| Selasa, 25 Oktober 2011 ,  07:05:00     Usut Penembakan Karyawan Freeport di Timika   
 JAKARTA - Mabes Polri berjanji maksimal  mengusut penembakan karyawan Freeport di kawasan Timika, Papua. Serangan yang  berulangkali terjadi membuat polisi tak bisa bergerak sendirian. "Kita akan  melibatkan teman-teman dari TNI," ujar Kadivhumas Polri Irjen Anton Bachrul Alam  di Jakarta kemarin (23/10). TNI mempunyai kemampuan personel dan persenjataan  untuk mendukung operasi-operasi pengejaran di daerah pedalaman Papua. "TNI ada  Kopassus dan pasukan lain yang selama ini sudah bekerjasama dengan Polri. Kita  sinergi," katanya.
 
 Serangan di kawasan Freeport  memang terkesan dilakukan oleh kelompok yang terlatih. Mereka menyerang secara  spontan dengan senjata laras panjang kaliber 5,56 mm. Setelah itu , kelompok  tanpa bentuk ini lari ke dalam hutan. Penembakan terakhir terjadi pada 21 Oktober 2011. Salah  satu korbannya adalah Aloysius Margana yang masih kerabat anggota DPR RI Roy  Suryo. Sebelumnya, 14 Oktober 2011 juga terjadi penembakan di kawasan yang sama.  Pada 7 April 2011 masih di jalur yang sama, kelompok penyerang juga beraksi.  Menurut Anton Bachrul Alam, untuk langsung menentukan siapa di balik penyerangan  itu perlu waktu. "Polri sedang bekerja, tidak ada libur. Saat ini, Jenderal Imam  Sudjarwo masih di Papua pimpin operasi," katanya. Masalah Papua juga dibahas  dalam pertemuan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Leon Panetta dan Menteri  Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Denpasar, Bali kemarin. Dalam pertemuan selama  satu jam itu, Purnomo menyampaikan kondisi terbaru di Papua.  Langkah Purnomo ini disesalkan oleh anggota DPR  Maruara Sirait. "Kenapa Menhan Indonesia lebih dulu melapor pada Amerika padahal  kepada DPR atau rakyatnya sendiri belum," katanya. Politisi asal PDI Perjuangan  itu mengingatkan Purnomo agar tidak memihak kepentingan asing apalagi Amerika  Serikat dalam menyelesaikan konflik yang terjadi di Papua. "Kita akan awasi  terus prosesnya, untuk apa Menhan memberi informasi pada Amerika, apa  relevansinya untuk rakyat Papua," kecamnya. Sementara itu, kematian Nunu, sapaan  keluarga buat Yunus (20), korban penembakan di Mile 40, area PT Freeport  Indonesia (PTFI) pada Jumat (21/10) lalu, menjadi peristiwa yang sangat  menyedihkan bagi keluarga yang ditinggalkan.
 Banyak kenangan ditinggalkan Alm. Yunus sebelum  meninggal. Almarhum dikenal memiliki pribadi yang santun, rajin dan sering  bercanda baik kepada keluarga maupun sahabatnya. Hal tersebut disampaikan kakak  ipar korban, Ode Nuriati, saat Radar Timika mendatangi rumah duka yang terletak  di Jalan Srikaya, Kampung Timika Jaya (SP 2), Sabtu (22/10) siang. Di rumah duka  nampak hadir sejumlah sanak-saudara dan orang-orang terdekatnya. Jenazah Alm.  Yunus dibaringkan di dalam peti kayu yang diletakkan di atas meja di ruang tamu  sebuah rumah tembok bercat hijau. Meskipun mereka saat itu masih dirundung duka  yang mendalam, tetapi suara tangisan dan teriakan tidak lagi banyak terdengar.  Berbeda saat jasad Alm. Yunus masih berada di Ruang Jenazah Rumah Sakit Mitra  Masyarakat (RSMM) Timika sehari sebelumnya. Beberapa keluarganya menangis  histeris melihat jasad Yunus terbaring kaku.
 Sabtu (22/10) kemarin, pihak keluarga menyatakan telah  mengikhlaskan sepenuhnya kepergian Yunus, dan tidak ingin menuntut apapun atas  kejadian tersebut. "Keluarga telah mengikhlaskan kepergiannya (Yunus). Segala  sesuatunya sudah diatur oleh Allah," jelas Titi Kisnani yang merupakan tante  Yunus.Pihak keluarga saat itu sedang mempersiapkan segala sesuatunya untuk  memulangkan jasad Yunus ke kampung halamannya di Buton, Sulawesi Tenggara  (Sultra). Kakak Yunus, Jafar, dan keponakannya, Novi, akan mengantar  pemberangkatan jenasah Yunus sampai tiba di kampung halamannya. Dari Timika,  jenazah Yunus diterbangkan dengan pesawat Merpati hari Sabtu (22/10) lalu pukul  15.00 WIT.
 
 Informasi yang diperoleh keluarga Yunus dari pihak  maskapai, menyatakan pesawat tersebut akan singgah di Kota Makassar, kemudian  hari Minggu (23/10) akan berangkat ke Bau-bau. Sehingga jenazah akan bermalam di  Makassar, sebelum dikirim selanjutnya ke Bau-bau. Nuriati mengatakan Yunus  datang ke Timika sekitar satu tahun lalu. "Awalnya bekerja sebagai buruh  bangunan, sebelum bekerja menjadi penjaga warung (kios) di Mile 40," kata  Nuriati. Kata Nuriati, Yunus bekerja menjaga kios milik Lapa Deu (38) di kali  kopi (Mile 40) itu baru delapan hari, sebelum peristiwa tragis itu merenggut  nyawanya. Sebelum mendapat kabar tentang kematian Yunus, Nuriati mengatakan  dirinya sempat mendapat suatu firasat bahwa akan ada seseorang meninggal.  "Sebelumnya saya ada firasat, dua mata saya ini goyang-goyang, kayak mau  menangis," ungkapnya. "Kita terima kabar kalau dia meninggal sekitar jam 12.00  WIT, tetapi waktu jam 09.00 WIT, ponakannya, Rajab (2 tahun), sudah teriak  pangil-pangil. Bapak, Nunu datang… Bapak, Nunu datang… sambil nunjuk ke arah  jalan depan rumah," beber Nuriati. Menurut Nuriati, Rajab merupakan keponakan  kesayangan Yunus. Semasa tinggal di Kampung Timika Jaya (SP 2), Yunus sering  menggendong keponakannya itu. Sementara Nini, kakak sepupu almarhum, yang  merupakan ibu Rajab mengatakan, sebelum Yunus pergi ke Mile 40, sempat  memperlihatkan tingkah yang tidak seperti biasanya. "Sebelum meninggal, dia  (Yunus) sempat bikin repot keluarga. Dia minta handbody sama saya. Katanya, dia  mau ke kota (Timika). Dia juga meminta anting-anting sama Novi, ponakannya.  Sampai dia meninggal, anting-anting itu tetap dia pakai," kata  Nini. Tidak hanya itu. Nuriati yang merupakan kakak ipar  almarhum, mengaku sempat dimintai uang sebesar Rp 30 ribu sebelum Yunus pergi ke  Mile 40. "Waktu dia di atas, dia meminta saya mencucikan pakaiannya. Dia juga  minta diisikan pulsa. Waktu itu saya juga tidak tau kenapa saya mengiyakan terus  permintaannya," papar Nuriati. Titi Kisnani juga mengungkapkan bahwa sebelum  berangkat ke Mile 40, Yunus sempat menyalami tangannya sampai beberapa kali.  "Katanya mohon doa restu, semoga dapat rejeki yang banyak di sana," ungkap Titi.  Nini mengungkapkan Yunus pernah mengatakan kepada dirinya bahwa sudah lelah  berada di Timika. Dia berencana pulang ke kampung halamannya saat lebaran haji  nanti. "Dia bilang ke saya, kenapa sudah satu tahun ini tidak ada hasilnya  (kerja). Tidak ada (uang) yang bisa saya kirimkan buat orangtua di kampung.  Katanya, dia mau cari uang tiket untuk pulang ke kampung," papar Nini. Nini  mengenang Yunus sebagai peribadi yang rajin bekerja. "Kalau disuruh dia langsung  pergi, dia orangnya humoris, dia juga senang dengar musik dan dia rencana mau  bawa salonnya (speaker) ke kampung, kalau dia pulang," ujarnya.
 Nini berencana membawa speaker itu saat dia pulang ke  Bau-bau nanti, untuk memenuhi rencana Yunus sebelum meninggal. Peristiwa  penembakan dalam rentang waktu seminggu telah terjadi dua kali yang menyebabkan  enam korban meninggal dunia. Hari Jumat (14/10) lalu terjadi di Tanggul Timur,  Mile 37 area kerja PTFI, menimbulkan tiga nyawa melayang. Dalam penembakan Jumat  (14/10) lalu, selain menewaskan Yunus dan Alex Etok Laitowono, juga menewaskan  Aloysius Margana (47), Karyawan PT Kuala Pelabuhan Indonesia (kontraktor PTFI).  Jenazah Aloysius Margana hari Jumat lalu telah diterbangkan dengan pesawat  Airfast ke Jogjakarta.
 Sedangkan penembakan dan  penganiayaan pada Jumat (14/10) lalu di Mile 37 menewaskan tiga karyawan PT Puri  Fajar Mandiri (kontraktor PTFI), yakni Yana Heryana, Iip Abdul Rohman, dan  Deden.
 Setelah disemayamkan dua malam di rumah duka di Jalan Serui Mekar,  jasad almarhum Albertus Laitawono (29) alias Etok, dimakamkan di Tempat  Pemakaman Umum (TPU) Kampung Kamoro Jaya (SP 1), Minggu (23/10) siang.  (ken/rdl/iro/f
 |