Selasa, 13 Desember 2011

[buruh-migran] Migran Transgender Muslim di Belanda

 

 
 
 

Migran Transgender Muslim di Belanda

Diterbitkan : 12 Desember 2011 - 9:32am | Oleh Jean van de Kok (Foto:RNW)
Diarsip dalam:

Bima adalah pria Indonesia yang sudah lama tinggal di Belanda. Ia hidup sendiri di kota tua Amsterdam.

Walaupun tidak tidak beda dari migran Indonesia lainnya, Bima menyimpan rahasia. Ia adalah seorang transgender. Ia lahir sebagai anak perempuan, kemudian sadar bahwa sebenarnya ia berjiwa laki-laki.

"Tuhan menciptakan saya begitu. Dari kecil saya sudah main sama anak laki-laki, kalau sama anak perempuan jarang," demikian Bima. Ia mengalami dua operasi ganti kelamin di Jakarta: untuk menghilangkan payudara dan kandungan serta sel telur. Sedianya operasi yang ketiga akan dijalani di Belanda, untuk mendapat penis.

"Sampai sekarang yang ketiga belum, saya menyesal urolog Belanda yang memeriksa mengatakan jangan operasi karena saya sakit pinggang, ternyata batu ginjal. Risikonya besar dalam operasi pembentukan penis. Bisa gagal. Penis buatan kulit paha bisa tersumbat bulu yang tetap tumbuh," demikian Bima.

Ia menambahkan: "Dengan minum hormon, klitoris menjadi besar sehingga untuk saya pribadi itu penis, walaupun kecil juga saya anggap penis."

Takut
Ia takut jika memikirkan luka-luka irisan di badannya. Tapi keinginan menyesuaikan tubuh dengan jiwanya sebagai laki-laki, jauh lebih besar daripada rasa takut itu.

Bagaimana setelah ganti kelamin, puas?

Bima menceritakan pengalamannya: "Kebetulan saya beruntung dalam seksualitas. Saya selalu mendapat pacar wanita yang mengerti saya. Kami ada saling pengertian, kepuasan seks itu tidak menjadi masalah. Baik untuk saya maupun pasangan saya. Dalam relasi bukan seks saja yang penting, kan kesesuaian antara kedua orang juga penting. Untuk seksnya tidak ada masalah."

Di kantornya tidak ada rekan yang tahu. Kepada bos, Bima terbuka karena khawatir kalau terjadi apa-apa, misalnya kecelakaan di pekerjaan, pingsan, tiba-tiba bajunya dibuka, mereka akan kaget dengan jahitan-jahitan di dadanya. Kalau bosnya tahu, bos akan melindunginya.

Jadi Bima belum coming out umum, hanya pada orang-orang tertentu. "Ya, yang penting orang yang dekat saya, yang berhubungan sehari-hari dengan saya, di pekerjaan, teman-teman, pasangan saya dan keluarganya."

Islam

Di KTP-nya Bima tercantum beragama Islam. Tadinya dokter ragu-ragu melakukan operasi ganti kelamin, karena larangan dalam agama Islam, padahal Bima menganggap dirinya hanya Islam KTP. Tahun 1976 ia memutuskan ganti kelamin.

Tim operasi membutuhkan surat keterangan dari pemuka Islam. Buya Hamka bersedia memberi keterangan ini. "Padahal saya orang kecil," katanya. Akhirnya dengan surat seorang psikolog ia berhasil menjumpai Buya Hamka.

Setelah mendengar riwayat hidup Bima akhirnya Buya Hamka tersenyum dan mengijinkan. Ia menerima surat pernyataan Buya Hamka: "Oleh sebab saya melihat kecenderungan pemuda ini, saudara Bima, adalah kepada sifat laki-laki, maka bolehlah ia dioperasi, untuk menyempurnakan kelaki-lakiannya itu. Menurut pendapat saya, penyempurnaan kelaki-lakian ini secara pengobatan atau operasi, tidaklah bertentangan dengan agma Islam, asal saja ada dokter yang menyanggupi operasi itu."

Bima lega dan ingin berteriak ke seluruh dunia, memperlihatkan surat ini. Akhirnya ia bisa dioperasi.

Diskriminasi
Belanda dikritik LSM Human Right Watch, karena pelanggaran hak asasi transgender yang dipaksa menyebut jenis kelamin. Padahal kadang-kadang mereka tidak bisa menyebut jenis kelamin mereka. Apa pendapat Bima?

"Di satu pihak ini hak transgender, kalau sudah dioperasi jelas, bisa disebut jenis kelaminnya di kartu identitasnya. Yang menjadi soal, kalau transgender ini masih pada awal pengobatannya, operasinya menjadi pria belum selesai, nah ini menjadi soal. Di KTP harus ditulis perempuan, itu pendapat saya. Kalau ada kontrol misalnya, dia harus buka baju untuk diperiksa ihwal narkoba, maka kalau di KTP ditulis laki-laki, padahal ia masih perempuan, maka ia bisa dituduh melanggar hukum."

Belanda
Kenapa Bima ke Belanda? "Saya ke Belanda bukan karena masalah transgender. Saya pacaran dengan orang Belanda. Karena sayang pacar saya ke Belanda, inilah sebabnya saya di Belanda. Saya juga berangan-angan bisa melakukan operasi saya yang terakhir di Belanda," jelasnya.

Bagaimana dengan toleransi di Belanda dengan kaum transgender?

Di Indonesia, bahkan Iran, kaum lesbian atau homo belum bisa diterima sedangkan kaum transgender bisa. Menurut Bima ada kaitannya dengan Islam. Dalam Islam itu hitam-putih, laki-laki atau perempuan. Dua laki-laki atau dua perempuan dianggap tidak normal, sedangkan transgender menyesuaikan diri menjadi laki-laki atau perempuan.

Bima kini menulis biografinya untuk mengimbau masyarakat bersikap toleran terhadap kaum transgende

__._,_.___
Recent Activity:
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar