Minggu, 11 Desember 2011

[inti-net] Fw: aksi bakar diri di depan istana

 

Dengan senang hati saya berusaha menjawab pertanyaan bung Heri .
Aksi bakar diri atau juga sesungguhnya tindakan bunuh diri sering saya dengar ketika saya masih tinggal di Vietnam beberapa puluh tahun lalu yang dilakukan oleh pada umumnya penganut Budha sebagai protes keras terhadap penguasa boneka zaman Thieu-Ky yang dikendalikan AS. Orang-orang mengetahui efek politiknya yang cukup besar meskipun sang penguasa yang diprotes seperti tidak terpengaruh sedikitpun dan sikap demikian, juga kita maklum (bukan memaklumi) karena dari penguasa politik yang manapun tidak bisa kita harapkan emosi yang bagaimanpun apalagi emosi positif. Politik selalu tanpa emosi dan juga sebagai yang pernah dikatakan oleh Lenin, emosi dalam politik adalah pengkhiatan.

The Most Comprehensive Travel Blogs
http://adsensetravel.blogspot.com/
http://adsensetravelreviews.blogspot.com/
http://indonesiatravelupdates.blogspot.com/

Jadi bisakah kita katakan setiap tindak bunuh diri yang bermotifkan politik adalah sia-sia?, hanya merugikan diri sendiri?, sedangkan penguasa negara yang diprotes bahkan tidak bergidik sedikitpun atau bahkan mereka akan bersukur dan mengharap agar setiap orang yang memprotes kebijaksanaan politiknya agar bunuh diri semuanya, membakar diri atau dengan cara apa saja. Sudah pasti logikanya tidak demikian. Para penguasa harus memikirkan efek psikologis yang akan berkembang menjadi efek politis yang ahirnya menimbulkan kemarahan dan bahkan bisa pula hingga pemberontakan besar.

Peristiwa bakar diri di muka istana Presiden baru-baru ini sudah pasti bukan peristiwa biasa dan adalah sebuah pernyataan protes rakyat terhadap penguasa negara Indonesia yang sudah tidak mengindahkan nasib rakyat kecil, rakyat miskin dan menghanyutkan negara dan bangsa ke kehidupan korupsi yang bagaikan seluruh gunung berapi yang meletus tak putus-putusnya menyemburkan lahar menghabisi seluruh kekayaan alam dan kehidupan semua manusia sekitarnya. Sesunggahnya budaya korupsi disertai menjalankan kekuasaan dengan penindasan dan penghisapan adalah juga aksi bunuh diri yang akan menghancurkan seluruh bangsa. Lalu siapakah yang akan bertanggung jawab? Aksi bunuh diri atau bakar diri baru-baru ini adalah juga sebuah peringatan keras bagi semua orang, bagi setiap manusia Indonesia dan terutama bagi penguasa yang sekarang. Bila perlawanan dan protes terhadap penguasa sudah macet di berbagai bidang, maka rakyat yang tidak berdaya akan memilih jalan nekad dan untuk sementara jalan nekad itu bisa berupa tindakan putus asa(?) seperti umpamanya bunuh diri- atau bakar diri di depan hidung penguasa. Sementara jalan itulah yang ditempuh meskipun sangat dramatis, tapi untuk selanjutnya bila kemacetan telah tembus dan aksi bunuh diri berubah menjadi pemberontakan maka yang terjadi adalah seperti yang bisa kita saksikan di dunia Arab sekarang ini: rakyat tidak lagi menghiraukan pembunuhan terhadap mereka dan penguasa tidak menghiraukan lautan protes dalam bentuk demonstrasi-demonstrasi yang terus menerus yang bahkan hingga berbulan bulan: konflik berdarah terjadi di dua belah pihak dan perspektifnya adalah siapa mengalahkan siapa. Apakah hal ini bisa terjadi di Indonesia? Mengapa tidak. Meskipun orang bisa saja meramalkan bisa terjadi atau tidak bisa terjadi, tapi satu hal, kemungkina terjadi tidak lagi bisa dikatakan nol persen.

Dalam situasi politik di Indonesia sekarang, kaum revolusioner hanya bisa menjelaskan pada rakyat tentang perlunya berlawan terus menghadapi kesewenang-wenangan penguasa dalam melupakan sambil menindas rakyat yang tak putus-putusnya menderita penghisapan dan pemiskinan. Selanjutnya rakyatlah yang menentukan apakah mereka akan berlawan atau belum berlawan atau tidak berlawan karena merekalah yang akan melakukan perlawana itu, mereka yang akan berkorban dan merekalah yang akan menentukan cita-cita mereka atau kehendak mereka. Pemaksaan akan selalu gagal betapapun baiknya maksud serta tujuannya. Meskipun situasi perlawanan rakyat sekarang mungkin belum memuaskan hati kita, namun itulah kenyataan yang kita hadapi, realitas Indonesia sekarang ini. Kita hanya harus mendekati rakyat, berpihak padanya, berusaha mengerti apa keinginan mereka, dan menjelaskan apa yang mungkin terbaik untuk mereka tanpa memaksakan keinginan kita sendiri. Tapi terhadap musuh rakyat, kita harus selalu tegas menyatakan sikap kita yang berpihak pada rakyat tanpa kompromi dan menjauhkan setiap ideologi oportunisme yang menggunakan kesempatan untuk jadi pembesar, memburu gaji besar dalam jabatan birokrasi Pemerintah penguasa. Kita melawan ideologi Sosdem yang selalu mengaburkan antara musuh dan kawan yang ahirnya menipu dan menyesatkan perjuangan rakyat menuju kompromi dengan musuh. Kita juga harus tak henti-hentinya menelanjangi kepalsuan ideologi kaum Sosdem, memblejeti demagogi-demagogi mereka dan membuka topeng mereka yang pura-pura berpihak pada wong cilik.
Nah, bung Heri inilah sekedar jawaban atas pertanayaan bung, semoga ada faedahnya,
Salam,
asahan.
----- Original Message -----
From: heri latief
To:
Sent: Saturday, December 10, 2011 3:12 AM
Subject: aksi bakar diri di depan istana

pertanyaan saya sederhana aja, kenapa aksi bakar diri itu terjadinya di depan istana merdeka?

siapa tau pak asahan mau menjawabnya.

salam, heri latief

--
pendiri milis sastra pembebasan

The Most Comprehensive Travel Blogs
http://adsensetravel.blogspot.com/
http://adsensetravelreviews.blogspot.com/
http://indonesiatravelupdates.blogspot.com/

__._,_.___
Recent Activity:
Untuk bergabung di milis INTI-net, kirim email ke : inti-net-subscribe@yahoogroups.com

Kunjungi situs INTI-net   
http://groups.yahoo.com/group/inti-net

Kunjungi Blog INTI-net
http://tionghoanet.blogspot.com/
Subscribe our Feeds :
http://feeds.feedburner.com/Tionghoanet

*Mohon tidak menyinggung perasaan, bebas tapi sopan, tidak memposting iklan*
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar