Sabtu, 08 Oktober 2011

KabarIndonesia: Isu RMS dan Gong Perdamaian

 

Isu RMS dan Gong Perdamaian
Oleh : Berthy B Rahawarin | 08-Okt-2011, 12:31:56 WIB 

KabarIndonesia - Pengkondisian konflik horisontal Maluku oleh elit politik Jakarta tahun 1999-2004, gerakan separatis RMS telah ditempatkan secara salah besar dalam isu, terutama kriminalisasi terhadapnya. Isu RMS mendalangi konflik adalah stigmatisasi dan kriminalisasi ahistoris dan tidak sesuai fakta.  

Dalam salah satu fase konflik dinuansakan sebagai SARA itu, isu RMS seolah adalah gerakan dari kelompok Kristen, sebaliknya NKRI atau Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah kelompok Muslim. Isu RMS adalah provokasi membabi-buta ketika menguatnya perdamaian Muslim-Kristen di Maluku dan bersama mengidentifikasi bentuk rekayasa rusuh horisontal di Maluku.    

Negeri Belanda - yang dianggap rumah RMS - kini menjadi Negara di Eropa dengan Muslim menjadi kelompok terhormat dan golongan agama dengan jumlah kedua terbesar di negeri Kincir Angin, melampaui denominasi golongan-golongan Kristen Protestan, sulit RMS menjadi sebuah pergerakan atas nama Kristen. Sejumlah orang Maluku yang tinggal di Belanda akan ikut gaya hidup keagamaan yang makin menekankan gerakan-gerakan bersama kemanusiaan dan isu HAM.    

Aktivitas Agama terutama sebagai ritual praktek keagamaan, baik dalam Kristen Katolik dan Protestan hingga sebagian Muslim migran, makin tidak begitu utama dan penting, kalau tidak dikatakan tidak populer. Apalaagi membedakan warga negara karena keyakinan tampaknya makin tidak relevan di Belanda. Mengidentifikasi RMS sebagai gerakan Kristen Maluku di Belanda selain ahistoris, tidak akan populer. 

Sejumlah warga Muslim Maluku yang ikut bermigrasi ke Belanda sebagai pendukung RMS dengan sendirinya menganggap aneh gerakan kriminalisasi RMS sebagai pembuat rusuh di Maluku. Dan seolah menganggap tidak ada eksistensi komunitas Muslim dalam pergerakan RMS. Kalau sebagai iklan untuk gerakan RMS, itu iklan negatif untuk RMS.

Katakan "Maaf"

Sebutan RMS secara kewilayahan salah kaprah pula. Karena, wilayah Selatan terutama pulau-pulau seperti Geser, Gorom, Banda, Kei, Aru, Tanimbar, Sermata, Moa, Leti, Kisar, Wetar, secara politis tidak termasuk dalam wilayah yang disebut basis gerakan RMS dan terkonsenterasi di Pulau Seram, Ambon dan Buru di Maluku Tengah. Hal itu menyebabkan, wilayah yang mestinya disebut "Maluku Selatan" itu - sebagai wilayah yang ditarik berlawanan dengan Maluku Utara, disebut sebagai Maluku Tenggara, sekedar menghilangkan memori pada gerakan separatis.      

Evaluasi sejarah gerakan separatis RMS, seperti gerakan separatis pada saat Soekarno dan Indonesia yang relatif muda, seperti Permesta atau gerakan Kahar Muzakar, mengasalkan kesalahan kepada Presiden Soekarno dan Jakarta. Gerakan separatisme di Indoensia ketika Soekarno itu tidak perlu terjadi, bila Presiden pertama itu mendengarkan isu kedaerahan. Indonesia seolah-olah identik dengan Jakarta. RMS hanya menjadi satu di antara gerakan separatisme lainnya. Papua dan Nangro Aceh Darusalam (NAD) memiliki kekuatan berlipat kalau dibandingkan RMS.    

RMS adalah daerah yang diproklamasikan merdeka pada 25 April 1950 dengan maksud untuk memisahkan diri dari Negara Indonesia Timur atau NIT. Ketika itu Indonesia masih berupa Republik Indonesia Serikat. Namun oleh Pemerintah Pusat, RMS dianggap sebagai pemberontakan dan setelah misi damai gagal, maka RMS ditumpas tuntas pada November 1950. 

Sejak 1966 atau paska kegagalan gerakan Komunis, yang menjadi salah satu alasan munculnya gerakan RMS, RMS berfungsi sebagai pemerintahan di pengasingan, Belanda. Menyamakan sejumlah warga Maluku yang tinggal di Belanda sebagai RMS adalah kekeliruan pula. Stigmatisasi yang keliru secara fatal.   

Insiden dan politisasi Tarian Cakalele Tanggal 29 Juni 2007 saat kunjungan Presiden SBY, sulit dapat dikatakan sebagai sebuah gerakan separatis atau berasal darinya. Sementara orang malah menduga, itu "dramatisasi" orang seputar Presiden SBY untuk pembenaran pelbagai pembunuhan karakter kepada warga Maluku seutuhnya. 

Sebaliknya, bila benar dugaan bahwa orang seputar SBY yang telah mengirim grup tari politik itu, jadi pertanyaan, tujuannya apa? Premis bahwa Presiden SBY dengan pelbagai agendanya, termasuk Gong Perdamaian semata untuk "cuci tangan" konflik Maluku, telah menjadi keyakinan sementara orang. Itulah catatan anak cucu warga Maluku. Padahal, rakyat Maluku hanya menginginkan satu kata dari Presiden SBY: "Maaf".  (*)

Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
Alamat ratron (surat elektronik): redaksi@kabarindonesia.com
Berita besar hari ini...!!! Kunjungi segera: http://www.kabarindonesia.com/ 

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar