Selasa, 07 Agustus 2012

[inti-net] Isu SARA Sungguh Terlalu - Isu SARA Bisa Jadi Bumerang Bagi Foke

 

Isu SARA Sungguh Terlalu
http://www.tempo.co/read/opiniKT/2012/08/08/1902/Isu-SARA-Sungguh-Terlalu

Selasa, 07 Agustus 2012 | 02:08 WIB

Rhoma Irama boleh membela diri bahwa ia tak mengembuskan isu SARA. Tapi argumen musisi dangdut ini lemah lantaran ia jelas menyinggung masalah suku, agama, ras, dan antara golongan dalam ceramahnya. Bukan hanya tidak pantas, memainkan soal sensitif ini juga amat berbahaya.

Itu sebabnya patut didukung langkah Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Daerah Jakarta memeriksa Rhoma. Bintang iklan kampanye calon gubernur inkumben Fauzi Bowo ini mesti menjelaskan soal isi ceramahnya di sebuah masjid di Tanjung Duren, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu. Apalagi ia mengakui menganjurkan jemaah untuk memilih calon pemimpin yang seiman. Sang musisi juga mengutip sebuah ayat dari Kitab Suci yang menyebutkan bahwa orang beriman dilarang memilih orang kafir sebagai pemimpin.

Dalih bahwa ia mengucapkannya di tempat ibadah, bukan tempat umum, sulit diterima. Batasan ini menjadi tidak relevan karena pelanggaran atas masalah sensitif itu tidaklah mengenal tempat. Apalagi video ceramah itu kemudian menyebar ke mana-mana dan bisa diakses oleh banyak orang. Ini bisa dianggap sebagai serangan terhadap pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama. Apalagi selama ini Rhoma dikenal sebagai pendukung pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli. Kedua pasangan ini akan berlaga dalam putaran kedua pemilihan Gubernur DKI, September nanti.

Kami berharap panitia pengawas tidak terpengaruh oleh para pendukung Raja Dangdut yang mengelukannya saat ia diperiksa. Soalnya, mengusung masalah SARA jelas termasuk yang dilarang dalam kampanye kepala daerah. Ini diatur dengan gamblang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Larangan juga menyangkut kampanye di luar jadwal dan berkampanye di dalam tempat ibadah.

Panitia pengawas tak boleh takut mengambil tindakan bila Rhoma terbukti melanggar aturan. Panitia bisa membawanya ke penegak hukum untuk diproses. Soalnya, baik pelanggaran terhadap jadwal kampanye maupun penggunaan isu SARA diancam dengan hukuman pidana. Ancaman hukuman bagi yang memainkan isu SARA bahkan cukup berat, yakni bisa mencapai 18 bulan penjara.

Tindakan tegas penting karena penggunaan isu SARA tidak hanya melanggar aturan pemilihan gubernur, tapi juga konstitusi. Undang-Undang Dasar 1945 jelas melarang sikap diskriminatif dalam bentuk apa pun. Setiap warga negara, tanpa mengenal agama, suku, ras, dan golongan, juga memiliki hak yang sama dalam politik.

Pendukung calon Gubernur DKI semestinya sadar, pemakaian isu SARA lebih banyak mudarat ketimbang manfaatnya. Mempersoalkan agama atau suku calon Gubernur Jakarta merupakan pembodohan rakyat karena tak relevan dengan masalah nyata yang dihadapi Ibu Kota. Calon pemimpin yang tepat diperlukan untuk mengatasi banjir, kemacetan, dan kesemrawutan tata kota Jakarta. Ia bisa berasal dari agama dan suku apa saja.

Rhoma Irama tentu paham pula mengenai pentingnya menghargai kemajemukan masyarakat. Ia bahkan pernah menggambarkan masalah ini dalam lagu ciptaannya berjudul 135 Juta. Liriknya, antara lain, "Janganlah saling menghina satu suku-bangsa dengan lainnya." Maka, sungguh terlalu bila Rhoma melupakan prinsip ini.

Isu SARA Bisa Jadi Bumerang Bagi Foke
TEMPO.CO – 08 Augtus 2012

TEMPO.CO, Jakarta - Persoalan isu Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan (SARA) di mata pengamat politik Refly Harun bisa menjadi bumerang bagi pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo - Nachrowi Ramli.

Ia berpendapat, jika pasangan Joko Widodo-Basuki kerap diserang dengan isu SARA, hal itu akan berdampak negatif terhadap Foke, sapaan akrab Fauzi Bowo.

"Warga menjadi tidak simpati lagi. Ini bisa jadi bumerang," ucap Refly, Selasa, 7 Agustus 2012. Justru pasangan Jokowi-Ahok bisa mendulang keuntungan dengan adanya isu seperti ini.

Menurut Direktur Eksekutif Centre of Democracy Election & Constitution (Codex) ini, warga Jakarta sudah cukup cerdas dalam memilih calon pemimpinnya.

Malah dalam banyak hal, lanjut Refly, ada warga yang cenderung tidak peduli Jakarta bakal dipimpin oleh siapa. "Warga Jakarta sudah cukup plural dan tidak mudah terbakar isu seperti itu," ujarnya.

Refly menilai, isu SARA hanya digaungkan oleh kelompok-kelompok minoritas. Kendati demikian, kelompok ini mampu bersuara lantang.

Sedangkan mayoritas warga lainnya cenderung memilih diam (silent majority). "Mereka ini rata-rata kelas menengah," ujar Refly.

Seperti ramai diberitakan, pasangan Jokowi-Ahok ditimpa isu SARA. Penyanyi dangdut Rhoma Irama dalam ceramahnya di Tanjung Duren, Jakarta Barat menyampaikan pesan bernada SARA. Rhoma menganjurkan jemaah salat Tarawih Masjid Al-Isra untuk tidak memilih pemimpin yang tak seiman.

Akibat pernyataannya, Rhoma dipanggil Panitia Pengawas Pemilu DKI Jakarta. Ia dianggap melanggar aturan soal kampanye di luar jadwal, menghina pasangan calon dengan isu SARA, dan berkampanye di dalam tempat ibadah. Namun Rhoma mengaku merasa tidak bersalah.

ADITYA BUDIMAN

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
Gabung di milis INTI-net, kirim email ke : inti-net-subscribe@yahoogroups.com

Kunjungi situs INTI-net   
http://groups.yahoo.com/group/inti-net

Kunjungi Blog INTI-net
http://tionghoanet.blogspot.com/
http://tionghoanets.blogspot.com/

Tulisan ini direlay di beberapa Blog :
http://jakartametronews.blogspot.com/
http://jakartapost.blogspot.com
http://indonesiaupdates.blogspot.com

*Mohon tidak menyinggung perasaan, bebas tapi sopan, tidak memposting iklan*

CLICK Here to Claim your Bonus $10 FREE !
http://adv.justbeenpaid.com/?r=kQSQqbUGUh&p=jsstripler5
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar