Selasa, 11 September 2012

Re: Bls: [M_S] Validitas QS 36:39-40 sebagai dasar WH

 

Yang ini terkait pemahaman Yasin 37-39, sy masih ingin menanyakan kpd Pak Thomas terkait pemahaman yg telah disampaikan agar lebih dalam sedikit, shg panelis yg lain nanti dapat melanjutkan setelah dirasa sinkron.

Pendapat Pak Thomas:

37. dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, Maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan. [MENJELASKAN FENOMENA SIANG-MALAM AKIBAT ROTASI BUMI]


Pertanyaan:

1. apakah ayat ini bertujuan menjelaskan mengenai malam ataukah gerak rotasi bumi?
2. dari bagian mana dari ayat di atas, yg dpt dijadikan dasar bahwa ayat ini menjelaskan fenomena siang malam akibat rotasi bumi?
3. masih di ayat ini, terdapat kalimat "serta merta mereka berada dalam kegelapan", mohon dijelaskan apa maksud kalimat ini?
4. seperti telah diungkap oleh Pak Tono bahwa krn rotasi bumilah timbul gerak semu matahari. Nah, apakah menurut Pak Thomas ayat ini juga mengungkap gerak semu matahari?


Pendapat Pak Thomas:

38. dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui. [MENJELASKAN FENOMENA GERAK MATAHARI, YANG DULU DIANGGAP DIAM ATAU SEKADAR DIMAKNAI GERAK SEMU]

Pertanyaan:

1. kalau ayat ini menjelaskan fenomena gerak mthr, memang scr eksplisit demikian. namun, di manakah dalam ayat ini yg menjelaskan yg dimaksud ayat ini adl gerak mthr mengitari titik pusat galaksi?
2. menurut Pak Thomas, apakah ayat ini terkait dg ayat sebelum dan sesudahnya, yaitu Yasin 37 dan 38? kalau terdapat kaitan, mohon dijelaskan scr singkat apa kaitannya?


Pendapat Pak Thomas:

Secara astronomi, ayat-ayat itu (khususnya QS 36:38-40) secara gamblang menjelaskan gerak diri matahari dan bulan serta ketampakannya.

39. dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah Dia sebagai bentuk tandan yang tua.[MENJELASKAN FENOMENA GERAK BULAN MENGITARI BUMI YANG TAMPAK SEBAGAI PERUBAHAN MANZILAH/FASE BULAN. MANZILAH TIDAK MUNGKIN DIMAKNAI SEBAGAI GERAK SEMU BULAN. MANZILAH HANYA TERJADI KARENA GERAK DIRI BULAN (PROPER MOTION)].


Pertanyaan:

1. Mohon dijelaskan dari segi bahasa, apa arti dari manazil? apakah ini bentuk jamak ataukah bentuk tunggal?
2. pada ayat ini terdapat kata urjuunil qadim atau bentuk sabit tua, apakah secara bahasa bentuk ini dapat disebut sbg hilal? kalau dapat, mohon dijelaskan apa perbedaan antara manazil dan hilal?
3. Pak Thomas menyebut soal "ketampakannya", mohon dijelaskan apakah ini ketampakan urjuunil qadim? lantas ketampakan tsb dilihat dari mana?

4. Tentu manzilah tidak mungkin dimaknai sbg gerak semu bulan. kalau dikatakan ada gerak semu mthr krn gerak rotasi bumi, begitu pula ada fenomena terkait keberadaan bulan dan gerak rotasi bumi. krn rotasi bumi, ada gerak semu harian bulan. nah, apakah menurut Pak Thomas scr astronomi fenomena gerak semu harian mthr & bulan  itu ada?
5. krn Yasin 39 terkait dg Yasin 40, mohon dijelaskan apa kaitan yasin 39 dg yasin 40?


Sy kira cukup itu dulu pertanyaannya, agar kita semua dapat memahami lebih dalam mengenai pemahaman Pak Thomas terhadap Yasin 37-40. dg begitu, kita akan lebih memahami satu dg yg lainnya.




From: Pranoto Hidaya Rusmin <pranotohr@yahoo.com.sg>
To: "Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com" <Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com>
Sent: Tuesday, 11 September 2012, 20:15
Subject: Re: Bls: [M_S] Validitas QS 36:39-40 sebagai dasar WH

 
Berikut ini pemahaman terkait Yasin 40, sy cuplik kembali untuk mengingatkan yg sudah disampaikan.


Pendapat Pak Thomas:

Yg pertama:

QS 36:40 yang dijadilkan landasan WH tidak bisa dimaknai sebagai gerak semu, karena pada akhir ayat "wakullu fii falakiyyasbahun" (dan masing beredar di orbitnya) menegaskan tidak mungkinnya matahari mendapati/mengejar bulan bukan karena gerak semu, tetapi karena gerak dirinya (proper motion) yang berbeda, yang sudah dijelaskan di QS 36:38-40. Kita semua tahu, dalam memahami ayat-ayat Al-Quran tidak boleh dipenggal-penggal, harus dilihat konteksnya secara utuh.

Semoga kita sepakat bahwa tafsir QS 36:40 dalam kitab "al-Tahhir wa al-Tanwir" pun tidak menyebutkan pemaknaan WH. Kalau kita timbang, antara pemaknaan "gerak semu" dan "gerak hakiki/gerak sejati/gerak diri/proper motion", jelas lebih berat ke arah pemaknaan gerak diri, setidaknya salah satu makna yang jelas dari "yasbahun" adalah "beredar" ada pula yang memaknai seperti "berenang/bergerak mengapung". Karena ayat ini terkait dengan ayat kauniyah (fenomena alam), alat bantu sains (dalam hal ini astronomi) tentu sangat membantu pemahaman maknanya. Secara astronomi, ayat-ayat itu (khususnya QS 36:38-40) secara gamblang menjelaskan gerak diri matahari dan bulan serta ketampakannya. QS 36:37 lebih terkait dengan gerak rotasi bumi, yang juga disinggung di QS 36:40. Jadi, tidak ada sama sekali nuansa gerak semu dalam ayat QS 36:40 tersebut yang mengarah pada pemaknaan WH.


Yang ke-2:

40. tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya. [BAGIAN PERTAMA MENYIMPULKAN MATAHARI TIDAK MUNGKIN MENDAPATKAN BULAN KARENA MATAHARI DAN BULAN BEDA ORBIT. BAGIAN KEDUA MENYIMPULKAN BAHWA MALAM TIDAK DAPAT MENDAHULUI SIANG KARENA BUMI BEROTASI, PASTI MALAM DAN SIANG SILIH BERGANTI SECARA TERATUR. BAGIAN TERAKHIR MENYIMPULKAN BAHWA SEMUA ITU KARENA BUMI-BULAN-MATAHARI MEMPUNYAI GARIS EDAR MASING-MASING. "YASBAHUN" MENJADI KATA KUNCI BAHWA GERAK MERAKA ADALAH GERAK DIRI YANG BEBAS.]



Agar terkait dg pendapat Pak Tono dan Pak Yusron, mohon Pak Thomas dapat menjelaskan lebih rinci terkait fenomena "tidaklah mungkin matahari mendapatkan bulan"

1. apa maksud matahari mendapatkan bulan?
2. dari mana fenomena ini dapat dilihat?


Mohon penjelasan singkat saja, kmd akan dikaitkan dg pendapat Pak Tono dan Pak Yusron.
















__._,_.___
Recent Activity:
----------------------------------------------------------------------
"Muhammadiyah ini lain dengan Muhammadiyah yang akan datang. Maka teruslah
kamu bersekolah, menuntut ilmu pengetahuan dimana saja. Jadilah guru kembali
pada Muhammadiyah. Jadilah dokter, kembali kepada Muhammadiyah. Jadilah
Meester, insinyur dan lain-lain, dan kembalilah kepada Muhammadiyah"
(K.H. Ahmad Dahlan).

----------------------------------------------------------------------
Salurkan ZAKAT, INFAQ dan SHODAQOH anda melalui LAZIS
MUHAMMADIYAH

No. Rekening atas nama LAZIS Muhammadiyah
1. Bank BCA Central Cikini
    (zakat) 8780040077 - (infaq) 8780040051
2. BNI Syariah Cab. Jakarta Selatan
    (zakat) 00.91539400 -   (infaq) 00.91539411
3. Bank Syariah Mandiri (BSM) Cab. Thamrin
    ( Zakat) 009.0033333 -  (Infaq) 009.00666666
4. Bank Niaga Syariah
    (zakat) 520.01.00186.00.0 - (infaq) 520.01.00187.00.6
5. Bank Muamalat Indonesia Arthaloka
    (Zakat) 301.0054715
6. Bank Persyarikatan Pusat
   (zakat) 3001111110 -  (infaq) 3001112210
7. Bank Syariah Platinum Thamrin
    (zakat) 2.700.002888 -  (infaq) 2.700.002929
8. BRI cab. Cut Meutia
    (zakat) 0230-01.001403.30-9 -    (infaq) 0230-01.001404.30-5

Bantuan Kemanusiaan dan Bencana:
BNI Syariah no.rekening: 00.91539444

DONASI MELALUI SMS
a. Jadikan jum'at sebagai momentum kepedulian,
salurkan donasi anda, ketik: LM(spasi)JUMATPEDULI kirim ke 7505

b. Bantuan kemanusiaan  ketik: LM(spasi)ACK kirim ke 7505

Nilai donasi Rp. 5000, semua operator,belum termasuk PPN

email: lazis@muhammadiyah.or.id
website : www.lazismu.org
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar