Selasa, 06 Desember 2011

[inti-net] Museum Apartheid Seperti Lorong Sejarah

 

http://www.pikiran-rakyat.com/node/115737

Museum Apartheid Seperti Lorong Sejarah
- 08:46

ISTIMEWA/"PRLM"
WARTAWAN Pikiran Rakyat, Asep Shandy yang juga membuat laporan untuk Pikiran Rakyat Lintas Media (PRLM)/"PR Online" saat berada di depan pintu masuk Museum Apartheid di Johannesburg, Afrika Selatan.*
JOHANNESBURG, (PRLM).- Memasuki Museum Apartheid di Johannesburg, Afrika Selatan, seperti berjalan dalam lorong sejarah. Di sana tergambarkan tragedi dan kepahlawanan menjadi pelajaran. Tirani harus berhadapan dengan keinginan untuk merdeka, dan kerusuhan harus berhadapan dengan kedamaian.

Ketika akan masuk ke museum, pengunjung akan mengernyitkan dahi. Museum Apartheid memiliki dua gerbang. Di atas gerbang pertama tertulis blankes/whites (khusus untuk kulit putih) dan di atas gerbang kedua tertulis nie-blankes/non-whites (kulit hitam atau berwarna).

Museum Apartheid tiket mengenakan tiket seharga 50 rand (sekitar Rp 60 ribu)/pengunjung. Setiap pengunjung mendapatkan tiket yang berbeda bertuliskan blankes dan nonblankes, tanpa membedakan warna kulit si pengunjung. Jadi, bisa saja si pengunjung berkulit putih mendapatkan tiket nonblankes atau orang kulit hitam memperoleh tiket blankes.

Pengunjung mungkin bisa terkejut dengan pemberlakuan sistem apartheid di museum ini. Namun, setelah mendapatkan penjelasan dari petugas museum, pengunjung bisa tahu maksud dari dua tiket yang berbeda tersebut. Mereka mengatakan, kedua tiket tersebut untuk mengingatkan kembali akan rezim apartheid yang membeda-bedakan warna kulit.

Begitu masuk ke dalam, pengunjung disuguhi dengan kerangkeng yang berisi kartu identitas seperti KTP pada masa apartheid. Dibedakan kartu untuk kulit putih dan kartu untuk kulit hitam dan berwarna. Kartu identitas kulit hitam harus selalu dibawa oleh pemiliknya. Jika tidak dan terkena razia polisi, penjara akan menjadi tempat berikutnya.

Ada 30 lokasi yang bisa dikunjungi di museum ini. "Pameran" kartu identitas hanya salah satunya. Kemudian pengunjung disuguhi dengan berbagai informasi tentang apartheid dan juga sejarah Afrika Selatan pada 2500 tahun lalu ketika orang-orang bushmen, suku asli Afrika Selatan menjadi penguasa di ujung bawah Benua Afrika tersebut.

Pengunjung juga akan disuguhi tayangan film sejarah Afrika Selatan. Dalam tayangan film tersebut, nama negara kita, Indonesia, juga disebut-sebut. Indonesia menjadi negara "pengekspor" budak ke Afrika Selatan bersama dengan Madagaskar pada pertengahan abak ke-18. Mereka dibawa oleh penjajah Belanda untuk menjadi budak.

Pengunjung seperti menjelajah perjalanan Afrika Selatan dari masa lalu hingga rezim apartheid berkuasa, perjuangan Nelson Rolihlahla Mandela, hingga sekarang ini ketika apartheid sudah ditinggalkan. Sayang, pengunjung tidak diberi kesempatan untuk memotret di dalam museum. (A-57/A-147)**

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
Untuk bergabung di milis INTI-net, kirim email ke : inti-net-subscribe@yahoogroups.com

Kunjungi situs INTI-net   
http://groups.yahoo.com/group/inti-net

Kunjungi Blog INTI-net
http://tionghoanet.blogspot.com/
Subscribe our Feeds :
http://feeds.feedburner.com/Tionghoanet

*Mohon tidak menyinggung perasaan, bebas tapi sopan, tidak memposting iklan*
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar