Ya kalau menghalalkan segala cara jelas gak boleh alias gak Islami, mas Wien.
Kembali ke pasar saham, bukankah sudah ada pengawasnya (Bapepam). Saya malah menyarankan bagi yang punya kelebihan uang, daripada disimpan di buku tabungan, mending dijadikan modal untuk bisnis saham. Bukan main saham lho, karena ini pekerjaan serius, bukan main-main. Sekedar contoh kecil, bayangkan kalau beli saham astra yang tahun 2003 cuma seribu rupiah, sekarang 70 ribuan rupiah. Atau kalau 2003 kejauhan, tahun 2008 akibat krisis saham astra yang semula sudah puluhan ribu jatuh hingga 7000 rupiah per sahamnya, sekarang sudah naik 10 kali lipat. Atau saham indomobil yang agustus 2010 harganya masih 1500an rupiah, sekarang sudah 12 ribu rupiah. Ini contoh gampang saja. Detailnya dunia saham gak segampang itu. Perlu belajar dan latihan keras dan perlu terus menambah jam terbang. Masak untuk yang gini2 ini yang serius tekun mempelajari kaum muda non Muslim?
Contoh yang sampeyan sebut di amrik itu adalah contoh kaum yang greedynya udah kelewatan sehingga akhirnya bangkrut sendiri. Pengin ini-itu akhirnya serba nyicil sampai besar pasak daripada tiang. Ya jangan diikuti yang begitu itu. Ikuti cara Nabi untuk selalu mengendalikan hawa nafsu. Tapi kalau ada peluang ya jangan sungkan-sungkan ikut cara Salman Al Farisi yang bisa ambil untung sampai 200 persen, hehehe
Wassalam,
Noval
--- In Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com, winahyusidi - <idamanwin@...> wrote:
>
> Itu namanya nihilisme cak - menghalalkan segala cara - yg membedakan bisnis/dagang dg kapitalisme.
> Bisnis itu jualan produk/jasa untuk mengambil keuntungan. Kapitalisme mengambil keuntungan sebanyak mungkin karena itu juga menimbun aset tanpa batas, dg menghalalkan segala cara, kalau perlu menjajah/menginvasi negara lain, mengangkangi kedaulatan rakyat/bangsa sendiri atas aset negara, & dibakukan dg argumen/pembenaran/ pseudosains spt ekonomi neoklasik/mainstream serta diyakini lahir-batin dr nglilir subuh sampai merem malamnya.
>
> Bahkan Adam Smith pun dibajak kapitalisme & dijejalkan ke puluhan ribu mhas/i s1/s2/s3, contoh, konsep pasar (supply-demand) yg berfungsi otomatis diklaim berdasarkan ujar Smith. Padahal Smith jelas2 bilang pasar spt itu berlaku dg catatan yaitu pd pasar berpemain kecil+menengah. Smith kuatir pd pasar berpemain kakap/korporat uang & power yg dibeli uanglah yg bermain.
>
> Karena itu kapitalisme harus dikendalikan/diregulasi. Negara harus hadir. Warga negara gak bisa diam saja atau "salah sendiri bisa/mau ditipu". Ride your ferarri, but never ride your country, your people.
>
> Kiasan wallstreet di bawah menunjukkan esensi lain kapitalisme; yang kuat atau kaya mengeksploitir/merampok dari yg lemah atau miskin.....jika tak dkendalikan/tak diatur.
>
> Kiasan wallstreet tsb jg mengungkap potensi horor yg bisa terjadi di republik sejuta mesjid ini; tumbangnya kelas menengah muslim! Hatta radjasa & boediono harus ketat diawasi berkaitan dg hal tsb. Kalau yg satu itu & guritanya di ci.....mungkin biar jatah senayan untuk mengawasi. Silakan google salah satu akibat fatal krisis 2008 lalu di AS (& mungkin jg krisis berkepanjangan yg menimpa barat kini pd umumnya); Bankrupt Middle Class!Â
> Dg perkataan lain, menguatnya finansial+power segelintir orang yg sangat kaya di amrik, yg kini lazim disebut "the one percent" (of population).....banyak zionisnya kali ya.....
>
> Banyak kelas menengah di sana yg tabungan hasil kerja tahunan raib bgt sj, baik krn langsung ikut main saham maupun bank/pengelola dana pensiun atau tabungan mereka dikadali wallstreet. Selain itu banyak kelas menengah nyicil rumah (bagus), nyicil mobil, dll krn tergoda "bagusnya" growth/pertumbuhan ekon yg sebenarnya semu i.e lbh ditopang persepsi/spekulasi drpd fundamental ekon. Saat bubble growth tsb meletus, mereka pun gagal bayar & ludeslah duit cicilan.
>
> Ekonomi adalah salah satu cabang sains yg harus bertumpu pd nilai sejak paling awal, sebelum msk epistemologi.Â
>
> kroco_mumet, wien
>
>
>
> ________________________________
> From: Noval Akt <noval_akt@...>
> To: Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com
> Sent: Monday, 7 November 2011 8:41 AM
> Subject: [M_S] Re: Fw: [SMANSASI] Illustrasi tentang kapitalis wall street
>
>
> Â
> Koh Nugon,
> Di pasar itu isinya macem-macem. Gak hanya pedagang yang memang bener2 jualan, melainkan juga ada copet atau penipu. Nah tergantung pinter2nya yang datang ke pasar aja. Kalau bodoh atau naif ya siap2 aja jadi korban penipu atau pencopet :-))
>
> --- In Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com, Nugroho Laison <nugon19@> wrote:
> >
> >
> >
> > Â http://groups.yahoo.com/group/sma1bks/message/23764
> >
> >
> > Sebuah ilustrasi mengenai kapitalis wall street
> >
> > ------Original Message------
> > To: Klub PM
> > To: Milis PM
> > Subject: Illustrasi tentang kapitalis wall street
> > Sent: Nov 6, 2011 16:07
> >
> > Suatu hari di sebuah desa,
> >
> > seorang yg kaya raya mengumumkan akan membeli monyet dengan harga
> >
> > Rp.100.000,- per ekor.
> >
> > Para penduduk desa yang menyadari bahwa banyak monyet disekitar desa pun mulai
> > masuk hutan dan menangkapinya.
> >
> > Si orang kaya membeli ribuan ekor monyet dengan harga Rp 100.000,-
> >
> > karenanya monyet semakin sulit dicari, penduduk desa pun menghentikan usaha
> > menangkapi monyet.
> >
> > Maka si orang kaya pun sekali lagi mengumumkan akan membeli monyet dengan harga
> > Rp 200.000 per ekor.
> >
> > Tentu saja hal ini memberi semangat baru bagi penduduk desa untuk mulai
> > menangkapi monyet lagi. Tak berapa lama, jumlah monyet pun semakin sedikit dan
> > semakin sulit dicari, kemudian penduduk pun kembali bertani.
> >
> > Harga monyet pun merambat naik hingga Rp 250.000,- namun monyet sudah sangat
> > sulit dicari....
> >
> > Sekali lagi si orang kaya mengumumkan akan membeli monyet dengan harga Rp
> > 500.000,- per ekor.. !*
> >
> > Namun, karena si orang kaya harus pergi ke kota karena urusan bisnis,
> >
> > asisten-nya akan menggantikannya atas namanya.
> >
> > Dengan tiada kehadiran si orang kaya, si asisten pun berkata pada penduduk desa:
> >
> > "Lihatlah monyet-monyet yang ada di kurungan besar yang dikumpulkan oleh si
> > orang kaya itu. Saya akan menjual monyet2 itu kepada kalian dengan harga Rp
> > 350.000,- per ekor dan saat si orang kaya kembali, kalian bisa menjualnya
> > kembali ke si orang kaya dengan harga Rp 500.000,- Bagaimana...?"
> >
> > Akhirnya, penduduk desa pun mengumpulkan uang simpanan mereka dan membeli semua
> > monyet yang ada di kurungan...
> >
> > Namun... Kemudian..., mereka tak pernah lagi melihat si orang kaya maupun si
> > asisten... !
> >
> > Selamat datang di Wall Street..!
> >
> > AriefK
> >
> > Sent from my NerdBerry® freakz smartphone
> >
>
"Muhammadiyah ini lain dengan Muhammadiyah yang akan datang. Maka teruslah
kamu bersekolah, menuntut ilmu pengetahuan dimana saja. Jadilah guru kembali
pada Muhammadiyah. Jadilah dokter, kembali kepada Muhammadiyah. Jadilah
Meester, insinyur dan lain-lain, dan kembalilah kepada Muhammadiyah"
(K.H. Ahmad Dahlan).
----------------------------------------------------------------------
Salurkan ZAKAT, INFAQ dan SHODAQOH anda melalui LAZIS
MUHAMMADIYAH
No. Rekening atas nama LAZIS Muhammadiyah
1. Bank BCA Central Cikini
(zakat) 8780040077 - (infaq) 8780040051
2. BNI Syariah Cab. Jakarta Selatan
(zakat) 00.91539400 - (infaq) 00.91539411
3. Bank Syariah Mandiri (BSM) Cab. Thamrin
( Zakat) 009.0033333 - (Infaq) 009.00666666
4. Bank Niaga Syariah
(zakat) 520.01.00186.00.0 - (infaq) 520.01.00187.00.6
5. Bank Muamalat Indonesia Arthaloka
(Zakat) 301.0054715
6. Bank Persyarikatan Pusat
(zakat) 3001111110 - (infaq) 3001112210
7. Bank Syariah Platinum Thamrin
(zakat) 2.700.002888 - (infaq) 2.700.002929
8. BRI cab. Cut Meutia
(zakat) 0230-01.001403.30-9 - (infaq) 0230-01.001404.30-5
Bantuan Kemanusiaan dan Bencana:
BNI Syariah no.rekening: 00.91539444
DONASI MELALUI SMS
a. Jadikan jum'at sebagai momentum kepedulian,
salurkan donasi anda, ketik: LM(spasi)JUMATPEDULI kirim ke 7505
b. Bantuan kemanusiaan ketik: LM(spasi)ACK kirim ke 7505
Nilai donasi Rp. 5000, semua operator,belum termasuk PPN
email: lazis@muhammadiyah.or.id
website : www.lazismu.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar