Rabu, 08 Agustus 2012

[kmnu2000] Album Foto di Tempat Sampah Gegerkan Belanda

 

Album Foto di Tempat Sampah Gegerkan Belanda

Posted by KabarNet pada 06/08/2012  Jakarta – KabarNet: Pada awal bulan Juli ini di negeri Belanda sedang
hangat hangatnya membicarakan sejarah Aksi Polisionil Belanda di
Indonesia antara 1947-1949. Semua berawal dari sebuah album foto yang
ditemukan secara tidak sengaja di sebuah tempat sampah di Kota Enschede
dan dimuat pertama kali oleh koran VOLKSKRANT, salah satu koran terbesar di Belanda.

Di Belanda sendiri, sejarah tentang aksi
polisionil tidak diajarkan secara mendetil dalam kurikulum mereka,
seolah seperti bagian yang ingin dipetieskan, berikut adalah artikel
koran yang pertama dimuat tanggal 10 Juli 2012. 

Berikut adalah terjemahannya :
Foto foto pertama dari eksekusi pasukan Belanda di Indonesia

Lidy Nicolasen – 10 Juli 2012 , 07:35 Untuk pertamakali dalam sejarah,
foto dari sebuah eksekusi ditemukan, kemungkinan foto foto dari eksekusi yang dilakukan oleh tentara belanda selama masa aksi polisionil di
negara jajahan Hindia Belanda. Foto foto ini ditemukan dalam album foto
pribadi seorang tentara yang dikirim pemerintah belanda ke Indonesia
dalam sebuah misi militer.

Dalam foto foto ini dapat dilihat
eksekusi dari tiga pria indonesia. Mereka berdiri dengan punggung mereka menghadap kearah regu tembak yang berdiri pada sisi lain sebuah parit,
foto menunjukkan momen ketika mereka ditembak. Parit dipenuhi dengan
mayat mayat nrang yang dieksekusi, terlihat dari foto kedua. Pada sisi
sebelah kiri anda bisa melihat dua personil militer belanda yang bisa
dipastikan dari seragam mereka.

Belum pernah ada sebelumnya  Tim ahli dari Institue Dokumentasi Perang ( Ned Indie Oorlog
Documentation) dan Institut Sejarah Militer Belanda ( NIMH ) mengatakan
bahwa mereka belum pernah melihat foto foto ini sebelumnya " ini bukan
foto sembarangan dan tentu saja tidak benar jika setiap veteran membawa
foto semacam ini pulang" seorang pegawai NIMH mengatakan demikian.
Demikian juga bagi NIOD foto foto ini tidak dikenali sebelumnya , tegas
Rene Kok: "kami memiliki banyak album disini, sebenarnya kami
mengharapkan gambar seperti ini muncul dan momen ini ternyata adalah
saat ini, gambar ini tidak pernah saya lihat sebelumnya".

Para
sejarawan tidak meragukan keotentikan foto , namun tentang lokasi
tepatnya dan kondisi eksekusi belum diketahui, kemungkinan riset lebih
jauh akan dapat memberikan lebih banyak detail.

Pemilik foto
adalah seorang prajurit dari Enschede. Dia sudah meninggal. Dia dikirim
sebagai tentara wajib militer pada 1947 tepat sebelum agresi pertama dan kembali pada 1950 setelah Belanda menyetujui kemerdekaan Indonesia. Dia bertugas pada batalion artileri. Sejarah tentang batalionnya tidak
pernah menuliskan tentang eksekusi. Namun tetap saja memungkinkan bagi
pasukan artileri untuk mengawal pasukan infantri atau pasukan khusus
yang melakukan eksekusi.

Eksekusi yang dikenal adalah Rawagede
di Jawa Barat dan di Sulawesi Selatan. Tahun lalu keluarga korban dari
pembantaian Rawagede telah mendapatkan uang kompensasi dari pemerintah
Belanda. Pemerintah belum merespon mengenai tuntutan hukum mengenai
pembantaian di Sulawesi Selatan. Tidak diketahui jumlah korban orang
Indonesia secara pasti dari kedua aksi tersebut.

Prajurit
pemilik foto ini tidak pernah membicarakan keberadaan dari foto ini. Dan mungkin saja tak seorangpun akan menyadari album fotonya jika mereka
tidak menemukannya di tempat sampah di Enschede. Tidak diketahui siapa
yang telah membuangnya. Pemilik album ini tidak memiliki anak dan hidup
sendirian dalam beberapa tahun terakhir.

TEMPAT SAMPAH 

Seorang pegawai pemerintah kota Enschede menemukan album tua di sebuah
tempat sampah, pegawai ini memang mengoleksi foto foto untuk
mengilustrasikan kehidupan dari warga kotanya sendiri. Album ini pasti
akan tetap ada ditempat sampah seandainya dia tidak menyadari foto dari
tawanan, ketika itu dia melihat lebih dekat ke album foto dan baru
menyadari bahwa dia menemukan album foto dari sebuah eksekusi.

Saat ini tiga institut penelitian sejarah meminta pemerintah untuk
melakukan investigasi ulang dari aksi polisionil antara 1949 hingga 1950 untuk lebih mengungkapkan fakta tentang perang di Indonesia. Pemerintah belum memberikan jawaban ============================= publik Belanda
pun mulai membicarakan berita ini baik yang pro maupun yang kontra,
namun di negara kita sama sekali tidak mengetahui berita ini, tak ada
satupun media di Indonesia yang mengangkat masalah ini dan inipun
menguatkan opini publik Belanda ketika pertama kali foto ini ditemukan
dan dimuat ,dimana mereka mengatakan "Untuk apa kita meributkan kejadian ini? orang Indonesia sendiri saja tidak peduli dengan kejadian ini dan
sejarah mereka".

Benarkah generasi Indonesia saat ini adalah
generasi yang memang tidak peduli dengan sejarah bangsanya? Benarkah
opini mereka? Layakkah bagian dari kisah perjuangan dan pengorbanan para pendahulu kita untuk dihapuskan, dilupakan dan seperti kisah
ini……dibuang di tempat sampah?

Tampak dalam foto mereka yang
tanpa seragam tempur maupun persenjataan, bisa jadi mereka adalah warga
sipil, namun bagi warga sipil sekalipun membutuhkan nyali yang besar
bahkan hanya untuk menutup mulut tentang jumlah kekuatan maupun
keberadaan pejuang RI, hingga bagaimana mereka melihat kawan mereka
bergelempangan satu persatu diterjang peluru dan tetap tegar bersikap
tidak kooperatif..

Tampak dalam foto tiga orang yang berdiri dengan ceceran darah didekatnya yang menunjukkan telah terjadi eksekusi sebelumnya.

Jika kawan kawan memiliki kepedulian terhadap kisah sejarah ini mohon
bantulah untuk share artikel ini, agar bangsa kita tahu apa yang sedang
terjadi di Belanda dan untuk mematahkan anggapan bahwa bangsa Indonesia
tidak peduli dengan sejarahnya, saya akan terus menulis menerjemahkan
koran-koran yang terbit di Belanda berkaitan dengan masalah penemuan
foto ini. 

Profil Jacobus, Prajurit Pemilik Album Foto

Profil Prajurit Jacobus, Album Foto yang Ditemukan di Tempat Sampah Dalam artikel di atas diulas secara lengkap siapa prajurit pemilik
album foto yang ditemukan di tempat sampah dan hangat menjadi
pembicaraan di negeri Belanda, berikut adalah artikel dari koran
Volskrant masih tanggal yang sama :

Sebuah foto dari barisan mayat, hanya sebuah jepretan  Album foto dari Jacobus R, pasukan artileri lapangan dari Enschede,
menunjukkan gambaran yang mengerikan dari pembunuhan oleh Belanda pada
1947,selama masa agresi militer pertama di Indonesia. Tampak sperti
sebuah jepretan foto dari kehidupan seorang prajurit.

Prajurit
Jacobus R yang membanggakan, pria modern dari Enschede, dengan jaket,
dasi , rambut mengkilap dan kumis seperti Clark Gable. Tepat sesudah
perang dunia kedua pada 1947 dia dikirim wajib militer ke Indoneria. Dia ditugaskan di Barak Angkatan Darat Kerajaan di Ede dan bergabung dengan resimen artileri lapangan yang sudah diperbaharui. RVA adalah
singkatannya.

Mulai saat ini nama RVA dituliskan dibelakang nama keluarganya Sebagaimana kawan kawan seusianya juga bergabung, dalam wajib militer.
Di Ede mereka dilatih bagaimana bertempur dalam perang di timur jauh (
indonesia ) . Mereka juga diberitahu tentang pecahnya revolusi di negeri hindia belanda dan dibutuhkan sebanyak mungkin pasukan untuk
mengembalikan kekuasaan Belanda. Karena pasukan KNIL saat itu tidak
dalam kondisi yang baik sejak jatuh ke tangan Jepang. Di Belanda, ribuan sukarelawan mendaftarkan diri, sejak musim semi 1947, wajib militer
juga digabungkan dalam Angkatan Darat, pemerintah mengatakan tentang
operasi polisionil yang bertujuan untuk membebaskan penduduk Indonesia
dari para pemberontak, namun kenyataannya mereka berakhir dalam perang
gerilya yang mengerikan.

Jacobus adalah anak seorang penata
rambut. Mungkin nama panggilannya adalah Jaap atau mungkin Koos. Dia
sudah meninggal ,bahkan keluarganya pun tidak mudah untuk menemukan
jawabannya, mungkin saja dia benci untuk pergi ke Indonesia. Antara satu sama lain antar prajurit, mereka banyak mengeluh. Tepat sesudah perang
dunia kedua berakhir, tidak banyak pemuda yang memiliki hasrat untuk
bertempur, namun menolak wajib militer adalah sama artinya dengan
memilih melawan negara dan dipenjara.

Beberapa dari mereka juga memandang ini sebagai sebuah kesempatan untuk pergi berpetualang, pergi dari Belanda yang pengap dan kacau balau menuju tanah yang menjanjikan : Indonesia

Pada 8 Mei 1947 Jacobus memasuki kapal pasukan MS
Johan van Oldenbarnevelt. Saat menyeberangi equator, dia dan
kawan-kawannya mendapatkan gelar diploma. Dalam sertifikat tersebut
dapat dibaca bahwa Neptune, dewa lautan, menyatakan bahwa dia layak dan
mampu untuk menaklukkan semua marabahaya di Timur Jauh, Indonesia.
Nampaknya dia sangat bangga dengan hal tersebut, jika tidak tentunya dia tidak akan menaruhnya didalam album fotonya tiga tahun setelah semua
ini berlalu.

SATU BULAN PERJALANAN,  Perjalanan itu memakan
waktu hampir satu bulan lamanya, pada 5 Juni 1947 mereka sampai di
Tanjung Priok, pelabuhan di Jakarta di pulau Jawa. Setelah singgah
sehari mereka dinaikkan truk militer sejauh ratusan kilometer ke sebuah
tempat bernama Batujajar dekat Bandung. Rencana mereka adalah mengambil
alih pasukan KNIL dan relawan, tapi karena situasi politik ( agresi
militer I akan segera dilaksanakan dalam waktu satu bulan) maka aksi itu ditunda.

3-12 RVA berada dibawah komando basis militer
Bandung. Aturan tertulis mereka seharusnya memiliki empat senjata api,
namun pada kenyataannya mereka harus menggabunfkan beberapa persenjataan tua untuk membuat artileri primitif. Tak seorangpun tahu bagaimana
mengoperasikan artileri lapangan 7,5 karena mereka dilatih untuk
mengoperasikan artileri 9, hanya beberapa perwira KNIL yang melatih
mereka namun tak lama kemudian 2 perwira pergi untuk mendapat pelatihan
menjadi komandan anti udara.

Pada pagi hari tangal 23 Juli, dua hari setelah aksi polisionil berjalan untuk pertama kalinya melakukan
latihan dengan amunisi sungguhan. Pada hari yang sama juga mereka
mendapatkan perintah untuk memindahkan persenjataan artileri ke
Cilampeni,sebelah selatan bandung pada malam harinya.

Dua hari
kemudian mereka terperangkap ditengah pertempuran ketika Soreang
dikuasai pejuang Indonesia dan mereka harus mensupport pasukan infantri
dengan tembakan ke desa desa dan tembakan kearah bunker bunker lawan.
"Sangat Efektif", itulah yang tertulis dalam catatan sejarah batalion
yang menulis laporan menyeluruh tentang operasi Batalion 3-12 RVA,
dokumen ini sekian lama berstatus dokumen sangat rahasia,namun saat ini
siapapun dapat membuka arsip ini, tersimpan di Arsip Nasional Den Haag.
Tidak tertulis detil seberapa "efektif"nya operasi ini berjalan.

Pada hari sabtu mereka kembali ke markas Batujajar dan sehari kemudian
mereka diserang oleh 200 tentara Indonesia. Pertempuran berlangsung
selama satu setengah jam. Seorang prajurit KNIL terluka. Mata mata
mengatakan bahwa musuh menderita kerugian setidaknya 30 tewas dan 15
korban luka. Pada hari yang sama juga, 3-12 RVA mendapat bantuan seorang Kapten KNIL yang berpengalaman dibidang artileri.

Mereka
bergerak lebih jauh ke selatan untuk mendukung aksi okupasi dari
angkatan darat. Aksi Polisionil pertama berakhir pada awal Agustus 1947. Bulan September adalah bulan yang tenang,kecuali datangnya masalah
infeksi penyakit kulit. Prajurit yang tidak istirahat di tempat tidur
harus berlatih menembak.
Pada November 1947 akhirnya mereka siap
untuk serah terima kekuasaan Cilimus dari pasukan KNIL dan
sukarelawannya (A III Field). Pada akhir Desember salah satu jeep mereka terkena ranjau dan dua orang tewas dengan satu orang terluka parah.
Mereka harus melakukan banyak kegiatan patroli, namun ini seharusnya
bukanlah tugas dari pasukan artileri dan lagi ada banyak orang yang
menderita penyakit.

Album foto ini tidak menceritakan apakah
Jacobus juga menderita sakit juga. Dia tidak memotret kawan kawannya
yang sedang sakit atau terluka. Sangat bisa dipastikan bahwa Jacobus
menukar kameranya dengan kawan-kawannya karena dia sendiri nampak dalam
abum fotonya dan kemungkinan juga bukan hanya dia yang membawa kamera.
Sayangnya dia tidak menuliskan keterangan foto di albumnya sehingga
informasi mengenai tempat dan waktu tidak ada.

Kadang ada
beberapa foto yang sesuai dengan sejarah resmi. Seperti contoh evakuasi
dari pasukan TNI dimana pasukan TNI dengan topi dan peci berwarna hitam. Dengan truk chevrolet milik militer ( cat dan krom mengkilap ) mereka
dipindahkan ke garis demarkasi seperti yang sudah disepakati pasca aksi
agresi militer I. Jacobus dan kawan kawannya menemani konvoi pemindahan
sambil mengambil beberapa foto dalam perjalanannya.

Penghabisan,  Berdasarkan catatan sejarah batalion,mereka mulai menyerang kelompok
bersenjata yang tersisa yang mereka maksudkan disini adalah kelompok
Hisbullah dan Sabilillah, kelompok muslim yang menolak hasil perundingan dan memilih untuk tetap bertempur dengan Belanda. Pasukan Belanda
menghabisi mereka dengan cepat dan mudah sedangkan pemuda Indonesia lain tidak melakukan tindakan apapun. (karena terikat perjanjian damai.pen)

Mungkin saja kelompok muslim ini yang menjadi korban penembakan dalam
foto, mereka tidak berseragam dan tidak berambut panjang seperti para
pejuang kemerdekaan yang fanatik pada umumnya kala itu. Namun bisa juga
mereka ini gerombolan pengganggu keamanan yang ditemukan di lingkungan
area tersebut.

Sepertinya bukanlah Jacobus pelaku langsung
eksekusi , hal macam itu bukanlah tugas seorang prajurit artileri, namun adalah tugas dari pasukan khusus. Pasukan khusus harus melumpuhkan
kekuatan musuh dan mengembalikan keadaan kembali aman, jadi kemungkinan
pasukan inilah yang berpatroli semacam ini. J.A Moor seorang ahli
mengenai Indonesia menyatakan bahwa taktik yang digunakan pasukan khusus dalam aksi polisionil (perang westerling) adalah keras dan teliti.
Eksekusi dan penghabisan dari tawanan adalah hal yang biasa. Tidak
pernah ada estimasi data pasti jumlah korban dikarenakan laporan sudah
hilang atau mungkin bahkan sengaja tidak dituliskan. Aturan resmi
seharusnya tawanan dipindahkan ke tempat khusus untuk interogasi, namun
taktik dari pasukan khusus adalah adalah pendadakan dan menghabisi lawan ( surprise and eliminate ) dan mereka ini tidak terbiasa membawa
tawanan perang.
Saksi.

Jadi Jacobus menyaksikan pembantaian ini. Dia mengambil gambar dan tampaknya tak seorangpun berusaha
mencegah dia memotret. Bahkan sesudahnya pun tak ada yang meminta roll
film nya. Hingga kemudian hari dia menyimpannya dalam album foto
pribadinya.
Foto foto ini diperkirakan dibuat pada awal 1948. Ada
banyak sekali pertempuran di Jawa Barat sekalipun aksi polisionil kedua
belum dimulai. Batalion 3-12 RVA menuliskan dalam laporannya : "tembakan dimana mana" , seperti yang telah mereka sebut tembakan ke desa desa,
lapangan udara, tambang tembaga.

Dalam "laporan tembakan" juga
dituliskan rinci hingga berapa jumlah granat yang mereka gunakan, data
kematian juga dituliskan, namun 3-12-RVA tidak pernah menuliskan apapun
tentang eksekusi.

Ada kekhawatiran lain juga yang membutuhkan
perhatian mereka. Pada akhir Januari 1948 mereka menemukan 10 buah Radio Amerika. Jacobus memotretnya. Laporan menuliskan : "setelah dipelajari
beberapa staff , radio dapat difungsikan dengan cukup baik, baik
digunakan di pos permanen sebagai pengintai di garis depan dan juga
mudah digunakan untuk berpindah pindah karena mudah untuk diangkut.

Namun mereka punya masalah yang lebih besar dengan kendaraan "bersyukur atas kemampuan dan bakat improvisasi dari para mekanik,kendaraan dapat
berjalan dengan layak" begitu tulis Commander A.Lammers. Dia juga
menuliskan bahwa moral prajuritnya terjaga dengan baik. Juga laporan
pada pertengahan 1948, dia mengeluhkan mengenai perlengkapan dan
komunikasi telepon namun kekuatan mereka masih utuh dengan 11 perwira,
16 sersan dan 186 prajurit. Hanya saja jumlah tentara yang sakit
bertambah.

Satuan ini terpisah menjadi dua kelompok,
kemungkinan Jacobus bergerak lebih ke timur yaitu ke Tegal. Melewati
Pemalang,mereka menuju Belik dimana mereka tergabung dalam kelompok
tempur "Bernardi". Pada 19 Desember 1948 aksi polisionil kedua (operasi
gagak) dimulai, mereka membantu pasukan infantri untuk mengecek desa
desa dan memberikan support pada batalion zeni.

Ternyata
pertempuran sama sekali belum terhenti bahkan saat aksi polisionil kedua ini berakhir pada Januari 1949. Kenyataannya di lapangan perang gerilya terus berlanjut hingga gencatan senjata pada Agustus 1949, hingga
Desember 1949 Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.

Sejak
saat itu pula Jacobus dan kawan kawannya ingin untuk kembali pulang.
Jacobus juga memotret foto pasukannya yang sedang mengundurkan diri.
Pada Maret 1950 resimen dari prajurit Jacobus dikembalikan pulang ke
Belanda oleh Kapal Angkut Pasukan Amerika "Fair Sea". Sesampainya di
Belanda, 3-12 RVA dihapuskan.

Sesampainya dirumah dia
menempatkan seluruh fotonya dalam sebuah album foto, jepretan dari
rekan-rekannya sesama prajurit, jeep, peralatan radio, bangunan, foto
wanita Indonesia yang mencuci di sungai, sebuah desa atau parade kecil
dari anak anak sekolah. Dia juga menyelipkan sertifikat Diploma yang dia dapat, mata uang Indonesia, surat izin penggunaan senjata, kartu tahun
baru dari 3-12-RVA dan sertifikat dari insignia yang dia dapatkan dari
Menteri Perang ( Minister of War ). Dan juga tersimpan foto pacarnya,
orang tuanya, anjingnya dibawah pengering di sebuah salon dan foto
rekreasi ke Valkenburg dan Pisa. Ringkasan kehidupan pada umumnya
setelah 3 tahun peperangan.
http://kabarnet.wordpress.com/2012/08/06/album-foto-di-tempat-sampah-gegerkan-belanda/

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
______________________________________________________________________
http://www.numesir.org untuk informasi tentang Cabang Istimewa NU Mesir dan KMNU2000, atau info-info seputar Cairo dan Timur Tengah.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Kami berharap Anda selalu bersama kami, tapi jika karena suatu hal Anda harus meninggalkan forum ini silakan kirim email ke:
kmnu2000-unsubscribe@yahoogroups.com
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar