Senin, 10 September 2012

Re: [M_S] Re: mengkritisi bucaillisme

 

terima kasih pak afif untuk tanggapannya.


saya rehat dulu dari topik ini, mau nyimak thread lain.
sebetulnya lebih menarik klo pak afif memaparkan apa yang pak afif ketahui dari versi prancis bukunya bucaille. kan katanya ada "sense" makna yang beda ya klo pake bahasa ibu? :D

mudah2an bisa kita lanjutkan setelah selesai obrolan para pakar hilal, biar gak ganggu lalu lintas milis.

-ridwan-


2012/9/8 Afifuddin Latif Adiredjo <afiflatif_11@yahoo.com>
 

Pak Ridwan,
 
Kalau retorika itu bukan sepeti itu. Saya baru kemarin posting dan hanya menulis satu paragraf sederhana. Namun tampaknya anda yang paling sensitif dengan tulisan sederhana saya, entah kenapa,  padahal komentar saya itu untuk menanggapi fenomena yang terjadi saat ini (dimanapun) dan sekali lagi bukan untuk pribadi. Memang start nya dari topik "kritik bucaillisme", dan saya belum membahas substansi karya bucaille. Lah apa yang mau dibahas, sejauh ini tidak ada sedikitpun substansi yang diangkat. Kalau pun pada email dibawah ada 4 poin, yang menurut anda konten diskusi (utk lebih relevan) itu bagi saya tidak bersifat substantif tentang 'isi' karya bucaille.
Tapi okelah, sekalipun hanya bersifat menilai 'cara' bucaille menghasilkan karya bukan 'substansi' karya yang dihasilkan, mari kita berdiskusi....:)
 
Sblm masuk ke poin per poin, scr pribadi saya termasuk orang yg tidak begitu suka dengan istilah "bucaillisme", sekalipun itu hak tiap orang utk setuju menggunakannya. 
 
Poin 1.
 
Wah seharusnya kita lihat lagi siapa bucaille. Ya pasti begitu, dia akan memaparkan hasil riset trlbh dulu krn dia berangkat dari predikat ilmuwan (duniawi) bukan seorang pakar ilmu Quran (bahkan mufassir). Dia lahir pada komunitas yang buta pada firman2 Allah SWT. Dia bukan orang pesantren yang bisa dengan mudah menjelaskan isi AlQuran dan memaparkan hikmahnya dlm kehidupan dan ilmu pengetahuan. Jadi kalau kita mempertanyakan 'cara' yang dia lakukan sebenarnya kita menduga dengan logika yang salah arah.
Iya memang sains terus berkembang (saya sangat setuju). Jika kalimat ini merupakan alasan kritikan pada baris pertama, sangat tidak relevan, karena anda sendiri masih bersifat normatif (alias juga beretorika), coba sebutkan paparan sains karya bucaille yang mana yang sudah nggak cocok menurut anda ??
Berani sekali anda dengan menyatakan 'ayat alquran gitu2 aja', tidak kelirukah pernyataan itu ?? (benar2 saya bertanya balik). 
Iya memang AlQuran bukan buku pelajaran sains, dan memang betul AlQuran petunjuk (kalimat ini OK,dan saya juga setuju), tapi jika kalimat ini anda pasang sbg anak kalimat dari pernyataan sebelumnya, semakin jelaslah bahwa andapun masih ngalor ngidul (kata orang jawa) semakin tidak substantif.
 
Poin 2.
 
Pernyataan yang lagi2 semakin mengkaburkan suasana. Apanya yang akan menjadi negatif jika kita mengambil hikmah dari hasil karya orang (misal bucaille) dan lantas kita meniru untuk melakukannya demi mengeksplorasi ayat2 kauniah yang tersirat dari ayat2 kauliah yang tersurat. Dalam agama jelas itu bisa dikategorikan fastabiqul khoirot. Siapa juga yang mengklaim penemuan orang kafir sudah tercantum di Alquran ?? (note : tambah kabur lagi kalimat anda dan semakin jauh dari relevansi bucaille), tidak perlu alasan2 yang bersifat kontekstual terhadap kasus tertentu dijadikan tambahan alasan.
 
Poin 3.
 
Bagi saya, ini hanya kesimpulan untuk menyederhanakan masalah. Sampai kapanpun namanya hoax boleh jadi akan tetep ada, entah itu bernuansa islami atau tidak. Jadi tidak perlulah mengkait-kaitkan satu persoalan pada hal tertentu (bucaillisme misalnya), apalagi sampai minta contoh kandidat lain selain bucaille. Hal ini namanya pemaksaan kesimpulan.
 
Poin 4.
 
Saya pribadi tidak ada masalah dgn isi fatwa tsb, dan setiap orang pasti punya pemahaman dan penafsiran tersendiri. Sebuah fatwa yang dikeluarkan oleh ulama (yg berkompeten) sah2 saja dan justru bagus demi kemaslahatan umat, khusus ttg fatwa tsb, salah satu makna yang saya setujui adalah bahwa memang kita tidak bisa sembarangan dan ngawur dalam mengkaitkan ayat kauniah (hasil empiris) dgn ayat2 kauliah (AlQuranul Karim).
 
Demikian kiranya ttg poin diskusi yang ditawarkan....:)
 
 
Salam,
Afif
 
From: A.R.T. Nugraha <art.nugraha@gmail.com>
To: Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com
Sent: Friday, September 7, 2012 6:45 PM

Subject: Re: [M_S] Re: mengkritisi bucaillisme

 
@Mas Widya/moderator
mohon maaf saya minta izin menanggapi dulu beberapa komentar terakhir ini karena diskusi di forum hilal sepertinya belum dimulai.

2012/9/7 Noval Akt <noval_akt@yahoo.co.id>
Terus kalau memang cocok, kenapa mas Ridwan?

@Pak Noval,
ya ndak pa pa... :D
asal jangan dibikin hoax aja.

@Pak Afif,

daripada beretorika A, B, C arogan/subjektif, atau sekadar menyebutkan anda sudah membaca versi asli buku bucaille (sehingga anda menganggap sudah mendalami/holistik), kenapa tidak langsung anda bantah saja kritik bucaillisme ini per poinnya? saya pikir itu lebih relevan. :)

mari fokus ke konten diskusi. beberapa poin secara spesifik sudah dijelaskan masalah dari bucaillisme ini:

(1) alur pemikiran bucaille, dari sains yang sudah ada kemudian dicari-cari ayat al-quran mana yang kira-kira cocok. bagi saya dan bagi penulis blog yang saya kutip di awal topik ini, alur pemikiran bucaille adalah masalah besar karena sains terus berkembang sementara ayat al-quran gitu-gitu aja. al-quran bukan textbook sains, tetapi al-quran adalah petunjuk.

(2) dengan munculnya bucaillisme, sudah disampaikan pula kekhawatiran bahwa pemikiran tersebut bisa berdampak negatif kita jadi malah tidak giat menggali sains karena menganggap semuanya sudah ada di al-quran. yang lebih berbahaya tentunya adalah jika setiap penemuan orang kafir lantas selalu kita klaim sudah tercantum di al-quran.

(3) hoax "islami" semakin menjamur. jika ini memang bukan karena bucaillisme, tolong beri kandidat lain yang bisa menjadi akar permasalahan semakin ramainya hoax-hoax tersebut.

(4) ini yang paling penting:
fatwa syaikh al-utsaimin mengenai tafsir al-quran dengan sains seharusnya sudah cukup untuk mewaspadai bucaillisme agar kita tidak kebablasan dalam melakukan cocologi quran-sains.

***

oya, sedikit catatan tambahan saja agar tidak salah mengerti maksud saya membawa topik ini di milis MS:

buku ayat-ayat semesta-nya guspur sepintas mirip bucaillisme. tapi ada perbedaan menonjol yang saya rasakan. alur dalam AAS adalah lebih dulu membawa ayat-ayat al-quran (berapa puluh halaman awal isi buku AAS cuman indeks dan klasifikasi ayat-ayat kauniyah), kemudian diarahkan pada apa yang bisa kita observasi di alam, direnungkan, dan akhirnya menginspirasi terus menggali sains. ini tidak seperti alur dalam buku maurice bucaille yang sebaliknya, setelah memaparkan penemuan sains, lalu dicocokkan dengan ayat al-quran, percaya begitu saja, kagum, puas, kita bisa bilang "subhanallah..." ya sudah, selesai, tidak ada tindak lanjutnya untuk menggali lebih jauh, pun tidak menyebutkan perbedaan-perbedaan al-quran dan sains. sehingga dari sini kejanggalannya, yang perlu dipertanyakan.

-ridwan-

2012/9/7 afifuddin latif <afiflatif_11@yahoo.com>
 

Alhamdulillah mas widya kabar baik. Di akhir musim panas ini, toulouse masih puaannass...:)..Iya, movic top scorer 4 gol. Nanti 14 september PSG lawan Toulouse FC...loh kok malah bahas bola,hehe

Saya belum pernah bertemu dengan beliau (mas Adhi), smg kapan2 bisa ketemu.

Saya pribadi juga melihat kecenderungan intellectual arrogance semakin menggejala dalam mewarnai euphoria kemajuan ilmu saat ini. Sehingga seolah-olah apa yang kita hasilkan dari kajian ilmu dapat mudah menegasikan pihak lain tanpa mendalami secara mendalam dan holistik. Sehingga efek buruknya, kita mudah menuding bahwa ini dan itu salah padahal disaat yang sama kita terjebak pada subyektifitas dan arogansi pemikiran. Wallahu a'lam.


__._,_.___
Recent Activity:
----------------------------------------------------------------------
"Muhammadiyah ini lain dengan Muhammadiyah yang akan datang. Maka teruslah
kamu bersekolah, menuntut ilmu pengetahuan dimana saja. Jadilah guru kembali
pada Muhammadiyah. Jadilah dokter, kembali kepada Muhammadiyah. Jadilah
Meester, insinyur dan lain-lain, dan kembalilah kepada Muhammadiyah"
(K.H. Ahmad Dahlan).

----------------------------------------------------------------------
Salurkan ZAKAT, INFAQ dan SHODAQOH anda melalui LAZIS
MUHAMMADIYAH

No. Rekening atas nama LAZIS Muhammadiyah
1. Bank BCA Central Cikini
    (zakat) 8780040077 - (infaq) 8780040051
2. BNI Syariah Cab. Jakarta Selatan
    (zakat) 00.91539400 -   (infaq) 00.91539411
3. Bank Syariah Mandiri (BSM) Cab. Thamrin
    ( Zakat) 009.0033333 -  (Infaq) 009.00666666
4. Bank Niaga Syariah
    (zakat) 520.01.00186.00.0 - (infaq) 520.01.00187.00.6
5. Bank Muamalat Indonesia Arthaloka
    (Zakat) 301.0054715
6. Bank Persyarikatan Pusat
   (zakat) 3001111110 -  (infaq) 3001112210
7. Bank Syariah Platinum Thamrin
    (zakat) 2.700.002888 -  (infaq) 2.700.002929
8. BRI cab. Cut Meutia
    (zakat) 0230-01.001403.30-9 -    (infaq) 0230-01.001404.30-5

Bantuan Kemanusiaan dan Bencana:
BNI Syariah no.rekening: 00.91539444

DONASI MELALUI SMS
a. Jadikan jum'at sebagai momentum kepedulian,
salurkan donasi anda, ketik: LM(spasi)JUMATPEDULI kirim ke 7505

b. Bantuan kemanusiaan  ketik: LM(spasi)ACK kirim ke 7505

Nilai donasi Rp. 5000, semua operator,belum termasuk PPN

email: lazis@muhammadiyah.or.id
website : www.lazismu.org
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar