Sebentar GusPur....ini memang lagi mengungkapkan pemikiran masing2.
masih ada penjelasan dari Ki Ageng, Pak Syamsul, Pak Tono, Pak Thomas, Pak Fahmi Salim, dan saya pada diskusi tsb.
Memang kalau diperhatikan...sepertinya seluruh pemikiran bertahun2 coba diungkap hanya pada malam itu.
Soal piringan itu, insyaAllah juga terjelaskan, yg sebenarnya beda adl soal definisi hilal: harus yg terlihat ataukah setelah konjungsi itu sdh dikatakan ada hilal?
Ki Ageng juga menjelaskan soal arti kata ghumma dalam hadits dan atsar Ibnu Umar, yg jelas membuktikan tidak perlu terlihatpun "hilal" yang ada dijadikan acuan bagi penentuan awal bulan.
Pak Fahmi dalam penjelasannya lebih menguatkan yg telah disampaikan oleh Pak Syamsul.
Ada penjelasan Pak Syamsul mengenai hukum yg ber-illat dan akan berubah ketika sebab itu tidak ada karena jaman berubah, penjelasan ini untuk memberi penjelasan terkait perubahan ke hisab. dalam hal ini mungkin konteks dg Pak Thomas, yg juga mengusung hisab tidak tepat. namun, kalau dikaitkan dg pernyataan bahwa WH nya MD itu bid'ah, menurut sy kontekstual.
Sy sendiri lebih mengkritisi mengenai pernyataan Pak Thomas bahwa dari ranah syar'i sdh tdk dpt diapa2kan lagi. Menurut sy, banyak hal dalam ranah syar'i yg masih dpt digali dan dikoreksi, antara lain ketepatan makna ahillah pd 2:189.
Selain itu, kalau scr saintifik siklus sinodik bulan yg dijadikan acuan penanggalan itu akhir & awalnya justru di konjungsi, bukan di hilal yg terlihat. kalau dari hadits acuan yg muncul hilal yg terlihat, sdgkn dari AQ yg muncul adl konjungsi, seperti yg disampaikan Pak Tono.
Nah, itulah catatan yg saya ingat mengenai diskusi malam tsb. kurang lebihnya mohon maaf bila ada yg tdk objektif atau kurang tepat pemahamannya.
O ya mungkin soal perlunya otoritas tunggal untuk menyatukan kriteria juga disinggung oleh Pak Thomas. Dapat jadi otoritas dalam jangkauan global, namun yg dinyatakan Pak Thomas sy pahami lebih pada otoritas nasional dulu. tentu ini dari pemikiran langkah penyatuan mulai dari lingkup nasional dulu.
Demikian catatan sy, semoga bermanfaat.
bersambung ke analisis...........................
From: Agus Purwanto <purwanto_phys@yahoo.com>
To: Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com; "syamsanw@yahoo.com" <syamsanw@yahoo.com>; "t_djamal@bdg.lapan.go.id" <t_djamal@bdg.lapan.go.id>; "t_djamal@yahoo.com" <t_djamal@yahoo.com>
Sent: Wednesday, 5 September 2012, 20:45
Subject: Re: [M_S] Catatan Diskusi dg Prof Thomas Djamaludin, 1 September 19.00 Uhamka
masih ada penjelasan dari Ki Ageng, Pak Syamsul, Pak Tono, Pak Thomas, Pak Fahmi Salim, dan saya pada diskusi tsb.
Memang kalau diperhatikan...sepertinya seluruh pemikiran bertahun2 coba diungkap hanya pada malam itu.
Soal piringan itu, insyaAllah juga terjelaskan, yg sebenarnya beda adl soal definisi hilal: harus yg terlihat ataukah setelah konjungsi itu sdh dikatakan ada hilal?
Ki Ageng juga menjelaskan soal arti kata ghumma dalam hadits dan atsar Ibnu Umar, yg jelas membuktikan tidak perlu terlihatpun "hilal" yang ada dijadikan acuan bagi penentuan awal bulan.
Pak Fahmi dalam penjelasannya lebih menguatkan yg telah disampaikan oleh Pak Syamsul.
Ada penjelasan Pak Syamsul mengenai hukum yg ber-illat dan akan berubah ketika sebab itu tidak ada karena jaman berubah, penjelasan ini untuk memberi penjelasan terkait perubahan ke hisab. dalam hal ini mungkin konteks dg Pak Thomas, yg juga mengusung hisab tidak tepat. namun, kalau dikaitkan dg pernyataan bahwa WH nya MD itu bid'ah, menurut sy kontekstual.
Sy sendiri lebih mengkritisi mengenai pernyataan Pak Thomas bahwa dari ranah syar'i sdh tdk dpt diapa2kan lagi. Menurut sy, banyak hal dalam ranah syar'i yg masih dpt digali dan dikoreksi, antara lain ketepatan makna ahillah pd 2:189.
Selain itu, kalau scr saintifik siklus sinodik bulan yg dijadikan acuan penanggalan itu akhir & awalnya justru di konjungsi, bukan di hilal yg terlihat. kalau dari hadits acuan yg muncul hilal yg terlihat, sdgkn dari AQ yg muncul adl konjungsi, seperti yg disampaikan Pak Tono.
Nah, itulah catatan yg saya ingat mengenai diskusi malam tsb. kurang lebihnya mohon maaf bila ada yg tdk objektif atau kurang tepat pemahamannya.
O ya mungkin soal perlunya otoritas tunggal untuk menyatukan kriteria juga disinggung oleh Pak Thomas. Dapat jadi otoritas dalam jangkauan global, namun yg dinyatakan Pak Thomas sy pahami lebih pada otoritas nasional dulu. tentu ini dari pemikiran langkah penyatuan mulai dari lingkup nasional dulu.
Demikian catatan sy, semoga bermanfaat.
bersambung ke analisis...........................
From: Agus Purwanto <purwanto_phys@yahoo.com>
To: Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com; "syamsanw@yahoo.com" <syamsanw@yahoo.com>; "t_djamal@bdg.lapan.go.id" <t_djamal@bdg.lapan.go.id>; "t_djamal@yahoo.com" <t_djamal@yahoo.com>
Sent: Wednesday, 5 September 2012, 20:45
Subject: Re: [M_S] Catatan Diskusi dg Prof Thomas Djamaludin, 1 September 19.00 Uhamka
untuk point 3 kritria WH matahari tenggelam lebih dulu dari bulan memang perlu penjelasan lebih lanjut dari Muhammadiyah seperti yang telah saya sampaikan dalam forum di dompet duafa Jakarta ketika diskusi bersama pak Thomas dan pak Moedjie, secara praktis sebenarnya hisab Muhammadiyah tentang ketinggian hilal sudah sama dengan yang lain (Persis dan NU) bisa dicek ketika masingg ngumumkan hasil hisab ketinggian hilal tapi entah mengapa kok ditulis piringan atas untuk ketinggian hilal, jika ini yang dihitung maka hilal versi Muhammadiyah untuk kasus awal Ramadlan 1433 menjadi bukan 1,7 derajat tetapi 2,2 derajat saya juga tidak tahu mengapa Muhammadiyah tidak segera klarifikasi, yang mana yang bener> saya juga tidak tahu mengapa pak Thomas masih menyoal ini? maksud saya, praksisnya khan dihitung piringan bawah tapi mengapa tidak dijelaskan hal ini dan tetap berasumsi seolahh Muhammadiyah ngitung piringan atas Salam Agus Purwanto LaFTiFA ITS http://purwanto-laftifa.blogspot.com http://ayatayatsemesta.wordpress.com --- On Tue, 9/4/12, pranoto hidaya rusmin <pranotohr@yahoo.com.sg> wrote:
|
__._,_.___
----------------------------------------------------------------------
"Muhammadiyah ini lain dengan Muhammadiyah yang akan datang. Maka teruslah
kamu bersekolah, menuntut ilmu pengetahuan dimana saja. Jadilah guru kembali
pada Muhammadiyah. Jadilah dokter, kembali kepada Muhammadiyah. Jadilah
Meester, insinyur dan lain-lain, dan kembalilah kepada Muhammadiyah"
(K.H. Ahmad Dahlan).
----------------------------------------------------------------------
Salurkan ZAKAT, INFAQ dan SHODAQOH anda melalui LAZIS
MUHAMMADIYAH
No. Rekening atas nama LAZIS Muhammadiyah
1. Bank BCA Central Cikini
(zakat) 8780040077 - (infaq) 8780040051
2. BNI Syariah Cab. Jakarta Selatan
(zakat) 00.91539400 - (infaq) 00.91539411
3. Bank Syariah Mandiri (BSM) Cab. Thamrin
( Zakat) 009.0033333 - (Infaq) 009.00666666
4. Bank Niaga Syariah
(zakat) 520.01.00186.00.0 - (infaq) 520.01.00187.00.6
5. Bank Muamalat Indonesia Arthaloka
(Zakat) 301.0054715
6. Bank Persyarikatan Pusat
(zakat) 3001111110 - (infaq) 3001112210
7. Bank Syariah Platinum Thamrin
(zakat) 2.700.002888 - (infaq) 2.700.002929
8. BRI cab. Cut Meutia
(zakat) 0230-01.001403.30-9 - (infaq) 0230-01.001404.30-5
Bantuan Kemanusiaan dan Bencana:
BNI Syariah no.rekening: 00.91539444
DONASI MELALUI SMS
a. Jadikan jum'at sebagai momentum kepedulian,
salurkan donasi anda, ketik: LM(spasi)JUMATPEDULI kirim ke 7505
b. Bantuan kemanusiaan ketik: LM(spasi)ACK kirim ke 7505
Nilai donasi Rp. 5000, semua operator,belum termasuk PPN
email: lazis@muhammadiyah.or.id
website : www.lazismu.org
"Muhammadiyah ini lain dengan Muhammadiyah yang akan datang. Maka teruslah
kamu bersekolah, menuntut ilmu pengetahuan dimana saja. Jadilah guru kembali
pada Muhammadiyah. Jadilah dokter, kembali kepada Muhammadiyah. Jadilah
Meester, insinyur dan lain-lain, dan kembalilah kepada Muhammadiyah"
(K.H. Ahmad Dahlan).
----------------------------------------------------------------------
Salurkan ZAKAT, INFAQ dan SHODAQOH anda melalui LAZIS
MUHAMMADIYAH
No. Rekening atas nama LAZIS Muhammadiyah
1. Bank BCA Central Cikini
(zakat) 8780040077 - (infaq) 8780040051
2. BNI Syariah Cab. Jakarta Selatan
(zakat) 00.91539400 - (infaq) 00.91539411
3. Bank Syariah Mandiri (BSM) Cab. Thamrin
( Zakat) 009.0033333 - (Infaq) 009.00666666
4. Bank Niaga Syariah
(zakat) 520.01.00186.00.0 - (infaq) 520.01.00187.00.6
5. Bank Muamalat Indonesia Arthaloka
(Zakat) 301.0054715
6. Bank Persyarikatan Pusat
(zakat) 3001111110 - (infaq) 3001112210
7. Bank Syariah Platinum Thamrin
(zakat) 2.700.002888 - (infaq) 2.700.002929
8. BRI cab. Cut Meutia
(zakat) 0230-01.001403.30-9 - (infaq) 0230-01.001404.30-5
Bantuan Kemanusiaan dan Bencana:
BNI Syariah no.rekening: 00.91539444
DONASI MELALUI SMS
a. Jadikan jum'at sebagai momentum kepedulian,
salurkan donasi anda, ketik: LM(spasi)JUMATPEDULI kirim ke 7505
b. Bantuan kemanusiaan ketik: LM(spasi)ACK kirim ke 7505
Nilai donasi Rp. 5000, semua operator,belum termasuk PPN
email: lazis@muhammadiyah.or.id
website : www.lazismu.org
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar