Rabu, 12 September 2012

Re: [M_S] Komentar atas diskusi Validitas QS 36:39-40 sebagai dasar WH

 

Bung Chamdani,


Insya Allah belum tentu seperti yang antum khawatirkan karena sebetulnya ada beberapa fakta yang meskipun orang berpendidikan tinggi juga masih belum menyadari fakta2 astronomis yang sebetulnya sangat sederhana. Orang2 seperti ini, jika mereka open minded, maka akan mudah menyadari kesalahannya. Contoh saya berikan beberapa:

  1. Setelah saya mengupload belasan animasi tentang kelemahan imkan-rukyat, rukyat yang hanya memiliki window sempit namun beresiko besar (silahkan googling "Saksono Online Learning Camp" dan "Saksono Academy"), seorang anggota milis kita Bung Indro Pranoto (yang lagi ambil PhD di NUS, dan temannya Bung Rachmat Adhi moderator milis kita)  mengirim email  ke saya (saat itu belum bisa jadi anggota karena selalu ditolak saat mendaftar). Intinya, beliau baru sadar bahwa ternyata sebetulnya hilal itu ada di siang hari dan semakin besar terus dari waktu ke waktu. Maka beliau hunting (googling) unt memperoleh bukti2 saintifik dari internet bahwa hilal itu memang ada di siang hari. Maka diperolehlah situs tentang kemajuan imaging technology hasil kerja Martin Elsasser dan Thierry Legault yg saya sampaikan pada email lalu. Beliau kirimkan ke saya sambil berkata: "Ternyata Pak Tono betul, hilal itu dapat dilihat pada siang hari". Jadi unt orang yang open minded, beliau mencari fakta2 lain di internet, dan alhamdulillah apa yang saya buat dalam simulasi itu ternata benar. Hilal itu sebetulnya ada dan dapat dilihat pada siang hari jika faktor2 teknologis yang menghambat dapat dieleminasi.
  2. Ada 2 dosen UNDIP (Teknik Mesin dan Teknik Kimia) yang sedang mengambil program Doktor di universitas kami di Malaysia. Salah satunya malah termasuk ustadz yang sering memberikan ceramah pengajian di komunitas Islam yang berkembang pesat di Indonesia, dan sekarang melakukan dakwah juga ke Malaysia. Setelah membaca dan melihat animasi2 yang saya buat, menjelang 1 Ramadan (20 Juli lalu) mereka mengatakan pada saya: "Pak Tono, tadi malam kami berdua berdiskusi sampai jam 3 pagi, yang akhirnya kami menyimpulkan, betul kata Pak Tono. Hilal itu memenag seharusnya ada di langit sana meskipun siang hari. Animasi Pak Tono kami puter beberapa kali. Dan akhirnya kami "bismillah", ikut puasa tanggal 20 Juli, meskuipun pemerintah mengatakan masih 30 Sha'ban". 
Jadi, banyak sekali fakta2 astronomis yang memang belum dapat dimengerti oleh orang2 yang cerdas seperti ini karena mereka memang tidak pernah menyentuh dan belajar astronomi. Jadi selama ini mereka ya ikut pemerintah saja dengan taqlid. Jadi sebetulnya fungsi pemerintah dan sarjana Muslim yang pernah belajar astronomi juga seharusnya membuka semua kartunya. Beritahu umat bahwa sebetulnya hilal itu ada dan semakin besar pada siang hari. Tidak kelihatan itu karena a), b), c) dsb. Nah bagi mereka yang memang hanya percaya berpuasanya ketika hilal itu tampak dengan mata karena memang itu praktek Rasul (ingat, ini karena Rasul mewakili kaumnya yg masih ummiy), ya silahkan puasanya tg 21 Juli. Tapi bagi mereka yang dapat menerima kehadiran hilal meskipun enggak kelihatan mata, maka dipersilahkan puasa pada tanggal 20 Juli lalu. Jadi ini transparan dan berusaha mendidik ummat.

Tentu saja, akan selalu ada orang (terlepas dari tingkat kesalehannya) yang akhirnya ngotot, isin mundur, dan lebih parah lagi membawa ini ke wilayah politik. Takut kok dianggap kalah dalam argumentasi syar'i dan saintifik, dan akhirnya "pokoknya" harus begini. Hilal itu harus kelihatan, dan umat harus ikut kami karena kami adalah otoritas politik. Contoh yang ngotot sperti inipun saya alami di milis lain dg komentar kira2: "Haha Si Tono ini sekarang lagi kebingungan karena enggak ngerti bahwa Bumi ini bulat, dan kalau di sini malam, maka di Amerika sana siang hari". Jadi orang yang dungu seperti ini juga ada, dan enggak perlu dilayani kalau enggak pengen ikut2 an jadi dungu.

Jadi ini yang sedang kita usahakan. Mendidik agar ummat itu sedikit melek tentang astronomi. Jangan terus dibodohin untuk asal nurut tanpa dibekali dengan pengetahuan dasar mengapa mereka harus begini atau begitu. Memberikan penjelasan2 dasar yang mungkin dapat menyadarkan mereka dari apa yang sebelumnya mereka tidak tahu. Pilihan akhir tentu saja akan kita serahkan pada mereka setelah mereka tahu duduk perkaranya dan semua konsekuensinya. Salah satu konsekuensi adalah tidak akan pernah ada Kalender Islam, jika masih tetap ngotot harus merukyat hilal.

Wassalam,
TS


2012/9/12 Achmad Chamdani Eka P. <chamdani2003@gmail.com>
 

Saya kira diskusi kita untuk masalah ini sulit menemukan kongklusi.
Permasalahannya lebih kepada kajian hukum syar'inya, bukan sisi sciencenya.

Orang yang menyandarkan pada Hadist rukyatul hilal (doang) sampai kapanpun
akan berkesimpulan bahwa hilal harus dilihat untuk menentukan awal dan akhir puasa.
Sekalipun mereka sadar dan paham sepenuhnya bahwa trajectori bulan bisa dihitung secara
akurat.

Sedangkan mereka yang menganut aliran hisab akan tetap bersikukuh dengan
berbagai hukum.

Menurut saya, dua duanya boleh dan benar. Hal ini sebagaimana Nabi pernah membenarkan
dua kejadian yang berbeda pada hari menyerang Bani Quraidhah. Pada waktu itu beliau menyuruh
seseorang untuk menyampaikan seruan:
 
"Janganlah seseorang melakukan shalat 'Ashar kecuali di kampung Bani Quraidhah."
 
Tetapi ternyata di antara sahabat ada yang tetap melakukan shalat 'Ashar pada waktunya dan sebagian
lagi menundanya sehingga ia sampai ke kampung Bani Quraidhah.Begitu pula halnya sabda Nabi :
 
"Apabila seorang hakim berijtihad lalu dia mendapatkan kebenaran, maka dia memperoleh dua pahala.
Apabila dia berijtihad tetapi tidak memperoleh kebenaran, maka dia mendapat satu pahala." (HR. Bukhari dan Muslim).

Dua duanya ada dasarnya dan tidak disandarkan atas ra'yu. Jadi tidak perlu saling menyalahkan menurut saya.
Yang yakin rukyatul hilal silahkan, yang hisab ya monggo.


Wassalam.


On 12/09/2012 15:16, Pranoto Hidaya Rusmin wrote:
 
AQ dlm Yasin 38 jelas "hanya" menjelaskan bahwa matahari adl salah satu tanda keberadaan dan kebesaran Allah), dan mthr tsb berjalan di tempat peredarannya.

apakah ayat tsb menunjukkan yg benar adl geosentris?
dari mana diayat tsb yg menjelaskan adanya konsep geosentris, bahwa bumi sbg pusat alam semesta?

apakah yg benar heliosentris? di mana dlm ayat tsb yg menjelaskan bahwa mthr adl pusat alam semesta?

Mari kita coba cermati para panelis dlm membahas ayat2 tsb. InsyaAllah jg akan terkait.


Salam
Pranoto




From: Pranoto Hidaya Rusmin <pranotohr@yahoo.com.sg>
To: "Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com" <Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com>
Sent: Wednesday, 12 September 2012, 14:14
Subject: [M_S] Komentar atas diskusi Validitas QS 36:39-40 sebagai dasar WH

 
Wa alaikum salam Pak Harun
insyaAllah akan disinggung ketika membahas Yasin 38, tentu para panelis akan cukup alot membahas hal tsb.
Meri kita tunggu saat2 itu terjadi.

Salam
Pranoto



From: Harun Mubaroq <harun.mubaroq@gmail.com>
To: Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, 12 September 2012, 13:38
Subject: Re: Bls: [M_S] Validitas QS 36:39-40 sebagai dasar WH

 
Assalamu'alaikum

Pak Pranoto dan lainnya, mohon maaf mengganggu sedikit, mungkin saya yang duu tidak ikutan diskusi ini :

Dulu pernah, ada buku yang 'memaksakan kepada kita', untuk menafsirkan, bahwa bumi itu pusat tatasurya, yaitu selain bumi, beredar mengelilingi bumi.
Mohon dijelaskan sekilas tentang hal ini, apa yang dipaksakan itu memang betul ?
Agar saya juga bisa memahami, bahwa memang betul matahari itu pusat tatasurya.
Dan bila ada yang punya rangkuman diskusi tentang hal ini, mohon dishare ke email saya langsung, agar tidak mengganggu diskusi.

Wassalamu'alaikum

Harun Mubaroq
(Orang awam)








--
htt://cis-saksono.blogspot.com

__._,_.___
Recent Activity:
----------------------------------------------------------------------
"Muhammadiyah ini lain dengan Muhammadiyah yang akan datang. Maka teruslah
kamu bersekolah, menuntut ilmu pengetahuan dimana saja. Jadilah guru kembali
pada Muhammadiyah. Jadilah dokter, kembali kepada Muhammadiyah. Jadilah
Meester, insinyur dan lain-lain, dan kembalilah kepada Muhammadiyah"
(K.H. Ahmad Dahlan).

----------------------------------------------------------------------
Salurkan ZAKAT, INFAQ dan SHODAQOH anda melalui LAZIS
MUHAMMADIYAH

No. Rekening atas nama LAZIS Muhammadiyah
1. Bank BCA Central Cikini
    (zakat) 8780040077 - (infaq) 8780040051
2. BNI Syariah Cab. Jakarta Selatan
    (zakat) 00.91539400 -   (infaq) 00.91539411
3. Bank Syariah Mandiri (BSM) Cab. Thamrin
    ( Zakat) 009.0033333 -  (Infaq) 009.00666666
4. Bank Niaga Syariah
    (zakat) 520.01.00186.00.0 - (infaq) 520.01.00187.00.6
5. Bank Muamalat Indonesia Arthaloka
    (Zakat) 301.0054715
6. Bank Persyarikatan Pusat
   (zakat) 3001111110 -  (infaq) 3001112210
7. Bank Syariah Platinum Thamrin
    (zakat) 2.700.002888 -  (infaq) 2.700.002929
8. BRI cab. Cut Meutia
    (zakat) 0230-01.001403.30-9 -    (infaq) 0230-01.001404.30-5

Bantuan Kemanusiaan dan Bencana:
BNI Syariah no.rekening: 00.91539444

DONASI MELALUI SMS
a. Jadikan jum'at sebagai momentum kepedulian,
salurkan donasi anda, ketik: LM(spasi)JUMATPEDULI kirim ke 7505

b. Bantuan kemanusiaan  ketik: LM(spasi)ACK kirim ke 7505

Nilai donasi Rp. 5000, semua operator,belum termasuk PPN

email: lazis@muhammadiyah.or.id
website : www.lazismu.org
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar