Rabu, 19 September 2012

[PersIndonesia] Kerjasama Dengan Sesama Manusia Dengan Berbagai Ragam & Latar Belakangnya

 

Kerjasama Dengan Sesama Manusia Dengan Berbagai Ragam & Latar Belakangnya
(Emha Ainun Nadjib: Toko Dalam Toko Kelontong)


Dalam forum Maiyahan, tempat pemeluk berbagai agama berkumpul
melingkar,sering saya bertanya kepada forum:

"Apakah anda punya
tetangga?". Dijawab serentak "Tentu punya"
"Punya istri enggak tetangga Anda?" "Ya, punya doooong"
"Pernah lihat kaki istri tetangga Anda itu?"

"Secara khusus, tak pernah melihat "
"Jari-jari kakinya lima atau tujuh? "

"Tidak pernah memperhatikan"
"Body-nya sexy enggak?" Hadirin tertawa lepas.

Dan saya lanjutkan tanpa menunggu jawaban mereka: "Sexy atau tidak bukan
urusan kita, kan? Tidak usah kita perhatikan, tak usah kita amati, tak usah
kita dialogkan, diskusikan atau perdebatkan. Biarin saja". Keyakinan
keagamaan orang lain itu ya ibarat istri orang lain. Ndak usah
diomong-omongkan, ndak usah dipersoalkan benar salahnya, mana yang lebih
unggul atau apapun. Tentu, masing-masing suami punya penilaian bahwa
istrinya begini begitu dibanding istri tetangganya, tapi cukuplah disimpan
didalam hati. Bagi orang non-Islam, agama Islam itu salah.

Dan itulah sebabnya ia menjadi orang non-Islam. Kalau dia beranggapan atau
meyakini bahwa Islam itu benar, ngapain dia jadi non-Islam? Demikian juga,
bagi orang Islam, agama lain itu salah. Justru berdasar itulah maka ia
menjadi orang Islam. Tapi, sebagaimana istri tetangga, itu disimpan saja
didalam hati, jangan diungkapkan, diperbandingkan, atau dijadikan bahan
seminar atau pertengkaran. Biarlah setiap orang memilih istri
sendiri-sendiri, dan jagalah kemerdekaan masing-masing orang untuk
menghormati dan mencintai istrinya masing-masing, tak usah rewel bahwa
istri kita lebih mancung hidungnya karena Bapaknya dulu sunatnya pakai calak
dan tidak pakai dokter, umpamanya. Dengan kata yang lebih jelas, teologi
agama-agama tak usah dipertengkarkan, biarkan masing-masing pada
keyakinannya.

Sementara itu orang muslim yang mau melahirkan padahal motornya gembos,
silakan pinjam motor tetangganya yang beragama Katolik untuk mengantar
istrinya ke rumah sakit. Atau, Pak Pastor yang sebelah sana karena baju
misanya kehujanan, padahal waktunya mendesak, ia boleh pinjam baju koko
tetangganya yang NU maupun yang Muhamadiyah. Atau ada orang Hindu kerjasama
bikin warung soto dengan tetangga Budha, kemudian bareng-bareng bawa colt
bak ke pasar dengan tetangga Protestan untuk kulakan bahan-bahan jualannya.

Tetangga-tetangga berbagai pemeluk agama, warga Berbagai parpol, golongan,
aliran, kelompok, atau apapun, silakan bekerja sama di bidang usaha
perekonomian, sosial, kebudayaan, sambil saling melindungi koridor teologi
masing-masing. Bisa memperbaiki pagar bersama-sama, bisa gugur gunung
membersihi kampung, bisa pergi mancing bareng bisa main gaple dan remi
bersama. Tidak ada masalah lurahnya Muslim, cariknya Katolik, kamituwonya
Hindu, kebayannya Gatholoco, atau apapun. Jangankan kerja sama dengan sesama
manusia, sedangkan dengan kerbau dan sapi pun kita bekerja sama
nyingkal
dan nggaru sawah. Itulah lingkaran tulus hati dengan hati. Itulah Maiyah.
Wasallam.

(Emha Ainun Nadjib)

Sumber:
http://pangeran-kalijaga.blogspot.com/2011/03/emha-ainun-toko-dalam-toko-kelontong.html

__._,_.___
Recent Activity:
Japanese Language School Pandan College http://pandan.ac.id/ 021-2727-2511, 021-2923-8782
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar