Rabu, 15 Agustus 2012

«PPDi» Masyarakat Aceh di Swedia Menyaksikan Pengadilan Kriminal International Bekerja

 

Menyaksikan Pengadilan Kriminal International Bekerja
Asnawi Ali | Masyarakat Aceh di Swedia
Kamis, 16 Agustus 2012 05:02 WIB
Suara deru lalu lalang kapal barang di pagi subuh kota Utrecht itu memecahkan kesunyian.  Diwaktu yang sama, berakhirnya Imsak untuk tanda berhentinya makan sahur.  Beberapa mesjid di Eropa tidak menulis batas Imsak 10 menit dari waktu subuh.  Batas Imsak adalah waktu sembahyang Subuh! Setelah istirahat sejenak, mulailah persiapan dilakukan.  "Lebih baik nanti kita berangkat lebih awal di Den Haag Central karena pagi adalah jam tersibuk disana," ujar tuan rumah tempat warga Aceh menginap menyarankan. 

Kamis pagi (9/8), tiga warga Aceh beserta rombongan UNPO Speakout2012! menuju kantor Pengadilan Kriminal Intenasional ICC (International Criminal Court) dipusat kota Den Haag, Belanda. Tidak terlihat satpam berdiri didepan gedung.  Namun, dari pagar bangunan yang menjulang tinggi itu, beberapa kamera pengintai terlihat mencolok.  Seakan tidak mencukupi, begitu memasuki gedung dari sebelah kanan, dua satpam badan tegap berbaju biru meminta tanpa kecuali agar berbaris untuk diperkisa mesin pendetektor logam.  Tidak jauh berbeda dengan keamanan memasuki bandar udara, semua barang bawaan diperiksa oleh mesin.

"Please do not take picture here.  Photo is not allowed" pesan seorang perempuan bule staf pekerja kantor ICC yang menjadi pemandu.  "You are allowed to take picture outside not inside" pintanya lagi mengingatkan.  Melewati lantai pertama setelah pintu masuk, pengunjung dapat melihat denah gedung.  Pemandu menceritakan sejarah bangunan mewah kantor ICC. Dinding samping kiri, terpajang 26 foto hakim ICC, sedangkan sebelah kanan berjejer daftar bendera negara ukuran pin yang meratifikasi Statuta Roma (Rome Statute).

Bendera Timor Leste salah satu diantaranya.  Seorang mahasiswa Belanda yang bekerja untuk kampanye Papua seakan tidak percaya melihatnya.  "Negara Timor Leste ini kawan kita, mereka sudah merdeka, meskipun masih muda dan negara kecil tetapi mereka sudah meratifikasi statuta Roma," katanya terbata-bata yang bercampur bahasa Inggris.  Dari penjelasan dinding tersebut, Statuta Roma dibuat di kota Roma pada 17 Juli 1998 dengan tujuan bagi penegakan hukum HAM menurut standar internasional. 

Jika sudah meratifikasi, ujar pemandu dari ICC, maka akan dianggap negara yang menghormati HAM yang sejajar dengan bangsa lain dengan menghormati hukum HAM menurut standar internasional. Konsekwensinya, jika melanggar, maka PBB bisa menjatuhkan hukuman kepada setiap negara yang melakukan kejahatan menurut hukum internasional diantaranya seperti genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang dan kejahatan agresi ilegal, jelas staf pekerja di ICC.  Sedangkan para pemberi perintah eksekutor akan didaftarkan kepada interpol sebagai orang yang paling dicari.

Hebatnya, Timor Leste sudah meratifikasi perjanjian tersebut pada 6 September 2002.  Sejatinya, Indonesia seharusnya sudah meratifikasi Statuta Roma, namun akibat paranoid yang berlebihan sehingga tertunda.  Publik sudah mengetahui hingga menjadi rahasia umum beberapa Jendral Indonesia tangannya berlumuran darah di Timor-Timur, Papua dan Aceh.  Sebagai contoh, masih segar dalam ingatan, serta sudah menjadi rahasia umum jika Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono takut berkunjung ke Belanda.  Pada awal Oktober 2010 lalu, Indonesia dihebohkan oleh tertundanya kunjungan Presiden SBY ke Belanda karena tuntutan yang diajukan Republik Maluku Selatan (RMS).

Jauh hari sebelumnya, RMS pengasingan di Belanda sudah mendaftarkan nama SBY agar ditangkap di Pengadilan Den Haag akibat pelanggaran HAM karena menangkap aktivis RMS di Maluku.  Ternyata, pengadilan internasional tidak mengenal jaminan kekebalan hukum (imunitas). 
Masuk lebih dalam gedung, dalam lantai dua sebuah ruangan, kami dipersilahkan untuk mendengar kuliah khusus mengenai sistem kerja ICC (International Criminal Court). 

Dua mentor pakar hukum internasional menjelaskan mekanisme penangkapan sampai pengeksekusian terhukum. "Ini adalah daftar terdakwa yang sudah pernah dieksekusi," ujar mentor memperlihatkan layar monitor, termasuk yang masih menjadi buronan.  Tampak foto Slobodan Milosevic yang meninggal dalam tahanan, Radovan Karadzic, Ratko Mladic serta beberapa foto daftar tunggu yang dicari oleh interpol untuk dibawa ke pengadilan. 

Kebanyakannya diktator berasal dari beberapa negara Afrika.  Sedangkan Saif Gaddafi, meskipun sudah tertangkap di Libya masih dalam proses menunggu persetujuan pemerintahan baru di Libya.  Beberapa brosur bilingual dalam bahasa Inggris dan Perancis diberikan percuma kepada peserta untuk dipelajari.

Naik ketingkat selanjutnya diperlihatkan ruangan persidangan. Dari kaca transparan jelas terlihat meja hakim.  Dibelakangnya bertengger dua bendera biru bergambar timbangan putih.  "Tidak sembarangan untuk bisa menjadi pegawai ICC," ujar pemandu mengawali keterangannya.  Untuk menjadi hakim yang punya kelas terbang internasional, selain menguasai hukum internasional juga disyaratkan fasih serta aktif bahasa Inggris dan Perancis.  "Kendala rumit yang sering ditemui jika saksi memberikan keterangan tidak ada dalam daftar penterjemah" Disamping itu, jika saksi tidak berkenan hadir bisa membuat testimoni secara telekonferensi.

Ruangan sidang dibuat secanggih mungkin.  Sebut saja kaca yang membatasi pengunjung dan ruang sidang, terlihat jelas dilapisi dengan kaca tebal.  "Suara pengunjung tidak akan terdengar keruang sidang meskipun berteriak sekeras-kerasnya," jelas pemandu memberikan contoh.  Kemudian juga, kaca penghalang layar ada yang berwarna hitam namun transparan tidak akan terlihat dari dalam.  Disudut atas lantai dua persidangan, terdapat ruangan khusus para penterjemah yang disambungkan khusus untuk saksi.

"Jika terbuka untuk umum pengunjung bisa juga melihat jalannya persidangan melalui laman web ICC," ujar pemandu sambil menambahkan jika Jepang adalah salah satu negara terbesar donor untuk kelangsungan ICC. 
Pengalaman dalam kantor ICC spontanitas mengingatkan kita kepada seorang Jendral Indonesia yang tangannya berlumuran darah di Aceh.  Namun, dalam perayaan 7 tahun penandatangann MoU Helsinki, sudah dijadikan sahabat sejati penguasa lokal sehingga pelanggaran HAM selama konflik yang telah dilakukan sebelumnya menjadi terabaikan. http://www.theglobejournal.com/index.php

   
   
The perpetrators of gross human rights abuses and countless crimes against humanity during three decades of conflict have not yet been held accountable. This is in a very stark contrast to other peace efforts done in other parts of the world such as in former Yugoslavia, Burundi-Rwanda, Cosovo-Albania, West Africa, Congo-Kinshasa etc, where all those responsible for humanitarian crimes have been brought to justice.DROP DAN BA Algodjo2-Jawa u Mahkamah Internasional !
   

Genocide in Liberia
 
Former Liberian president Charles Taylor, April 2006, has flown from Freetown to the Netherlands where he will stand trial for war crimes (AFP/File)
=====



''You name any human rights violations, Aceh has it. If anybody wants to research human rights violation, Aceh would be a perfect place to go.'' Debra Yatim, The Nation, Bangkok, October 14, 1999

Geonocide in Bosnia
 

Trial of Slobodan Milosevic in Den Haag



Salah saboh cell teumpat tinggai Charles Taylor dan Milosovic di den Haag.
(Pakon bgs atjeh han keumah geuba algojo2 jawa keuno?)
 
Genocide in Acheh
 


Drop dan ba u Mahkamah International !

Wiranto Cs
 
Drop dan ba u Mahkamah International !

SBY Cs
 
 
 

A family returns to its burned-out house 
by Indonesian military

 
A mass grave has been unearthed
"The darkest chapter in Indonesia's history" Grim evidence of the army's campaign against separatism in Aceh is only now being uncovered. Only now can the real grieving begin. The BBC's Jonathan Head: 


 
One of the sixty burned-alive Achehnese 
civilians by Indonesian army in the village of Lancok, Syamtalira Bayu, North Acheh, on 19/03/2002 

 
Investigators have found a number of mass graves in Acheh committed by the Indonesian regime 
 

Indonesian troops shot dead up to 60 peopleand wounded 10 last Friday in two villagesin Beutong Ateuh of West Aceh. And the bodies were thrown into an abandoned wel
''Name any human rights violations, Aceh has it. If anybody wants to research human rights violation, Aceh would be a perfect place to go.'' Debra Yatim, The Nation, Bangkok, October 14, 1999
 
2-7 Achehnese killed everyday by
Indonesian Colonialism Regime 

 
 
 


Jenazah Mukhtar(24) satpam kantor Dinas Sosial Prov NAD,yang meninggalakibat penganiayaan oknum polisi, diciumi ibu kandungnya sesaat sebelum dikafankan di rumah duka Desa Puni Mata Ie, Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar, Jumat (27/10/2006). SERAMBI /MANSHAR

Family and colleagues mourn a farmer as he
is prepared for burial.

Massacred in KNPI Lhokseumawe, 60 civilians were brutally butchered by Indonesian Occupation Forces


Massacred in Simpang KKA, 250 villagers were brutally butchered by Indonesian Occupation Forces 


The Victims tortures before they kills


KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh

KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh

KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh 

KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh

KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh


KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh
 
Local police chief Said Huseini said three "separatist rebels" were shot dead Saturday on the outskirts of the provincial capital Banda Aceh. A civilian was killed in the crossfire, he said. 

 
MASYARAKAT ACEH BERBARING DI TANAH PADA SAAT TNI AD MELEPASKAN TEMBAKAN PERINGATAN PADA RIBUAN PENGUNJUK RASA DI LHOKSEUMAWE, PROPINSI ACEH 21 APRIL 1999. DUA ORANG PENDUDUK TEWAS SETELAH POLISSI DAN TENTARA MEMBUBARKAN UNJUK RASA RIBUAN PELAJAR SEKOLAH YANG MEMINTA DILEPASKANNYA 300 ORANG PELAJAR YANG TERTANGKAP SAAT UNJUK RASA MENDUKUNG KEMERDEKAAN ACEH BEBERAPA HARI SEBELUMNYA. (en/str: REUTERS)

 
Seorang ibu menangis setelah anak kandungnya dibunuh 
secara sangat kejam dan keji oleh babi jawa

 
Seorang anak dan ibunya kembali kerumah yang baru saja dibakar oleh anjing jawa

Setelah dibunuh Anjing TNI menyuruh masyarakat kampung untuk mengambilnya 
 

KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh, Kamis, 9 Augustus 2001, Avdelning 4, PT Bumi Flora, Desa Alue Rambôt, Kec. Bandar Alam Aceh Timur

 
 

  
  
  
  

Pihak keluarga, sejak awal tidak setuju otopsi dilakukan. Karena dari awal kejadian mereka sudah bawa korban ke rumah sakit. "Jadi, mengapa setelah sampai dua bulan kemudian baru diotopsi. Ini pun dipaksa," kata Yusuf, abang Muslem. Se-usai otopsi. "Kami melihat, meski ada tuntutan tapi tidak ada proses. Apalagi, kami masyarakat awam. Kalau pun ada hukum, yang pegang hukum nggak adil," tambahnya.
 




The wife and children of an Acehnese farmer 
killed by Indonesian soldiers

Just In One Day, Over 100 Unarmed Achehnese Civilianswere Unlawfully Killed by TNI 

KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh
KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh


KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh 


KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh

KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh 


KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh

KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh

KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh

KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh

Men in Aceh are questioned by 
Indonesian soldiers

KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh 

 
BABI-BABI JAWA MENGADAKAN PEMERIKSAN KEPADA SETIAP KENDARAAN YANG AKAN MENUJU KOTA BANDA ACEH TEMPAT DI ADAKANNYA SIDANG RAYA RAKYAT ACEH UNTUK KEDAMAIAN, 10 NOVEMBER 2000. TINDAKAN KERAS APARAT KEPADA MASYARAKAT YANG AKAN MENGHADIRI SIDANG ITU MENGAKIBATKAN BELASAN ORANG MENINGGAL DUNIA. (AP Photo/Ismael) 

 
Seorang student berdiri didepan rumah sekolahnya yang baru saja dibakar hangus oleh anjing-anjing TNI
 
Salah seorang masyarakat biasa yg 
dibunuh secara begitu keji dan kejam oleh babi dan anjing jawa-TNI di Kecamatan Nilam, Aceh Utara

 
 
 
 

Press Release
 
To News Editors
July 21, 1999
For Immediate Release
ACEH REBEL LEADER CALLS INDONESIAN RULE ABSURD
In a rare interview from his exile in Sweden, the leader of the movement fighting for independence in Indonesia's northernmost province of Aceh, Hasan di Tiro, says Indonesia has no right to govern Aceh. The exclusive interview with the FAR EASTERN ECONOMIC REVIEW appears in its July 29 issue, published Thursday, July 22.
The uncompromising di Tiro calls Indonesia another name for the Dutch East Indies with new rulers, Javanese instead of Dutch. Di Tiro, who declared Aceh's independence in 1976 but fled to Sweden three years later, dismisses Indonesia's new autonomy legislation as irrelevant. The notion of Indonesia is absurd, he says. He also ridicules the Bahasa Indonesia language as "pidgin Malay" and calls the Javanese "barbaric and uncivilized."
Di Tiro puts the overall strength of separatist forces operating in Aceh at around 5,000. Asked what sort of message would he send to a new Indonesian government, perhaps one headed by Megawati Sukarnoputri whose party won the largest number of votes in June's parliamentary elections, Di Tiro says: "No message. They're all the same. Uneducated fools."
The REVIEW obtained the interview amid mounting concern that Aceh may be posing a serious challenge to Indonesian unity. The REVIEW reports Indonesian military concerns that outside support makes Aceh's rebels much more dangerous than the ragtag, poorly armed independence fighters of East Timor and Irian Jaya.
Two battalions of troops--backed by 1,700 paramilitary police from Jakarta--have renewed operations in Aceh response to a wave of ambushes, assassinations and arson attacks in recent weeks. In one of the worst incidents so far, guerrillas killed five soldiers and wounded 20 in a July 19 ambush on a military convoy. More than 70,000 refugees have scattered across Aceh.

For further information, please contact:
Michael Vatikiotis
Far Eastern Economic Review
Tel 852 2508 4420
Fax 852 2503 1530 
 

The death of the charismatic Syafii, 54, his wife Fatimah alias Aisyah and five bodyguards were killed in the head and chest on Tuesday during fierce battle. Indonesia accused of treachery over Syafii's killing. (AT) 
 
The remains of great and charismatic Abdullah Syafei (L), 54, his wife Fatimah alias Aisyah (R) were taken to their house after verification of identities by his brother Zakaria at Sigli hospital on 24 January 2002. Abdullah Syafei was the Free Acheh Movement (GAM)' s War Commander who was killed by Indonesian troops on 22 January. GAM has accused Indonesian military of treachery over Syafii's killing. (AT) 

Dari awai
 







 

Almarhum Sjahid Jafar Siddiq Hamzah, murdered by Indonesian regime 

"KEBIADABAN KAFIR indonesia jawa tidak akan kita maafkan oleh kita Bangsa Aceh.
 Lihat dalam foto, bagaimana kafir laknat penjajah indonesia jawa membunuh anak2 Bangsa Aceh di depan ibu2 mereka yang telah tua. Kemudian kafir laknat indonesia jawa itu telah mengikat tangan2 ibu mereka.....Demi Allah, kita Bangsa Aceh wajib terus memerangi kafir laknat penjajah indonesia jawa penyembah berhala burung garuda dan pancasila. KITA BANGSA ACEH JANGAN SEKALI-KALI PATAH SEMANGAT dalam memerangi kafir laknat indonesia jawa yang biadab itu.
Wassalam, 
Puteh Sarong 



Sampoë uroë njoe
 









*Pada hakikatnya OTONOMI buat aceh hanyalah pengekalan status kita sebagai bangsa terjajah"
*Pada hakikatnya OTONOMI buat aceh hanyalah pengekalan status kita sebagai bangsa terjajah"
Tgk Hasan di Tiro: "Ureuëng njang paléng bahaja keu geutajoe nakeuh - djawa keumah djipeugot urg atjèh seutotdjih nibak seutot geutanjoe. Mantong na urg atjèh njang tém djeuët keu kulidjih, keu sidadudjih, keu gubernurdjih, keu bupatidjih, keu tjamatdjih, dll. Mantong na biëk droëteuh njang djak djôk dan peusah nanggroe atjèh keu djawa!" 

 http://www.asnlf.org/"Sesungguhnya jika sebagian di antara kita yang dewasa ini bermegah dengan kedudukan dan kekayaan yang mereka dapatkan dari menghambakan diri kepada penjajah, adalah pribadi-pribadi yang meracuni dan melecehkan ideologi Acheh Merdeka yang beliau lahirkan, dan kepada mereka masa kehancuran akan datang yang membuat mereka lebih nista daripada kaum penjajah."



__._,_.___
Recent Activity:
------------------------------------------------------------------
                       TIADA KATA SEINDAH `MERDEKA`
------------------------------------------------------------------
Ubahlah nasib bangsa kita, jangan jadikan anak cucu kita sebagai mangsa dari keterlambatan kita bertindak pada hari ini.

Mailing bebas => Meukra-subscribe@yahoogroups.com
-untuk membuat posting kirimkan ke: PPDi@yahoogroup.com

**************************************************************
-Beritahu rakan anda untuk menyertai egroups ini dengan hanya menghantar email kosong ke: PPDi-subscribe@egroups.com
               : Meukra-subscribe@yahoogroups.com
**************************************************************
FOR THE LATEST NEWS link to us: http://PPDi.cjb.net/
                          http://groups.yahoo.com/group/PPDi/messages

ALL ADVERTISERS THAT HAVE NOTHING TO DO WITH condemning indon WILL BE BANNED WITHOUT WARNING!!!
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar