Senin, 10 Oktober 2011

[buruh-migran] Kualifikasi profesional: guru kimia. Kualifikasi non-profesional: suami, ayah, dan penulis lepas.

 

Refl:  Apakah pelayan kesehatan seperti yang dituturkan dalam artikel di bawah ini lebih murah di NKRI yang dipuja-puji?
 
 

Opname 4 Hari, Biayanya Cuma Rp 30 Ribu

HL | 09 October 2011 | 15:46

Opname di rumah sakit selama 4 hari tapi biayanya cuma 30 ribu rupiah? Maaf saja, ini bukan di Indonesia, melainkan di Malaysia. Kisah nyata yang saya alami sendiri.

Bulan Agustus lalu menjelang Idul Fitri anak saya (Adit, 2 tahun) tiba-tiba mengalami kesulitan bernafas. Tidak ada demam dan batuk sebelumnya sehingga membuat kami, ayah dan ibunya, panik luar biasa.

Lebih panik lagi karena dokter klinik langsung menyuruh kami membawa Adit ke rumah sakit besar. Pertolongan pertama di klinik dengan memberi uap salbutamol tidak berhasil melegakan pernapasan Adit. Dengan segera kami menuju Hospital (Rumah Sakit) Serdang, sebuah rumah sakit besar milik pemerintah yang berjarak 15 menit dari rumah. Langsung ke bagian Kecemasan (gawat darurat dalam Bahasa Malaysia).

Hasil pemeriksaan sinar-X menunjukkan bercak-bercak putih di paru-paru anak kami. Dugaan awal dokter adalah bronchial pneumonia, suatu jenis infeksi paru-paru. Sore itu juga dokter memutuskan Adit untuk diopname. Kami tidak bertanya soal biaya, bahkan sama sekali tidak memikirkannya. Yang penting Adit bisa ditangani oleh tim dokter ahli.

Empat hari 3 malam anak kami berada di wad (ward dalam Bahasa Inggris, atau bangsal) bagian anak-anak Hospital Serdang. Satu wad menampung 4 orang anak, dan entah kebetulan atau tidak semuanya mengalami gangguan paru-paru. Permintaan kami untuk pindah ke kamar satu orang ditolak karena akan menyulitkan observasi oleh tim dokter. Kami menurut, apapun yang dikatakan dokter kami ikuti saja tanpa membantah.

Setiap 4 jam suster datang membawa salbutamol untuk diuapkan ke pernapasan Adit. Berbagai jenis obat, mulai antibiotik, anti pembengkakan (hydrocortisone) sampai Tamiflu rutin dimasukkan ke tubuh anak kami. Empat kali sehari tim dokter, yang beberapa di antaranya dokter-dokter ko-as, datang tidak membawa buku, tapi komputer jinjing yang berisi data pasien dan terkoneksi dengan sistem data rumah sakit. Konon katanya, di Jakarta hanya rumah sakit swasta yang memiliki sistem seperti itu.

Saya sempat khawatir dengan kondisi rumah sakit milik pemerintah yang konon katanya kotor dan susternya galak-galak. Hospital Serdang membuktikan dugaan saya keliru. Ruangan dan koridornya bersih, ada taman di luar untuk mengistirahatkan diri, dan susternya rata-rata masih muda (ehem…) dan ramah.

Setelah 4 hari, Adit diperkenankan pulang dengan dibekali 2 jenis antibiotik, Tamiflu, hydrocortisone, Ventolin dan Fluticasone untuk rawatan gejala asma (analisa terakhir dokter menunjukkan anak kami mengidap asma ringan). Sebelum pulang, kami disuruh menuju ke bagian keuangan untuk membayar biaya opname, dokter, dan obat-obatan.

Dengan perasaan dag-dig-dug saya menemui kasir rumah sakit. Saya sudah siapkan uang tunai, dan kartu kredit juga sudah ada di genggaman. Takutnya sih kalau limit kreditnya jebol, saya tambahi dengan cash saja. Perkiraan saya, wah, minimal harus keluar 5 juta nih (kalau dirupiahkan), mengingat banyaknya obat-obatan yang diberikan dokter selama 4 hari di rumah sakit. Beberapa obat itu bahkan termasuk obat yang jarang digunakan sehingga harganya sangat mahal.

"Tiga belas ringgit!" (1 ringgit = 2500 rupiah)

Saya terdiam. Antara kaget dan tidak percaya. Saya lihat lagi kwitansi yang disodorkan, sekedar mengecek betulkah 13 ringgit atau 1300 ringgit. Dan ternyata memang cuma 13!

Melihat saya terdiam, si kasir menyangka saya tidak punya uang. Dengan santainya dia berujar, "Bayar kapan saja, besok, lusa, kapan saja…"

Saya yang kebetulan memang telmi (telat mikir) meninggalkan si kasir dengan kwitansi 13 ringgit dan membawa Adit pulang ke rumah. Besoknya, saya datang kembali ke rumah sakit membawa uang 13 ringgit. Perlu satu hari untuk mempercayai mata saya bahwa opname 4 hari di rumah sakit biayanya cuma sekitar 30 ribu rupiah!

Di rumah pikiran saya mengawang-awang dengan kondisi di tanah air tercinta Indonesia, dimana biaya opname di rumah sakit pemerintah bisa sampai jutaan dan akibatnya banyak pasien terpaksa disandera oleh pihak rumah sakit lantaran tidak kuat membayar.

Ya Allah, semoga kami termasuk ke dalam golongan orang-orang yang pandai bersyukur atas segala nikmat-Mu.

 

__._,_.___
Recent Activity:
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar