Selasa, 15 November 2011

[antikorupsi] Polisi Tembak Guru Ngaji, Ansor Desak Polda Agar Briptu Widyanto Jadi Tersangka

 

Polisi Tembak Guru Ngaji
Dianggap Bohong, Ansor Desak Polda Agar Briptu Widyanto Jadi Tersangka

Selasa, 15 November 2011 21:59:10 WIB
Reporter : Nyuciek Asih

Surabaya (beritajatim.com) - Tim Pencari Fakta dan Pendampingan (TPF-P) GP Ansor Sidoarjo Mendesak agar Polda Jatim menetapkan tersangka pada Briptu Widyanto yang dikabarkan sebagai korban tabrak lari oleh Riyadhus Solichin warga Sepande Candi Sidoarjo.

Desakan tersebut diutarakan oleh ketua TPF-P GP Anshor Agus M Ubaidilah Selasa (15/11/2011). Ia menyatakan, berdasarkan temuan fakta baru, pihaknya mengindikasikan adanya keterlibatan Briptu Widyanto hingga menyebabkan kasus tersebut menjadi fatal.

Keterlibatan yang dimaksud pihaknya adalah Briptu Widyanto memberikan keterangan tidak benar alias palsu kepada rekannya atau penyidik. Keterangan palsu yang dimaksud terkait dengan ditabraknya ia oleh Riyadhus Solichin.
        
"Saksi kita mengatakan yang sebaliknya. Briptu Widyanto lah yang justru menabrak mobil Riyadhus dari samping. Hal ini diperkuat dengan bekas tabrakan di mobil korban yang ada di samping," ujarnya.

Ia menambahkan, menurut saksinya, saat itu Briptu Widyanto keluar dari kafe Ponti. Ia keluar jalan, namun melawan arus. Disaat yang bersamaan, muncul mobil Riyadhus dari arah Utara ke Selatan hingga kemudian terjadilah tabrakan tersebut. Mengetahui ada kejadian ini, beberapa orang yang berasal dari arah kafe Ponti pun meneriaki Riyadhus dengan kalimat 'maling'.

"Teriakan inilah, menyebabkan yang bersangkutan terpaksa lari. Melihat massa yang banyak, membuat Riyadhus pun keder. Padahal, pada saat itu yang bersangkutan sudah mau menolong Briptu Widyanto dengan menghentikan kendaraannya," tegasnya.

Fakta baru dari keterangan saksi versi TPF-P ini, tambahnya, akan dapat merubah keadaan. Dimana sebelumnya, Riyadhus Solichin disudutkan sebagai pihak yang menabrak dan berusaha lari dari tanggung jawab dengan meninggalkan korbannya tergeletak begitu saja.

"Padahal faktanya tidak begitu, si Briptu Widyanto ini lah yang nemper (menabrak dari samping-red) mobil Riyadhus. Dan kita menduga, Briptu Widyanto ini memberikan keterangan yang tidak benar, Untuk itu, kita berharap yang bersangkutan juga ikut diseret karena memberikan keterangan palsu," tukasnya.

Untuk itu, pihaknya langsung berkoordinasi dengan penyidik Ditreskrimum Polda Jatim untuk menyampaikan adanya temuan fakta baru ini. Dengan demikian, saksi yang dimilikinya ini dapat diperiksa untuk kasus Briptu Widyanto. "Untuk itu, kita berharap, semua saksi yang kita miliki ini, dapat diperiksa oleh Polda. Sebab, mereka ini memiliki keterangan yang berbeda-beda," tegasnya.

Menanggapi adanya temuan baru ini, Plt Kabid Humas Polda Jatim AKBP Elijas Hendrajana menyatakan mempersilahkan pada masyarakat untuk menyampaikan secara langsung temuan yang dimiliki ke penyidik Ditreskrimum Polda Jatim. Pihaknya berprinsip, apapun masukan dari masyarakat akan ditampung secara terbuka oleh pihaknya.

"Jika memang dirasa ada temuan yang mengarah pada faktu baru, dan itu nantinya dapat membantu penyidik untuk menguak sebuah kasus, tentu kita welcome. Silahkan itu disampaikan secara langsung kepada penyidik yang menangani. Seperti diutarakan oleh bapak Kapolda kemarin, kita tidak ada yang ditutup-tutupi," pungkasnya. [cik/kun]

http://www.beritajatim.com/detailnews.php/4/Hukum_&_Kriminal/2011-11-15/117884/Dianggap_Bohong,_Ansor_Desak_Polda_Agar_Briptu_Widyanto_Jadi_Tersangka

Temuan Tim Advokasi Guru Ngaji Tewas Ditangan Polisi Mabuk : Usai Tolong Korban Tabrak Lari, Riyadi Ditembak Briptu Eko

LENSAINDONESIA.COM: Fakta atas tewasnya Riyadi Sholikin, seorang guru ngaji di Sidoarjo, sedikit demi sedikit mulai terbuka. Bahkan, Riyadi yang sebelumnya dituduh oleh Briptu Eko Ristanto sebagai pelaku tabrak lari akhirnya terbantahkan.

Hal itu diungkapkan Ketua TPFP Ansor, Ir H Agus M Ubaidillah pada LENSAINDONESIA.COM. Menurutnya, apa yang selama ini dituduhkan kepada Riyadi, yakni sebagai pelaku tabrak lari adalah salah besar.

Bahkan, lanjutnya, Riyadi merupakan orang yang menolong korban tabrak lari, yang saat itu diketahui oleh Riyadi. Sayangnya, niat baik Riyadi mendapatkan tanggapan yang lain, yakni dia mendapat perlakuan kasar dari polisi yang saat itu mendatangi TKP (tempat kejadian perkara) kecelakaan.

Riyadi yang saat itu mendapatkan perlakuan kasar, menurut Agus, seketika Riyadi hengkang dari tempat kejadian kecelakaan itu. Namun, kepergian Riyadi dari TKP membikin polisi yang ada semakin marah dan mengejar Riyadi.

Sementara, tambah Agus, Riyadi, warga desa biasa yang mengetahui dikejar oleh polisi akhirnya ketakutan, hingga mobil yang dikendarainya menabrak sebuah pagar rumah warga. Dan disaat itulah, Briptu Eko langsung menembakan pistolnya dari jarak dekat ke arah Riyadi hingga tewas di tempat kejadian. Sedangkan, saat itu Briptu Eko diketahui dalam keadaan mabuk, yang diduga usai pesta Miras di sebuah Kafe.

"Itulah temuan dan analisa baru dari tim advokasi," ujarnya, Minggu (13/11/2011). JAN/LI-10

http://www.lensaindonesia.com/2011/11/14/usai-tolong-korban-tabrak-lari-riyadi-ditembak-briptu-eko.html/

TPFP Ansor Segera Terbitkan Buku Putih Penembakan Sidoarjo

LENSAINDONESIA.COM: Penegakan hukum dan keadilan oleh jajaran kepolisian di Polda Jawa Timur sedang diuji. Sampai hari ini, penanganan kasus penembakan oleh Briptu Eko Ristanto Cs, oknum anggota Satreskrim Polres Sidoarjo yang menewaskan Riyadi Sholikin belum memenuhi keinginan publik, khususnya warga Ansor dan masyarakat pada umumnya.

Seperti sudah diberitakan oleh berbagai media, keinginan TPFP dari Ansor untuk mengajukan 8 saksi kunci yang mengetahui insiden penembakan terhadap guru ngaji tersebut ditolak pihak Polda dengan dengan alasan saksi yang dimiliki oleh TPF dari Polda sudah dinyatakan cukup.

Padahal, keinginan TPFP untuk memasukan 8 saksi kunci itu bukan bertujuan untuk mencampuri wewenang kepolisian dalam menangani kasus yang menghebohkan warga Jawa Timur tersebut. Sebaliknya, TPFP dari Ansor ini ingin membantu aparat kepolisian dalam mengungkap kasus pembunuhan Riyadi Sholikin secara terang benderang.

Menurut ketua TPFP Ir H Agus Ubaidillah, 8 saksi yang berasal dari warga sekitar terjadinya penembakan itu bersedia memberikan keterangan sesuai dengan yang mereka saksikan masing-masing, sejak bunyi letusan pistol sampai dengan diseretnya korban kedalam mobil, termasuk penghilangan bukti-bukti yang ada di mobil korban.

"Lubang kecil bekas tembakan dan darah korban di dalam mobil yang dihilangkan rekan pelaku penembakan, juga disaksikan warga," jelas Agus.

Untuk itu, jika permohonan pengajuan saksi tetap ditolak, pihaknya segera menerbitkan buku putih. Sebuah buku kecil yang berisi tentang seputar kejadian penembakan sampai dengan penanganan perkara yang dilakukan oleh Briptu Eko Ristanto dan kawan-kawannya yang diduga mempunyai peran masing-masing dalam membantu melenyapkan nyawa seorang anggota Ansor dan barang bukti yang ada di mobil korban.

Rencananya, buku putih setebal 50 halaman tersebut di launching saat peringatan seratus harinya kematian Riyadi Sholikin di Desa Sepande Kecamatan Candi Sidoarjo dan dicetak sebanyak mungkin untuk dibagikan secara gratis kepada simpatisan Riyadi Sholikin.

"Buku ini sebagai jawaban sekaligus pertanggung jawaban kepada publik bahwa telah terjadi rekayasa yang dilakukan oleh Polda Jatim dalam penuntasan kasus penembakan yang dilakukan oleh anak buahnya," tegasnya mantab, Kamis (10/11/2011).

Sementara itu, ketua DPC PPKB (Pergerakan Perempuan Kebangkitan Bangsa) kabupaten Sidoarjo yang juga Sekretaris DPW PPKB Jatim, Hj Anik Maslachah Mpd, mendukung langkah-langkah yang ditempuh oleh TPFP dalam pengungkapan kasus kematian Riyadi Sholikin.

"Saya sangat mendukung, karena akan memotivasi penegakan hokum untuk lebih trasparan dalam mengungkap perkara, sehingga akan banyak membantu dalam menyelesaikan secara adil."ujarnya. Jani/LI-08

http://www.lensaindonesia.com/2011/11/10/tpfp-ansor-segera-terbitkan-buku-putih-penembakan-sidoarjo.html/

Ssst, Ada Purel Cantik di Mobil Polisi Saat Jasad Riyadi Sholikin Diangkut

LENSAINDONESIA.COM: Rencana pemeriksaan terhadap delapan saksi kunci yang diajukan TPF Ansor malam ini, (Senin 7/11) tiba-tiba ditolak oleh Polda Jatim dengan alasan saksi-saksi yang diperiksa oleh penyidik dinyatakan sudah cukup.

Hal itu disampaikan ketua Tim Pencari Fakta dari GP Ansor Sidoarjo, Ir H Agus Ubaidillah kepada LIcom, Senin (7/11).

Tentu saja penolakan tersebut mengakibatkan kekecewaan diantara para anggota TPF Ansor yang sudah bekerja sejak Jum'at lalu. Ir H Agus Ubaidillah selaku ketua TPF Ansor juga merasa kecewa dengan penolakan itu.

Menurutnya, ke-delapan saksi yang sudah siap untuk dimintai keterangan oleh pihak Polda Jatim tersebut merupakan saksi kunci atas kejadian penembakan oleh Briptu Eko Ristanto kepada Riyadi Sholikin.

"Ke-delapan saksi itulah yang mengetahui dan menyaksikan secara langsung insiden penembakan yang menewaskan Riyadi Sholikin, Jum'at (28/10) lalu," tambahnya.

Dengan adanya penolakan tersebut, secara tidak langsung kepercayaan publik terhadap kepolisian dalam mengungkap kasus penembakan terhadap anggota Ansor secara tuntas, kembali menurun.

Sementara itu, salah satu temuan fakta baru oleh TPF Ansor dalam investigasinya di lapangan menunjukan, bahwa ada saksi mata yang melihat seorang perempuan cantik yang diduga purel, tampak duduk di depan jok mobil sebelah kiri saat mengangkut mayat Riyadi Sholikin ke dalam mobil tersebut.

"Saksinya siap dimintai keterangan," ujar salah satu anggota TPF Ansor yang enggan disebut namanya.jani/LI-07

http://www.lensaindonesia.com/2011/11/07/ssst-ada-purel-cantik-di-mobil-polisi-saat-jasad-riyadi-sholikin-diangkut.html/

Serempet Polisi, Penjual Tempe Tewas Ditembak    
Jum'at, 28 Oktober 2011 10:29:11 WIB
Reporter : M. Ismail

Sidoarjo (beritajatim.com)--Kawasan Sepande Candi mendadak ramai. Pasalnya, Riyadhus Sholikin, warga RT 1 RW 1 Dusun Sepande, Kauman Sepande, Candi, ditembak sekelompok orang yang belum diketahui dari mana asalnya.

Korban yang kesehariannya sebagai sopir antar jemput buruh pabrik PT Ecco Indonesia dan penjual tempe ini ditembak usai mengantarkan jemputannya sekitar pukul 02.00 WIB dini hari. Korban ditembak di bagian jidat saat berada di RT 11 RW Sepande.

Dari informasi yang dihimpun, kejadian itu bermula ketika korban yang menaiki mobil Suzuki Realvan melintas di depan Ponti Jalan Lingkar Barat Sidoarjo. Di depan Ponti atau sebelah barat Gelora Delta itu, mobil korban 'serempetan' dengan mobil yang diduga milik anggota polisi.

Usai serempetan, korban tidak berhenti, namun terus melajukan kendaraannya. Lawan serempetan korban juga langsung mengejar dan sempat mengeluarkan tembakan peringatan. Pengejar juga sempat menembak ban mobil korban yang kemudian berhasil dihentikan di utara pohon ringin Sepande. ''Di situ korban dihadang dan ditembak saat berada di dalam mobil. Setelah itu, korban diseret keluar dan diangkut dengan mobil polisi jenis Xenia'' ujar sumber di TKP, Jumat (28/10/2011).

Saat ini, jenazah korban dibawa ke RS Bhayangkara Polda Jatim untuk diotopsi. Dalam kasus ini, banyak anggota polisi, baik dari Polres Sidoarjo dan Polda Jatim, turun ke lapangan untuk melakukan investigasi.

Wakapolres Sidoarjo Kompol Leonardus Simarmata mengatakan, terkait kasus ini yang akan merilis adalah Polda Jatim. ''Rilis akan dilakukan di Polda Jatim,'' tandasnya kepada wartawan. [air/isa]

http://www.beritajatim.com/detailnews.php/4/Hukum_&_Kriminal/2011-10-28/116073/Serempeten,_Penjual_Tempe_Tewas_Ditembak_

Polisi Tembak Guru Ngaji, Propam Polda Turun ke TKP

Surabaya (beritajatim.com) - Tim Propam Polda Jatim saat ini turun ke Tempat kejadian Perkara (TKP) dimana Riyadhus Solikhin (40), sopir antar jemput karyawan Ecco sekaligus guru ngaji asal Sepande Kec Candi meregang nyawa di depan Kafe Ponti, Sidoarjo, Jumat (28/10/2011) dini hari.

PJS Kabid Humas Polda Jatim AKBP Elijas Hendrajana menyatakan, pihak Propam sampai saat ini masih melakukan penyelidikan atas dugaan salah tembak yang dilakukan oknum polisi dari Polres Sidoarjo.

"Kita belum menerima laporannya, sebab propam masih turun ke TKP dan belum melaporkannya ke kita," ujar Elijas, Jumat (28/10/2011).

Perlu diketahui, peristiwa ini berawal disaat Solikhin pulang mengantar karyawan Ecco sekitar jam 2 dini hari. Tepat di depan Kafe Ponti, korban menyerempet kendaraan salah satu polisi.

Sayangnya kala itu Solikhin kabur dan dikejar beberapa anggota polisi. Polisi saat itu curiga kalau Solikhin adalah pelaku kejahatan, sehingga polisi pun menembak ke arah kaca depan dan tembus mengenai kepala. Seketika itu Solikhin meninggal dunia. [uci/but]

http://www.beritajatim.com/detailnews.php/4/Hukum_&_Kriminal/2011-10-28/116082/Polisi_Tembak_Guru_Ngaji,_Propam_Polda_Turun_ke_TKP

Korban Tembak adalah Guru Ngaji yang Dikenal Tak Neko-neko

Sidoarjo (beritajatim.com) - Riyadhus Sholihin yang diduga jadi korban penembakan anggota polisi di depan Mutiara Spa Sepande RT 11 RW 3 Candi, dikenal para tetangganya orang yang tidak neko-neko.

Selain bekerja dalam antar jemput karyawan PT Ecco Indonesia, suami
Maisyaroh yang tinggal di RT 1 RW 1 Sepande Kauman, Candi itu juga guru ngaji di desanya. ''Setiap paginya, korban juga jualan tempe keliling,'' ucap Zainul tetangga korban, Jumat (28/10/2011).

Ditambahkannya, memang ada informasi kalau sebelum ditembak, korban dikabarkan terlibat serempetan dengan mobil diduga anggota polisi di depan Ponti. Korban tidak berani berhenti karena sepertinya takut dikeroyok. Korban lantas terus melanjutkan perjalanan dan melintas di Kampung Ringin (Pohon Beringin di Sepande). Disitu korban ditembak bannya dan sempat menabrak pagar.

''Korban kemudian diduga ditembak oleh pengejar yang jumlahnya sekitar sembilan orang,'' tandas pria yang kebetulan saat kejadian lewat di TKP.

Pantauan beritajatim.com, saat ini di dekat lokasi masih banyak warga berkerumun melihat. Saat kejadian, juga banyak warga yang menyaksikan. Warga menduga, petugas menangkap tersangka narkoba atau kasus lain. Banyak juga yang mengaku tragis melihat kejadian.

''Banyak warga dini hari itu keluar rumah melihat kejadian itu. Tapi warga tidak berani mendekat,'' terang warga Sepande Ringin yang tida bersedia menyebut namanya.

Sampai saat ini, bekas darah Himmatul dan Faiz masih terlihat berhamburan dan diuruk pasir. Bekas darah korban yang diduga bekas seretan juga terlihat membekas sekitar tiga meteran. [isa/but]

http://www.beritajatim.com/detailnews.php/4/Hukum_&_Kriminal/2011-10-28/116079/_Korban_Tembak_adalah_Guru_Ngaji_yang_Dikenal_Tak_Neko-neko

'Masak Serempetan Saja Ditembak Mati'

Sidoarjo (beritajatim.com) - Keluarga Riyadhus Sholihin warga RT 1 RW 1 Sepande Kauman Candi, tak mengira kalau hidupnya berakhir diujung timah panas yang diduga milik anggota polisi.

Sampai sekarang, Maisyaroh isteri korban yang masih terlihat syok. Dia tak mempercayai kalau suaminya itu orang yang diduga lari dari tanggung. Informasi yang beredar memang Sholihin melarikan diri usai menyerempet seorang anggota polisi di depan Ponti Jalan Lingkar Barat Gelora Delta Sidoarjo.

''Suami saya orangnya tidak berani melanggar aturan. Setiap harinya, dalam rumah tangga, selalu mendidik untuk jujur, baik kepada  saya sebagai isteri dan dihadapan kedua anak,'' tuturnya dengan menteskan air mata, Jumat (28/10/2011).

Kata Maisyaroh, suaminya berangkat mengantarkan jemputan, karyawan PT Ecco Indonesia, keluar rumah sekitar pukul 24.00. Dan biasanya, jam 02.00 sudah pulang dan sesudah subuh, mengantarkan tempe ke pasar Larangan, sukodono dan lainnya.

''Jam 02.00 saya telpon, aktif tapi tidak diangkat. Dan paginya dapat telpon dari RS Bhayangkara, kalau jenazah Mas Sholihin di sana,'' terang dia dengan kaget usai menerima telpon tersebut.

Ada juga warga yang bercerita kalau di Sepande Ringin (yang ada pohon beringin) dini tadi ada perampokan. Tapi dirinya tak mempercayainya.

''Terus ada kabar lagi, suami saya ditembak polisi karena melarikan diri usai menyerempet orang di depan Ponti. Dan saya juga tidak mempercayai itu. Saya yakin suami saya tidak bersalah,'' tandasnya.

Narto keponakan korban juga menyayangkan tindakan polisi yang asal tembak itu. Ucap dia, meskipun itu kasus serempetan, mestinya harus diurus sesuai aturan yang ada. Dan tidak harus ditembak mati. ''Bisa jadi korban meneruskan perjalanan karena tidak merasa menyerempet seseorang. Masak serempetan saja ditembak mati,'' papar warga Siwalankerto Surabaya itu.

Seperti diketahui, Sholihin ditembak mati saat posisi di dalam mobil Real Vannya nopol W 1499 NW usai terkejar dan ditembak dibannya di RT 11 RW 3 Sepande Candi. Korban meninggal dunia di TKP usai ditembak oleh diantara sembilan orang yang menghentikannya.

Informasinya, petugas yang diduga melakukan penembakan adalah anggota Reskrim dari Polres Sidoarjo yang usai acara di Kafe Ponti Rasa Sayang barat Gelora Delta.

Namun sampai saat ini, belum statemen resmi dari Polres Sidoarjo soal kasus penembakan terhadap guru ngaji dan penjual tempe ini. [isa/but]

http://www.beritajatim.com/detailnews.php/4/Hukum_&_Kriminal/2011-10-28/116093/_%27Masak_Serempetan_Saja_Ditembak_Mati%27

__._,_.___
Recent Activity:
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar