Sabtu, 01 September 2012

[forumpembaca-kompas] MAULID & NATAL

 

MAULID & NATAL

Kalau Maulid itu bahasa Arab, sedangkan Natal itu bahasa Portugis. Artinya sama, yaitu hari ulang tahun. Kalau Maulid itu "diperkira-kirakan" untuk kelahiran Muhammad yang tidak diketahui kepastian kelahirannya, sedangkan Natal itu "diperkira-kirakan" untuk kelahiran Yesus yang rambutnya panjang. Jadi, sama-sama nggak jelasnya.

Yang diulangtahuni adalah sama-sama Mr. "X"-nya. Kalau istilah pak Polisi adalah tentang sesosok mayat yang identitasnya tidak jelas. Sebab yang sekarang ini disebut-sebut sebagai Muhammad, sebenarnya adalah Masrud, atau Masrud ini adalah Muhammad palsu. Sementara Muhammad yang asli sebenarnya adalah orang biasa, bukan dukun apalagi nabi. Jadi, baik yang Islam dan yang Kristen sama-sama ngawur, 'kan?!

Orang yang diulangtahuni nggak jelas, sedangkan hari ulangtahunnya juga nggak jelas. Maka yang jelas adalah: ngawurnya saja yang jelas. Benar gitu nggak, Prul?

>> Apakah ada perintahnya di Al Qur'an, Prul?

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Maulid Nabi Muhammad

Maulid Nabi Muhammad SAW kadang-kadang Maulid Nabi atau Maulud saja (bahasa Arab: مولد، مولد النبي‎, mawlidun-nabī), adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang di Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad.

Sejarah

Perayaan Maulid Nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193). Adapula yang berpendapat bahwa idenya justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem dan sekitarnya.

Perayaan di Indonesia

Masyarakat muslim di Indonesia umumnya menyambut Maulid Nabi dengan mengadakan perayaan-perayaan keagamaan seperti pembacaan shalawat nabi, pembacaan syair Barzanji dan pengajian. Menurut penanggalan Jawa bulan Rabiul Awal disebut bulan Mulud, dan acara Muludan juga dirayakan dengan perayaan dan permainan gamelan Sekaten.

Perayaan di luar negeri

Sebagian masyarakat muslim Sunni dan Syiah di dunia merayakan Maulid Nabi. Muslim Sunni merayakannya pada tanggal 12 Rabiul Awal sedangkan muslim Syiah merayakannya pada tanggal 17 Rabiul Awal, yang juga bertepatan dengan ulang tahun Imam Syiah yang keenam, yaitu Imam Ja'far ash-Shadiq.

Maulid dirayakan pada banyak negara dengan penduduk mayoritas Muslim di dunia, serta di negara-negara lain di mana masyarakat Muslim banyak membentuk komunitas, contohnya antara lain di India, Britania, dan Kanada.[1] [2] [3] [4] [5][6] [7] [8][9] Arab Saudi adalah satu-satunya negara dengan penduduk mayoritas Muslim yang tidak menjadikan Maulid sebagai hari libur resmi.[10] Partisipasi dalam ritual perayaan hari besar Islam ini umumnya dipandang sebagai ekspresi dari rasa keimanan dan kebangkitan keberagamaan bagi para penganutnya.[11]

Perbedaan pendapat

Terdapat beberapa kaum ulama yang berpaham Salafi dan Wahhabi yang tidak merayakannya karena menganggap perayaan Maulid Nabi merupakan sebuah bid'ah, yaitu kegiatan yang bukan merupakan ajaran Nabi Muhammad SAW. Mereka berpendapat bahwa kaum muslim yang merayakannya keliru dalam menafsirkannya sehingga keluar dari esensi kegiatannya. Namun demikian, terdapat pula ulama yang berpendapat bahwa peringatan Maulid Nabi bukanlah hal bid'ah, karena merupakan pengungkapan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW.

 

Kontroversi peringatan Maulid Nabi

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan tradisi yang sudah kental dan memasyarakat di kalangan kaum muslim. Bukan cuma di Indonesia, tradisi yang jatuh setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam Hijriah itu, juga marak diperingati oleh umat Islam berbagai dunia.

Disahkan oleh negara

Di Indonesia, tradisi ini disahkan oleh negara, sehingga pada hari tersebut dijadikan sebagai hari besar dan hari libur nasional. Imam As-Suyuthi dalam kitab Husn Al-Maqosid fi Amal Al-Maulid menerangkan bahwa orang yang pertama kali menyelenggarakan maulid Nabi adalah Malik Mudzofah Ibnu Batati, penguasa dari negeri Ibbril yang terkenal loyal dan berdedikasi tinggi. Mudzorofah pernah menghadiahkan sepuluh ribu dinar kepada Syekh Abu Al-Khatib Ibnu Dihyah yang telah berhasil menyusun sebuah buku riwayat hidup dan risalah Rasulullah dengan judul At-Tanwir fi Maulid Al-Basyir Al-Nazir. Pada masa Abbasiyah, sekitar abad kedua belas masehi, perayaan maulid Nabi dilaksanakan secara resmi yang dibiayai dan difasilitasi oleh khalifah dengan mengundang penguasa lokal. Acara itu diisi dengan puji-pujian dan uraian maulid Nabi, serta dilangsungkan dengan pawai akbar mengelilingi kota diiringi pasukan berkuda dan angkatan bersenjata.

Dua pendapat yang bertentangan

Dilihat dari sudut pandang hukum syarak ada dua pendapat yang bertentangan dalam menangani masalah peringatan maulid Nabi.

Pendapat pertama

Pendapat pertama, yang menentang, mengatakan bahwa maulid Nabi merupakan bid'ah mazmumah, menyesatkan. Pendapat pertama membangun argumentasinya melalui pendekatan normatif tekstual. Perayaan maulid Nabi SAW itu tidak ditemukan baik secara tersurat maupun secara tersirat dalam Al-Quran dan juga Al-Hadis. Syekh Tajudiin Al-Iskandari, ulama besar berhaluan Malikiyah yang mewakili pendapat pertama, menyatakan maulid Nabi adalah bid'ah mazmumah, menyesatkan. Penolakan ini ditulisnya dalam kitab Al-Murid Al-Kalam Ala'amal Al-Maulid.

Pendapat Kedua

Pendapat kedua, yang telah menerima dan mendukung tersebut, beralasan bahwa maulid Nabi adalah bid'ah mahmudah, inovasi yang baik, dan tidak bertentangan dengan syariat. Pendapat kedua diwakili oleh Imam Ibnu Hajar Asqalani dan Imam As-Suyuthi. Keduanya mengatakan bahwa status hukum maulid Nabi adalah bid'ah mahmudah. Yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW, tetapi keberadaannya tidak bertentang dengan ajaran Islam. Bagi As-Suyuti, keabsahan maulid Nabi Muhammad SAW bisa dianalogikan dengan diamnya Rasulullah ketika mendapatkan orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura sebagai ungkapan syukur kepada Allah atas keselamatan Nabi Musa dari kejaran Firaun. maulid Nabi, menurut As-Suyuti, adalah ungkapan syukur atas diutusnya Nabi Muhammad SAW ke muka bumi. Penuturan ini dapat dilihat dalam kitab Al-Ni'mah Al-Kubra Ala Al-Alam fi Maulid Sayyid Wuld Adam.

Kesimpulan

Terlepas dari polemik di atas, pelaksanaan maulid Nabi adalah perbuatan Bid'ah walaupun disinyalir mendatangkan dan memberikan manfaat kehidupan beragama kaum muslimin secara filosofis, peringatan maulid Nabi dapat menumbuhkan rasa cinta kepada Rasulullah yang kemudian ditunjukkan dengan mengikuti segala sunahnya dan menumbuhkan kesadaran akan beragama menuju kesempurnaan takwa, tapi tetap didahului dengan perbuatan Bid'ah. Secara sosiologis, dengan asumsi kehidupan manusia di abad ini, dengan kecenderungan bergaya hidup konsumeristik, hedonistik, dan materialistik, punya andil cukup besar terhadap penurunan tingkat kesadaran seseorang, maka peringatan maulid Nabi menjadi tuntutan religius yang penting.

Hadist

Kekhawatiran ini tidak terlalu berlebihan bila kita lihat sabda Nabi:

"Pada mulanya Islam itu asing dan akan kembali asing dan akan kembali asing, maka berbahagianlah bagi orang-orang asing, yakni mereka yang telah menghidupkan sunah Nabi, setelah dirusak orang. Orang yang berpegang teguh dengan sunahku ketika terjadi wabah dekadensi moral, pahalanya sama dengan pahala seratus orang yang mati syahid." (HR. Ibnu Abbas)

dan kekhawatiran akan menjadi hilang jika kita berwawasan secara meluas,memang semua pekerjaan yang kita lakukan dizaman sekarang ini adalah bid'ah,karena tidak dilakukan dan tidak diperintah oleh nabi sendiri,tapi kita tahu bahwasannya bid'ah itu ada 2 macam yaitu bid'ah hasanah (bid'ah yang baik) dan bid'ah sayyi'ah(bid'ah yang jelek dalam artian menyimpang dari syariat), Jadi kita tidak meniru Rosul hanya konteks saja, tapi juga nonkontekstualnya. Berbahagialah orang yang selalu mengagungkan Rosul,dan jangan mudah menganggap sesuatu itu bid'ah dlolalah finnar, Kita tentunya inGin umat islam bersatu padu mengunggulkan ISLAM, jangan mudah trpedaya kaum yang ingin memecahbelahkan umat islam baik dari dalam ataupun dari luar. Alloh selalu bersama orang2 yang benar.

 

 

 




Cat avatar Avatars


xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx


Computer mania Avatars





>>Surat-menyurat :   hakekathidupku@yahoo.co.id,  newhakekatku@yahoo.co.id, 

                                   Hakekatku_00@yahoo.co.id,   hakekatku_05@yahoo.co.id, 

                                    hakekathidup_h5@yahoo.co.id,

                                    hakekathidupku_nolnol@yahoo.co.id, 

 

>> MilisGroup:   hakekatku_00@yahoogroups.com,  

                             http://groups.yahoo.com/group/hakekatku_00/

 

                             newhakekatku@yahoogroups.com,

                             http://groups.yahoo.com/group/newhakekatku/

 

>>B l o g  :    http://bloghakekatku.blogspot.com

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar