdhal kitabnya itu-itu saja).
latihan mengaplikasikan teori dlm analisa kasus simulasi atau nyata (bahtsul masa-il).

salah seorang murid Imam Syafi'i menyatakan bahwa setiap ia membaca ulang kitab Imam Syafi'i terutama ar-Risalah, ia selalu mendapatkan pemahaman baru.
Imam Syafi'i pernah semalaman terjaga, wudhunya terjaga, mengulang-ulang hafalan al-Quran dan mengkajinya, dgn mencari dalil utk suatu masalah.
Imam Bukhoro, selain rajin muroja'ah haditsnya (dlm satu kisah namun blm bisa diverifikasi, beliau mengulang min 20x), juga rajin bersuci dan sholat sebelum menuliskan 1 hadits.

saya baca artikel kalau tdk salah di situs pesantren virtual, bahwa ulama di salah satu negara (saya lupa di mana, karena sudah lama bacanya , tapi sepertinya di area Timur-Tengah), yg mau jadi anggota dewan pengawas ekonomi syari'ah, diharuskan mengkaji minimal 100 kitab ushul fiqih dan fiqih terutama yg terkait ekonomi (cuma ditulisan itu tdk disebutkan apakah harus turots klasik/kitab kuning, atau bebas, termasuk kitab kontemporer).

yg menariknya, terkait muroja'ah....
atsar/hadits istikmal oleh Ibnu Umar ra, sudah saya baca berkali-kali.
sering iseng cari hadits tematis, dan ketemu hadits/atsar tsb
namun pemahaman yg mencerahkan, saya baru dapatkan justru tatkala Pak Ki Ageng menyampaikannya di milis ini.

utk kasus seperti ini...dulu saya fokus pd thoriqotul jam'i, itu pemahaman saya yg dulu.
tapi sekarang, saya dpt sisi lain, yaitu rukyat bisa saja dianggap tdk bersifat ta'abbud (walau saya berhati-hati dan memilih pendapat yg menyatakan bersifat ta'abbud) krn praktek Ibnu Umar tsb.
ini sesuatu yg langka dan sangat berharga bagi saya.
ketika saya dapat pemahaman ini, sangat membahagiakan.

semoga Allah melimpahkan hidayah kpd kita semua yg di milis ini, dan semoga Pak Ki Ageng selalu mendapat kekuatan dan hidayah, serta kemampuan ijtihad dan tajdid yg mumpuni. Aaamiin.

kembali ke muroja'ah, ke belajar ilmu utk mengetahui keselarasan Al-Quran dan Hadits...
pemahaman tsb hanya didapat dgn belajar yg benar, dgn cara yg benar, kpd orang yg benar, secara intensif dan berulang-ulang, diiringi tekad utk menjaga/mencapai sikap taqwa.
kalau belum merintis apalagi melakukan hal ini...
maka hati-hati kalau bertanya mana Al-Qurannya, mana ayatnya, eksplisit atau tidak, dsb.


Pak Pranoto....
cikal bakal pemikiran inkarus sunnah sebagaimana di artikel sebelumnya yg saya posting adalah setahap demi setahap....
dimulai dari selalu menanyakan apa ada dalil serupa yg tertulis eksplisit di Al-Quran.
kemudian mulai meragukan metode ilmu hadits.
lalu meragukan hadits ahad yg shohih...
sampai akhirnya semua hadits diabaikan.

makanya saya kasih warning keras ke Bapak.


Last....waktu belajar ngaji/tafsir...
ulama/ustadz yg mengajarkan saya soal spirit/dalil rukyat secara global...
justru mengacu pd ayat 'Yas-aluunaka 'anil ahillah' + asbabun nuzul nya, lalu ayat "Faman Syahida minkumus-Syahru".
ini debatable. terutama di ayat Faman Syahida minumus-Syahru.

tapi pd Yas-aluunaka 'anil ahillah dan asbabun nuzulnya (yg dulu saya tanyakan makna dari teks arabnya , tapi belum dijawab-jawab Pak Pranoto), penggunaan kata hilal, menurut lazimnya pemahaman bangsa Arab (tentu bhs arab harus dibawa ke pemahaman umum bangsa Arab, yg ini lebih tepat).... adalah bulan sabit baru yg terlihat, terutama 1-2 hari pertama. 

Bahkan dari komunitas Salafi menegaskan hal ini dgn menukil penjelasan Ibnu Taimiyah, Syaikhul Islam yg mendalam ilmunya....termasuk beliau pernah mengkritisi beberapa kelemahan paparan Sibawaih (kalo tdk salah ingat) dlm masalah Bhs Arab.


makanya saya bilang ,diskusinya disudahi, kalau cuma mutar disana-sana, tdk ada hal baru, sikap baru, pemahaman baru, apalagi bisa tergelincir ke kesalahan/kekhilafan yg diwarning agama.


saya lebih suka bahas, bagaimana program kampanye unifikasi kalender Islam, atau bagaimana memahami ta'abbud.
atau bagaimana kampanye LAZISMU, terutama utk donasi thd saudara kita muslim etnis Rohingya di Myanmar.
karena dari pemerintah dan dari ormas/komunitas muslim, kurang kencang/keras gaung kepeduliannya.

bahkan kalau dulu utk Palestina, bisa munashoroh, demo terbuka....walau bulan Puasa. namun utk Myanmar, saya blm dengar beritanya (Walau tdk dipungkiri, seperti kata Ustadz Shobri kalau tdk salah, dari FPI, media massa ini milik kapitalis dan lebih suka melayani kepentingan barat dan zionis karena cuan/fulusnya besar....sehingga tdk berpihak utk memberitakan hal yg penting bagi umat Islam).
bahwa dari kaum SePiLis pun, biasanya gigih mempromosikan doa bersama lintas agama utk kemanusiaan...belum ada aksi, memilih diam laksana setan bisu yg dipaparkan oleh Umar bin Khotthob ra.
seruan qunut nazilah atau doa , istighotsah, tabligh utk Myanmar blm ada.
Pemerintah seperti biasa, lamban bersikap, cerminan gaya kepalanya.

inilah hal-hal yg lebih menarik dan rasanya lebih penting utk dibahas.

mohon maaf bila kurang berkenan.
Walloohu a'lam bis-showab.
Wassalam - Nugon


--- In Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com, Rayyan Sugangga <sugangga_net@...> wrote:
>
> Sepakat, Al-Quran merupakan sumber utama.

> Dan penafsiran atau pelaksanaan lebih detail juga terdapat dalam hadits-hadits.

> Menurut saya, disinilah menariknya, kita sama-sama mengkaji, mana hadits yang sahih, mana yang kurang sahih.

> Kalau menurut saya, idealnya hadits tidak bertentangan dengan sumber utama yaitu Al-Quran.

> Dan menurut saya, silahkan memilih hadits-hadits mana yang sesuai dengan kita, jikalaupun ada perbedaan disitulah salah satu tujuan manusia diciptakan, "agar saling mengenal " ...

> mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan,
> sekaligus perkenalan sebagai member baru di milis yang penuh dengan diskusi ini,

> salam hormat
> rayyan





> ________________________________
> From: Noval Akt noval_akt@...
> To: Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com 
> Sent: Wednesday, August 1, 2012 3:00 AM
> Subject: [M_S] Re: Peradaban Tanpa Kalender Unifikatif: Inikah Pilihan Kita?


>   
> Banyak ibadah yang kita lakukan tidak ada tertulis di dalam Al Qur'an, pak Pranoto, tapi adanya di dalam hadits2 sahih.

> --- In Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com, pranoto hidaya rusmin pranotohr@ wrote:
> >
> > Sabar Pak Nugon....ini sebenarnya dari sisi sy sepele, dari sisi Pak Nugon kok jadi dikatakan inkar Sunah.
> > 
> > Sy itu hanya pakai prinsip non kontradiksi, bahwa hadits tdk boleh bertentangan dg ayat2 AQ. sama jg dlm bernegara, UU tidak boleh bertentangan dg UUD 45.
> > 
> > Kalau sy mengabaikan hadits/sunnah Nabi saw, bolehlah kata itu tepat diarahkan ke sy, inkar sunah. ini bukan soal inkar sunah, tp masalah keselarasan antara nilai2 yg generik di AQ, yg pastinya mendasari seluruh eksistensi hukum di bawahnya, tms hadits dan ijma.
> > 
> > Kalau bagi sy dg tidak adanya dasar RH dari AQ, sdh menjadi bukti nyata hukum RH waktu jaman Nabi itu hanya temporer sj. ya masy pada waktu itu memang dptnya begitu, bgmn lg?
> > 
> > Silakan dicek.....dimana ada perintah RH di AQ?  wis tho...dicari2 tidak akan ada.
> > Mau minta waktu berapa lama....hasilnya akan sama, tidak ada satu ayatpun yg dpt menjadi dasar RH.
> > 
> > Silakan dicek sj pelan2. sy akan sabar menunggu.
> > 
> > 
> > Salam
> > 
> > 
> > 
> > ________________________________
> > From: nugon19 nugon19@
> > To: Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com 
> > Sent: Tuesday, 31 July 2012, 17:47
> > Subject: [M_S] Re: Peradaban Tanpa Kalender Unifikatif: Inikah Pilihan Kita?
> > 
> > 
> >   
> > Pak Pranoto, saya sudah sering menyampaikan warning berkali-kali utk kalimat bernuansa seperti ini:
> > 
> > "adakah dasar RH dalam AQ? kalau tidak ada itu sdh mrp bukti kejanggalan dari penggunaan RH sampai saat ini. kalau kita berpikir, tentu tdk mungkin menerima adanya kontradiksi. ini mrp salah satu kaidah dalam berpikir. "
> > 
> > cara berpikir Bapak, mohon maaf, mirip dgn Inkarus-Sunnah.
> > Afalaa ta'qiluun? Afalaa Ta'lamuun? Afalaa tadzakkaruun?
> > saya kembalikan gaya bertanya Bapak, kpd Bapak sendiri.
> > karena saya yakin, dgn kecerdasan Bapak, dan kapasitas intelektual dan akademik Bapak, serta pekerjaan Bapak yg berkutat di Dunia Sains, mestinya mudah mencerna artikel terkait inkarus-sunnah yg saya posting.
> >
>

__._,_.___
Recent Activity:
----------------------------------------------------------------------
"Muhammadiyah ini lain dengan Muhammadiyah yang akan datang. Maka teruslah
kamu bersekolah, menuntut ilmu pengetahuan dimana saja. Jadilah guru kembali
pada Muhammadiyah. Jadilah dokter, kembali kepada Muhammadiyah. Jadilah
Meester, insinyur dan lain-lain, dan kembalilah kepada Muhammadiyah"
(K.H. Ahmad Dahlan).

----------------------------------------------------------------------
Salurkan ZAKAT, INFAQ dan SHODAQOH anda melalui LAZIS
MUHAMMADIYAH

No. Rekening atas nama LAZIS Muhammadiyah
1. Bank BCA Central Cikini
    (zakat) 8780040077 - (infaq) 8780040051
2. BNI Syariah Cab. Jakarta Selatan
    (zakat) 00.91539400 -   (infaq) 00.91539411
3. Bank Syariah Mandiri (BSM) Cab. Thamrin
    ( Zakat) 009.0033333 -  (Infaq) 009.00666666
4. Bank Niaga Syariah
    (zakat) 520.01.00186.00.0 - (infaq) 520.01.00187.00.6
5. Bank Muamalat Indonesia Arthaloka
    (Zakat) 301.0054715
6. Bank Persyarikatan Pusat
   (zakat) 3001111110 -  (infaq) 3001112210
7. Bank Syariah Platinum Thamrin
    (zakat) 2.700.002888 -  (infaq) 2.700.002929
8. BRI cab. Cut Meutia
    (zakat) 0230-01.001403.30-9 -    (infaq) 0230-01.001404.30-5

Bantuan Kemanusiaan dan Bencana:
BNI Syariah no.rekening: 00.91539444

DONASI MELALUI SMS
a. Jadikan jum'at sebagai momentum kepedulian,
salurkan donasi anda, ketik: LM(spasi)JUMATPEDULI kirim ke 7505

b. Bantuan kemanusiaan  ketik: LM(spasi)ACK kirim ke 7505

Nilai donasi Rp. 5000, semua operator,belum termasuk PPN

email: lazis@muhammadiyah.or.id
website : www.lazismu.org
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar