Senin, 30 Juli 2012

Re: [M_S] Re: Peradaban Tanpa Kalender Unifikatif: Inikah Pilihan Kita?

 

Salam,
Untuk lebih memahami tulisan Prof. Syamsul Anwar (1) dalam frame ke-astronomi-an dan nuansa ke-internasional-an, ada baiknya kita juga perlu membaca secara perlahan-lahan tulisan Nidhal Guessoum (2).
Keduanya mengandung spirit unifikasi kalender hijriah, namun arah pembahasan dan 'background' warna tulisannya mungkin sedikit berbeda.

Salam,
Moh Khoiri

(1) Syamsul Anwar,  2012, Peradaban tanpa kalender unifikatif: Inikah pilihan kita?,  http://www.muhammadiyah.or.id/muhfile/download/Peradaban%20Tanpa%20Kalender.pdf
(2) Nidhal Guessoum, 2010, New moon on the horizon: An astronomer's guide to solving the start of Ramadhan, http://www.nature.com/nmiddleeast/2010/100809/full/nmiddleeast.2010.186.html

=======================

From: nugon19 <nugon19@yahoo.com>
To: Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, July 31, 2012 12:13 PM
Subject: [M_S] Re: Peradaban Tanpa Kalender Unifikatif: Inikah Pilihan Kita?

 
Pak Agus, yg dimaksud Mas Budi ini adalah Hisab Urfi?!

--- In Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com, Agus Purwanto <purwanto_phys@...> wrote:
>
> gak perlu tho mas Budimereka bisa perkirakan dari saat purnamaatau saat kemunculan hilal awal lalu diihitung 1, 2, 3, 4, 5 dst dan ini bukan ilmu falak tapi ilmu ngitung dinoatau pas menggembala atau sedang perjalanan naek onta lalu lihat ke langit barat dan kelihatan hilal padahal sebelumnya gak ada
> wong tuwoo kita tahu tanggal 15 jowo mung nganggo rosomereka gak paham ilmu falak
> yang agak paham mungkin ilmu balak (musibah)
>
> salam
>
> Agus Purwanto
>
> LaFTiFA ITS
>
> http://purwanto-laftifa.blogspot.com
>
> http://ayatayatsemesta.wordpress.com
>
> --- On Mon, 7/30/12, Budhi Prasetyo budhi.prasetyo@... wrote:
>
> From: Budhi Prasetyo budhi.prasetyo@...
> Subject: Re: [M_S] Peradaban Tanpa Kalender Unifikatif: Inikah Pilihan Kita?
> To: Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com
> Date: Monday, July 30, 2012, 7:56 PM
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>  
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Maaf, mereka bisa tahu tanggal 29 dan melihatnya ke suatu arah itu kan pekerjaan mereka yg mengerti ilmu Falaq.
> Terima kasih.
>
>
> 2012/7/31 Agus Purwanto purwanto_phys@...
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>  
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> di jaman nabi sudah dilakukan Hisab?siapa yang melakukan hisab?adaa saja ini ...
>
> Agus Purwanto
>
>
> LaFTiFA ITS
>
> http://purwanto-laftifa.blogspot.com
>
> http://ayatayatsemesta.wordpress.com
>
> --- On Mon, 7/30/12, Budhi Prasetyo budhi.prasetyo@... wrote:
>
>
> From: Budhi Prasetyo budhi.prasetyo@...
> Subject: Re: [M_S] Peradaban Tanpa Kalender Unifikatif: Inikah Pilihan Kita?
>
> To: Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com
> Date: Monday, July 30, 2012, 7:41 PM
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>  
>
>
>
>
>
>
> Iya, saya bukan ulama, tapi punya pemahaman, Hilal yg dimaksud adalah yg bisa dilihat dengan mata, dan saya memahaminya, waktu itu tidak pakai alat.
> Pula saya memahaminya, orang di Jaman Nabi sudah melakukan Hisab, sebab bila tanpa Ilmu Hisab, mereka tidak akan tahu kapan tgl 29 itu.
>
>
>
> Mohon pencerahannya.
> Selamat berPuasa.
> Terima kasih.
> Salam.
>
>
> 2012/7/31 pranoto hidaya rusmin pranotohr@...
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>  
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Sy sdg mempelajari bgmn cara pandang ulama, bgmn ulama menyimpulkan sesuatu bds atas teks2 yg ada.
>
>
> Sy lebih mengenal informasi2 dari dunia sains dan teknologi, yg biasanya tidak multitafsir. misal soal kestabilan BIBO: bounded input bounded output.
> Karena tidak multi tafsir, kita akan memahami informasi dg pemahaman yg sama.
>
> ketika scr eksplisit ada istilah BIBO Stable, seluruh ilmuwan kendali di dunia punya satu tafsir. semua memahaminya sbg definisi kestabilan suatu sistem, kalau diberi masukan terbatas, kmd luarannya terbatas, berarti stabil.
>
>
> Nah, bgmn kalau di ranah agama?
> bgmn kaidahnya memahami informasi di ranah agama, baik bds kata2 yg eksplisit maupun tidak
> eksplisit?  kapan kita mesti saklek mengikuti teks, kapan tidak?
> adakah ulama memiliki aturan yg sama?
> Misal  Dari hadits RH: berpuasalah kamu dengan melihat hilal.
>
>
> ada yg memahaminya harus melihat hilal, ada yg memahaminya perintahnya shaum sdkn melihat hilal adalah cara sj, yg boleh diubah.
> Nah.....bgmn aturan mainnya?
>
>
>
>
> Mohon pencerahannya.
> Salam
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> From: nugon19 nugon19@...
>
> To: Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com
>
> Sent: Tuesday, 31 July 2012, 8:40
> Subject: Re: [M_S] Peradaban Tanpa Kalender Unifikatif: Inikah Pilihan Kita?
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>  
>
>
>
>
>
>
>
> Pak Pranoto, maaf saya kurang paham apa maksud kalimat Bapak di email ini, terutama yg bold.
> terus terang saya bingung bacanya.padahal artikel yg diforward Uda Harman dari situs Muhammadiyah, sudah cukup bagus, dan sudah cukup jelas.
>
>
> mohon dijelaskan.
> Lalu bicara konsistensi, itulah gunanya madzhab - algoritma dlm berijtihad, metode istinbath yg relatif konsisten.makanya Muhammadiyah kendati tdk menyatakan mengacu kpd suatu madzhab, tetapi tetap membuat suatu "madzhab" tersendiri, bisa baca manhaj majelis tarjih.
>
>
> dan banyak madzhab, namun sedikit yg teruji, tahan lama, dan tetap diminati orang utk dikaji dan diaplikasikan. sedikit madzhab yg lolos seleksi alam tsb adalah 4 madzhab yg masyhur di kalangan Sunni.
>
>
> Wassalam - Nugon
> --- In Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com, pranoto hidaya rusmin
> pranotohr@ wrote:
> >
> > Ketika ada kata rukyah dlm hadits RH scr eksplisit, kita mesti saklek, memegang erat, krn itu sbg kata penguncinya. shg, ya harus seperti itu. tapi, ketika tdk ada dasar dari AQ, kita tdk perlu lg sesaklek itu, tidak perlu harus eksplisit, krn akan jadi ingkar sunnah.
>
>
> >
>


__._,_.___
Recent Activity:
----------------------------------------------------------------------
"Muhammadiyah ini lain dengan Muhammadiyah yang akan datang. Maka teruslah
kamu bersekolah, menuntut ilmu pengetahuan dimana saja. Jadilah guru kembali
pada Muhammadiyah. Jadilah dokter, kembali kepada Muhammadiyah. Jadilah
Meester, insinyur dan lain-lain, dan kembalilah kepada Muhammadiyah"
(K.H. Ahmad Dahlan).

----------------------------------------------------------------------
Salurkan ZAKAT, INFAQ dan SHODAQOH anda melalui LAZIS
MUHAMMADIYAH

No. Rekening atas nama LAZIS Muhammadiyah
1. Bank BCA Central Cikini
    (zakat) 8780040077 - (infaq) 8780040051
2. BNI Syariah Cab. Jakarta Selatan
    (zakat) 00.91539400 -   (infaq) 00.91539411
3. Bank Syariah Mandiri (BSM) Cab. Thamrin
    ( Zakat) 009.0033333 -  (Infaq) 009.00666666
4. Bank Niaga Syariah
    (zakat) 520.01.00186.00.0 - (infaq) 520.01.00187.00.6
5. Bank Muamalat Indonesia Arthaloka
    (Zakat) 301.0054715
6. Bank Persyarikatan Pusat
   (zakat) 3001111110 -  (infaq) 3001112210
7. Bank Syariah Platinum Thamrin
    (zakat) 2.700.002888 -  (infaq) 2.700.002929
8. BRI cab. Cut Meutia
    (zakat) 0230-01.001403.30-9 -    (infaq) 0230-01.001404.30-5

Bantuan Kemanusiaan dan Bencana:
BNI Syariah no.rekening: 00.91539444

DONASI MELALUI SMS
a. Jadikan jum'at sebagai momentum kepedulian,
salurkan donasi anda, ketik: LM(spasi)JUMATPEDULI kirim ke 7505

b. Bantuan kemanusiaan  ketik: LM(spasi)ACK kirim ke 7505

Nilai donasi Rp. 5000, semua operator,belum termasuk PPN

email: lazis@muhammadiyah.or.id
website : www.lazismu.org
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar