Sy sepakat klw metode hisab membuat segala jadi teratur terencana...
Hari besar Islam bisa ditentukan sejak Dini.
Orang akan lebih mudah menentukan Hari libur, kapan jadwal cutinya...
Dan sebagainya...
Are u sepakat????
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
From: pranoto hidaya rusmin <pranotohr@yahoo.com.sg>
Sender: Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com
Date: Fri, 10 Aug 2012 16:52:14 +0800 (SGT)
To: Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com<Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com>
ReplyTo: Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com
Subject: Re: [M_S] hadits umat ummi konjungsi
ya sy juga tdk sepakat problem ini diselesaikan dg statistika (metode IR), tidak akan menghasilkan kepastian.
kalau ditanya kapan masuk tgl 1 ramadhan 1434 H, dijawabnya...mungkin tgl sekian. kata "mungkin" tidak akan pernah hilang, krn mungkin sj hilalnya tidak terlihat.
Tidak akan ada kepastian, padahal dlm hal ini dibutuhkan kepastian.
apalg kalau dari keilmuan kendali, acuan hilal itu tidak memenuhi prinsip kesetimbangan, yg diungkap dalam Al Mulk 3.
Justru penentuan konjungsi sbg titik awal dan akhir siklus sinodik itu sdh benar dari berbagai sisi (dari AQ dan sains, kalau ada hadits yg mengungkap pemahaman ini akan menjadi lengkap). sy akan coba cari hadits2 terkait Yasin 39-40, kemungkinan ada pemahaman ini di sana.
metode RH & IR menurut sy punya resiko besar untuk salah (ini kita diskusi dlm perspektif jaman ini).
Kalau kita cermati AQ dan hadits, sy sepakat yg menjadi wajib adl mengetahui masuknya bulan baru ( dari QS 2:185 dan semua hadits terkait penjelasan jumlah hari dalam sebulan dan RH). sedangkan, caranya mesti dicari yg terbaik.
artinya, umat islam wajib punya kalender sbg acuan kegiatan ibadah dan muamalah. sdkn, cara pembuatannya mesti dicari yg terbaik.
kalau caranya, yaitu RH, juga dimasukkan dlm bagian dari ibadah, pasti akan menghasilkan perbedaan awal bulan di berbagai wilayah di bumi ini. shg, di bumi ini akan lebih dari satu kalender.
kalau bagi sy, ini sdh tidak rasional lg. juga masih bagi sy, tidak mungkin agama bertabrakan dg prinsip rasional, krn akal dan hukum2 alam juga Allah yg menentukannya. dalam hal ini, dalil2 agama terkait akal dan alam, pasti juga rasional.
krn alasan inilah, sy punya dugaan kuat ada kesalahan dlm pengambilan kesimpulan metode RH dijadikan metode baku dlm penentuan awal bulan. inilah yg menjadi pemicu sy mencari ayat2 kalender.
Sekarang mungkin belum saatnya. tapi, suatu saat nanti dpt didiskusikan bgmn melakukan penyimpulan dari berbagai hadits terkait penjelasan jumlah hari dalam sebulan, hadits RH, juga yg dilakukan masyarakat waktu itu, khususnya Ibnu Umar.
Sementara sy menyimpulkan, waktu jaman Nabi saw memang scr umum digunakan RH, tapi ada juga metode hisab sederhana untuk memperkirakan jumlah hari sebulan seperti yg dilakukan Ibnu Umar. lalu ada jg perhitungan, yg dimaksud Nabi saw dlm hadits umat ummi tsb, yg perlu diperjelas lebih rinci lg.
kalau semua itu diperhitungkan, tentu tidak mungkin kita dpt menyimpulkan RH sbg bagian dari ibadah. kalau RH sbg salah satu cara pd waktu itu untuk menentukan awal bulan, sy sepakat itu benar. tapi kalau disimpulkan itulah satu2 cara yg shahih, ya tidak dpt begitu kesimpulannya.
Ketika kita berada pd jaman yg berubah, seperti saat ini, dg kebutuhan jg berubah, justru akan memperkuat metode hisab dan mau cepat atau lambat... suatu saat akan disadari metode RH tidak tepat lg ditempatkan pd fungsi sbg penentu awal bulan. RH mesti ditempatkan sbg penghasil data2 observasi dari siklus sinodik bulan, untuk memperbaiki model dan menjaga validitasnya (model yg disebut dlm QS 55:5, yg harus didukung oleh rukyat dari QS 31:29). sdkn, penentuan awal bulan sdh berada dm wilayahnya hisab. di sinilah rukyat-hisab membentuk pasangan serasi sepanjang jaman (sesuai Yasin 36 juga).
Semoga informasi pemahaman soal konjungsi sbg awal-akhir siklus pd jaman Nabi saw dpt diperoleh, shg memastikan arah dari seluruh petunjuk ini memang pd hisab manazil (yg salah satunya adl manzilah konjungsi), bukan hisab hilal (yunus 5, hisab kalender dikaitkan dg hisab manazil, bukan hisab hilal).
Salam
Pranoto
From: Agus Purwanto <purwanto_phys@yahoo.com>
To: Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com
Sent: Friday, 10 August 2012, 14:53
Subject: Re: [M_S] hadits umat ummi & konjungsi
kalau ditanya kapan masuk tgl 1 ramadhan 1434 H, dijawabnya...mungkin tgl sekian. kata "mungkin" tidak akan pernah hilang, krn mungkin sj hilalnya tidak terlihat.
Tidak akan ada kepastian, padahal dlm hal ini dibutuhkan kepastian.
apalg kalau dari keilmuan kendali, acuan hilal itu tidak memenuhi prinsip kesetimbangan, yg diungkap dalam Al Mulk 3.
Justru penentuan konjungsi sbg titik awal dan akhir siklus sinodik itu sdh benar dari berbagai sisi (dari AQ dan sains, kalau ada hadits yg mengungkap pemahaman ini akan menjadi lengkap). sy akan coba cari hadits2 terkait Yasin 39-40, kemungkinan ada pemahaman ini di sana.
metode RH & IR menurut sy punya resiko besar untuk salah (ini kita diskusi dlm perspektif jaman ini).
Kalau kita cermati AQ dan hadits, sy sepakat yg menjadi wajib adl mengetahui masuknya bulan baru ( dari QS 2:185 dan semua hadits terkait penjelasan jumlah hari dalam sebulan dan RH). sedangkan, caranya mesti dicari yg terbaik.
artinya, umat islam wajib punya kalender sbg acuan kegiatan ibadah dan muamalah. sdkn, cara pembuatannya mesti dicari yg terbaik.
kalau caranya, yaitu RH, juga dimasukkan dlm bagian dari ibadah, pasti akan menghasilkan perbedaan awal bulan di berbagai wilayah di bumi ini. shg, di bumi ini akan lebih dari satu kalender.
kalau bagi sy, ini sdh tidak rasional lg. juga masih bagi sy, tidak mungkin agama bertabrakan dg prinsip rasional, krn akal dan hukum2 alam juga Allah yg menentukannya. dalam hal ini, dalil2 agama terkait akal dan alam, pasti juga rasional.
krn alasan inilah, sy punya dugaan kuat ada kesalahan dlm pengambilan kesimpulan metode RH dijadikan metode baku dlm penentuan awal bulan. inilah yg menjadi pemicu sy mencari ayat2 kalender.
Sekarang mungkin belum saatnya. tapi, suatu saat nanti dpt didiskusikan bgmn melakukan penyimpulan dari berbagai hadits terkait penjelasan jumlah hari dalam sebulan, hadits RH, juga yg dilakukan masyarakat waktu itu, khususnya Ibnu Umar.
Sementara sy menyimpulkan, waktu jaman Nabi saw memang scr umum digunakan RH, tapi ada juga metode hisab sederhana untuk memperkirakan jumlah hari sebulan seperti yg dilakukan Ibnu Umar. lalu ada jg perhitungan, yg dimaksud Nabi saw dlm hadits umat ummi tsb, yg perlu diperjelas lebih rinci lg.
kalau semua itu diperhitungkan, tentu tidak mungkin kita dpt menyimpulkan RH sbg bagian dari ibadah. kalau RH sbg salah satu cara pd waktu itu untuk menentukan awal bulan, sy sepakat itu benar. tapi kalau disimpulkan itulah satu2 cara yg shahih, ya tidak dpt begitu kesimpulannya.
Ketika kita berada pd jaman yg berubah, seperti saat ini, dg kebutuhan jg berubah, justru akan memperkuat metode hisab dan mau cepat atau lambat... suatu saat akan disadari metode RH tidak tepat lg ditempatkan pd fungsi sbg penentu awal bulan. RH mesti ditempatkan sbg penghasil data2 observasi dari siklus sinodik bulan, untuk memperbaiki model dan menjaga validitasnya (model yg disebut dlm QS 55:5, yg harus didukung oleh rukyat dari QS 31:29). sdkn, penentuan awal bulan sdh berada dm wilayahnya hisab. di sinilah rukyat-hisab membentuk pasangan serasi sepanjang jaman (sesuai Yasin 36 juga).
Semoga informasi pemahaman soal konjungsi sbg awal-akhir siklus pd jaman Nabi saw dpt diperoleh, shg memastikan arah dari seluruh petunjuk ini memang pd hisab manazil (yg salah satunya adl manzilah konjungsi), bukan hisab hilal (yunus 5, hisab kalender dikaitkan dg hisab manazil, bukan hisab hilal).
Salam
Pranoto
From: Agus Purwanto <purwanto_phys@yahoo.com>
To: Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com
Sent: Friday, 10 August 2012, 14:53
Subject: Re: [M_S] hadits umat ummi & konjungsi
| mboten wonten dalil tambahan pak Pran selain kesederhanaan dan kemudahan juga (makin) tidak percaya statistik untuk awal bulan tidak percaya kebenaran ditentukan secara statistik apalagi menyangkut kepastian tanggal bagi awal bulan tidak percaya Agus Purwanto LaFTiFA ITS http://purwanto-laftifa.blogspot.com |
__._,_.___
----------------------------------------------------------------------
"Muhammadiyah ini lain dengan Muhammadiyah yang akan datang. Maka teruslah
kamu bersekolah, menuntut ilmu pengetahuan dimana saja. Jadilah guru kembali
pada Muhammadiyah. Jadilah dokter, kembali kepada Muhammadiyah. Jadilah
Meester, insinyur dan lain-lain, dan kembalilah kepada Muhammadiyah"
(K.H. Ahmad Dahlan).
----------------------------------------------------------------------
Salurkan ZAKAT, INFAQ dan SHODAQOH anda melalui LAZIS
MUHAMMADIYAH
No. Rekening atas nama LAZIS Muhammadiyah
1. Bank BCA Central Cikini
(zakat) 8780040077 - (infaq) 8780040051
2. BNI Syariah Cab. Jakarta Selatan
(zakat) 00.91539400 - (infaq) 00.91539411
3. Bank Syariah Mandiri (BSM) Cab. Thamrin
( Zakat) 009.0033333 - (Infaq) 009.00666666
4. Bank Niaga Syariah
(zakat) 520.01.00186.00.0 - (infaq) 520.01.00187.00.6
5. Bank Muamalat Indonesia Arthaloka
(Zakat) 301.0054715
6. Bank Persyarikatan Pusat
(zakat) 3001111110 - (infaq) 3001112210
7. Bank Syariah Platinum Thamrin
(zakat) 2.700.002888 - (infaq) 2.700.002929
8. BRI cab. Cut Meutia
(zakat) 0230-01.001403.30-9 - (infaq) 0230-01.001404.30-5
Bantuan Kemanusiaan dan Bencana:
BNI Syariah no.rekening: 00.91539444
DONASI MELALUI SMS
a. Jadikan jum'at sebagai momentum kepedulian,
salurkan donasi anda, ketik: LM(spasi)JUMATPEDULI kirim ke 7505
b. Bantuan kemanusiaan ketik: LM(spasi)ACK kirim ke 7505
Nilai donasi Rp. 5000, semua operator,belum termasuk PPN
email: lazis@muhammadiyah.or.id
website : www.lazismu.org
"Muhammadiyah ini lain dengan Muhammadiyah yang akan datang. Maka teruslah
kamu bersekolah, menuntut ilmu pengetahuan dimana saja. Jadilah guru kembali
pada Muhammadiyah. Jadilah dokter, kembali kepada Muhammadiyah. Jadilah
Meester, insinyur dan lain-lain, dan kembalilah kepada Muhammadiyah"
(K.H. Ahmad Dahlan).
----------------------------------------------------------------------
Salurkan ZAKAT, INFAQ dan SHODAQOH anda melalui LAZIS
MUHAMMADIYAH
No. Rekening atas nama LAZIS Muhammadiyah
1. Bank BCA Central Cikini
(zakat) 8780040077 - (infaq) 8780040051
2. BNI Syariah Cab. Jakarta Selatan
(zakat) 00.91539400 - (infaq) 00.91539411
3. Bank Syariah Mandiri (BSM) Cab. Thamrin
( Zakat) 009.0033333 - (Infaq) 009.00666666
4. Bank Niaga Syariah
(zakat) 520.01.00186.00.0 - (infaq) 520.01.00187.00.6
5. Bank Muamalat Indonesia Arthaloka
(Zakat) 301.0054715
6. Bank Persyarikatan Pusat
(zakat) 3001111110 - (infaq) 3001112210
7. Bank Syariah Platinum Thamrin
(zakat) 2.700.002888 - (infaq) 2.700.002929
8. BRI cab. Cut Meutia
(zakat) 0230-01.001403.30-9 - (infaq) 0230-01.001404.30-5
Bantuan Kemanusiaan dan Bencana:
BNI Syariah no.rekening: 00.91539444
DONASI MELALUI SMS
a. Jadikan jum'at sebagai momentum kepedulian,
salurkan donasi anda, ketik: LM(spasi)JUMATPEDULI kirim ke 7505
b. Bantuan kemanusiaan ketik: LM(spasi)ACK kirim ke 7505
Nilai donasi Rp. 5000, semua operator,belum termasuk PPN
email: lazis@muhammadiyah.or.id
website : www.lazismu.org
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar